100 Hari Kerja Bupati Bojonegoro Setyo Wahono – Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah: Menyalakan Optimisme Menuju Bojonegoro Bahagia, Makmur dan Membanggakan

BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN) – Tak terasa 100 (Seratus) hari sudah perjalanan kepemimpinan Bupati Boonegoro Setyo Wahono dan Wakil Bupati (Wabup) Bojonegoro Nurul Azizah Periode 2025-2030, mengabdikan diri mereka untuk Kabupaten Bojonegoro, Jawa Timur ini.
Sejak dilantik, Kamis (20/2/2025), keduanya langsung tancap gas, membawa semangat dan komitmen untuk mewujudkan visi “Bojonegoro Bahagia, Makmur dan Membanggakan.”
Tantangan memimpin daerah seluas 419 desa dan 11 kelurahan tak membuat mereka gentar. Justru, pemetaan mendalam dan strategi yang matang menjadi dasar pijakan untuk menghadirkan perubahan nyata di Bumi Amfling Dharma ini.
“Tanpa kebersamaan, semua program tidak akan bisa berjalan maksimal,” tegas Bupati Bojonegoro Setyo Wahono yang akrab disapa Mas Wahono.
Kepemimpinan santun dan penuh empati inilah yang menjadi magnet, menggerakkan seluruh elemen masyarakat dan pemangku kepentingan untuk bersama-sama membangun Bojonegoro.
Hasilnya? Dalam 100 hari kerja, delapan quick win berhasil dirampungkan. Langkah awal ini menjadi tonggak penting yang menggembirakan dan memberi harapan besar bagi masa depan Bojonegoro. Tak heran, The Republic Institute menempatkan Bojonegoro pada peringkat kelima terbaik di Jawa Timur dalam pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) pada awal masa kepemimpinan kepala daerah.
Tingkat kepuasan masyarakat yang mencapai 77,5% menjadi bukti nyata atas keberhasilan dan kepercayaan yang terbangun di tengah-tengah masyarakat Bojonegoro yang majemuk ini.
Berikut 8 qucik win yang telah dituntaskan dalam 100 hari kerja Bupati Bojonegoro Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah:
Quick Win 1: Transparansi yang Menghubungkan Hati
Sejak menjabat kepala daerah, Mas Wahono telah berkominten untuk selalu bekerja dalam transparansi. Berbagai upaya dilakukan untuk membuka layanan informasi agar ada komunikasi dua arah antara masyarakat dan pemerintah daerah. Karena dengan itu, keterbukaan informasi publik akan terlaksana dengan baik.
Dalam kaitan ini, Pemkab Bojonegoro menggelar Dialog Interaktif sejak April 2025. Dialog yang dikenal dengan program SAPA BUPATI ini menjadi sarana masyarakat menyampaikan aspirasi langsung kepada Bupati.
SAPA BUPATI digelar di Pendopo Malowopati ini mendapat sambutan cukup antusias dari masyarakat. Mereka menyampaikan aspirasi berbagai hal, mulai masalah pupuk, pungutan di sekolah, hingga persoalan sampah. Semua langsung ditindaklanjuti oleh Bupati Setyo Wahono.
Mohammad Syafii adalah salah satu contoh warga yang dengan lugas menyampaikan aspirasi. Pada SAPA BUPATI yang digelar Senin (26/5/2025), warga Kelurahan Ledok Kulon, Kecamatan Bojonegoro ini menyampaikan aspirasi tentang limbah tahu yang seharusnya bisa dimanfaatkan menjadi pupuk.
“Mohon kami diberi pelatihan atau semacamnya untuk bisa memanfaatkan limbah. Karena sayang kalau limbah tidak dimanfaatkan,” terangnya.
Aspirasi itu langsung ditindaklanjuti Bupati dengan memerintahkan Dinas Lingkungan Hidup (DLH) untuk turun ke lokasi.
Pada quick win pertama ini, Pemkab juga memiliki program Medhayoh, yakni cara Bupati Bojonegoro menyapa, mendengar, dan menyelesaikan masalah warga.
Berbeda dari SAPA BUPATI, lewat Medhayoh, Bupati mendatangi rumah warga, dan mendengarkan langsung keluh kesahnya.
Seperti pada Jumat (16/5/2025), Bupati Wahono medhayoh ke Desa Semambung, Kecamatan Kanor. Bahkan, bagi warga yang tidak bertemu langsung dengan Bupati, juga bisa menyampaikan aspirasi lewat nomor WhatsApp (WA).
Tak hanya transparansi yang tampak pada dialog, medhayoh, ataupun melalui WhatsApp, Pemkab Bojonegoro juga terus meningkatkan Sistem Pemerintahan Berbasis Elektronik (SPBE). Lewat system ini proses birokrasi bisa disederhanakan, waktu lebih cepat, dan kualitas pelayanan publik makin bagus.
Selain itu, Bojonegoro di bawah kepemimpinan Wahono-Nurul terus berusaha melakukan transformasi digital di berbagai bidang.

Quick win 2: Mengentaskan Kemiskinan dengan Memberdayakan
Pemkab Bojonegoro di bawah kepemimpinan Setyo Wahono dan Nurul Azizah telah menargetkan adanya penurunan angka kemiskinan yang saat ini mencapai 11,69% atau 147.330 jiwa (54 ribu KK).
Salah satu program unggulannya adalah GAYATRI (Gerakan Beternak Ayam Petelur Mandiri). GAYATRI merupakan gerakan memadukan sistem pengembangbiakan ayam petelur dengan pemberdayaan warga miskin dengan pendekatan kawasan. Program ini diharapkan nantinya dapat membantu penurunan angka kemiskinan.
Program GAYATRI ini, salah satunya dilakukan dengan cara menggandeng ExxonMobil Cepu Limited (EMCL). Pada peluncuran program, tanggal 22 April 2025 lalu, warga prasejahtera di 16 desa akan menjadi sasaran program GAYATRI.
“Kenapa harus telur, karena mudah. Dan pasar telur sangat terbuka. Menurut data dari Disnakkan Bojonegoro, kini baru 30% dari kebutuhan masyarakat. Berarti masih ada pasar terbuka 70%,” jelas Bupati Wahono yang asli warga Desa Dolokgede, Kecamatan Tambakrejo tersebut.
Selain GAYATRI, Setyo Wahono dan Nurul Azizah juga membuat program domba kesejahteraan dan ternak lele menggunakan buis betok. Selain itu juga ada program pembangunan rumah tidak layak huni (RTLH), penyambungan Listrik gratis bagi warga miskin, dan pebangunan sanitasi.
Dalam upaya pengentasan kemiskinan, Pemkab Bojonegoro juga terus berkomitmen menyejahterakan petani. Berbagai langkah strategis yang pro petani telah dilakukan. Diantaranya normalisasi embung dan penambahan kuota pupuk subsidi. Selain itu juga langkah Pemkab yang melakukan MoU dengan Bulog untuk pembelian gabah Rp6.500.
Perhatian pada nasib petani juga ditunjukkan Wahono-Nurul dengan program inovatif bernama Petruk Tani. Program ini bertujuan untuk memperkuat dan memajukan sektor peternakan, pertanian, serta mendorong ketahanan pangan daerah.
Pemkab juga berinovasi memanfaatkan teknologi untuk pertanian. Diantaranya pemanfaatan drone sprayer untuk proses pemupukan. Peluncuran teknologisasi pertanian drone sprayer ini dilakukan di Desa Sarirejo, Kecamatan Balen, Senin (26/5/2025).
Inovasi lainnya adalah program Jagongan Petani Milenial. Program ini diawali dengan kegiatan di kebun anggur dan melon Kenep Smart Village (Kensvil) Desa Kenep Kecamatan Balen, Kamis (22/5/2025).
Dan untuk melengkapi program bagi petani, Pemkab juga memiliki program asuransi usaha tani. Program ini bertujuan untuk membantu para petani yang gagal panen. Sehingga, dalam kondisi apapun, petani Bojonegoro akan makin sejahtera.
Pemkab Bojonegoro juga telah mendaftarkan sebanyak 157.058 pekerja rentan menjadi anggota BPJS Ketenagakerjaan. Selain itu juga ada 35.688 penerima insentif daerah meliputi ketua RT/RW, satlinmas, marbot, modin wanita, takmir masjid, guru ngaji, BPD, dan kader desa yang juga didaftarkan ke BPJS Ketenagakerjaan.
Langkah ini untuk mengganti santunan duka yang sebelumnya diperuntukkan bagi warga meninggal dunia.
Sanduk atau santunan duka sudah tidak bisa dicairkan lantaran sesuai regulasi yang ada, sanduk tidak bisa diberikan kepada warga yang bukan miskin. Apalagi, anggaran dicairkan melalui belanja tak terduga (BTT) yang seharusnya untuk korban kebencanaan.
“Ini adalah program Luwih Apik,” kata Wabup Nurul Azizah penuh semangat.
Pemkab Bojonegoro juga telah memberikan bantuan bibit sayuran untuk warga, bantuan untuk pedagang rengkek, bantuan untuk warga miskin ekstrem, serta program pendampingan lansia sebatang kara. Program-program tersebut diharapkan bisa mengurangi angka kemiskinan di Bojonegoro.

Quick win 3: Revitalisasi BUMD untuk Masa Depan
Pemkab Bojonegoro telah menuntaskan rencana dana abadi Pendidikan yang nantinya dikelola oleh BUMD. Lewat dana abadi pendidikan, pemkab hendak mewujudkan pendidikan yang berkelanjutan.
Selain masalah dana abadi pendidikan, Pemkab telah berupaya memaksimalkan peran BUMD Pangan Mandiri yang akan mengalokasikan anggaran untuk pertanian. Juga telah menyiapkan BRIDA (Badan Riset dan Inovasi Daerah) untuk membantu mendorong pembangunan daerah yang terarah.
Quick win 4: Mengalirkan Air Kehidupan
Pemkab Bojonegoro telah melaksanakan program Instalasi Pemanenan Air Hujan (IPAH). Program ini menyasar daerah yang berpotensi mengalami kekeringan ekstrem.
Di Kecamatan Sekar misalnya, terdapat tiga desa yang mendapat bantuan IPAH, yakni Desa Bareng, Bobol dan Miyono. Warga menyambut gembira adanya IPAH ini, karena mereka bisa tenang dan tidak dibayang-bayangi kesulitan air bersih.
Pemkab juga bekerjasama dengan BBWS dalam pengelolaan air dari hulu ke hilir untuk lahan pertanian. Air dari Waduk Pacal dan Gongseng dialirkan ke areal persawahan. Pemkab telah mematakan 197 pompa yang nantinya akan mengelola air agar bisa sampai ke petani.
Tak hanya itu, Pemkab Bojonegoro juga terus mencari sumber mata air baru untuk menjaga ketersediaan air bagi masyarakat. Langkah nyata telah dilakukan melalui deteksi geolistrik yang bekerjasama dengan Detasemen Peralatan Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat (Pal Kostrad) TNI AD.
Hasilnya, ditemukan tiga potensi sumber mata air baru di Kabupaten Bojonegoro. Yakni di Dusun Bangle, Desa Banjaranyar, Kecamatan Baureno; Desa Ngantru, Kecamatan Ngasem; Desa Sumbertlaseh, Kecamatan Dander.
Pemkab Bojonegoro, melalui PDAM juga terus memperluas jaringan pipa untuk warga. PDAM menargetkan hingga 2026 mendatang, sebanyak 25 ribu sambungan rumah dipasang di Kecamatan Sugihwaras, Kedungadem, dan Kepohbaru. Pada 2025 ini, dari PDAM menargetkan 10 ribu sambungan di tiga kecamatan tersebut.
Quick win 5: Pendidikan Unggul, Generasi Hebat
Pemkab Bojonegoro telah Beasiswa telah memberikan beasiswa untuk 10 sarjana 1 desa, beasiswa scientist, dan beasiswa tugas akhir. Kini, cakupan beasiswa lebih luas, yakni untuk Gus dan Ning.
Pemkab juga telah membuka SMAN 2 Pamong Praja, yang merupakan satu-satunya sekolah pamong praja di Indonesia. Tak hanya itu, dalam upaya mencapai pendidikan unggul, Pemkab di bawah kepemimpinan Setyo Wahono dan Nurul Azizah membuat terobosan untuk mempercepat pendidikan kerjar paket B dan C.
Karena sesuai data yang ada, saat ini ada 6.355 warga yang tidak menyelesaikan pendidikan jenjang SMA. Selain itu, Pemkab juga terus mendorong untuk melanjutkan pendidikan ke spesialis. Karena harapannya, rumah sakit yang ada di Bojonegoro makin lengkap dari sisi SDM nya dan fasilitas kesehatannya.

Quick win 6: Layanan Kesehatan Semakin Prima
Pemkab Bojonegoro telah memiliki Pusat Layanan Jantung Terpadu di RSUD Sosodoro Djatikoesoemo. Bupati Setyo Wahono telah meresmikan Pusat Layanan ini pada Jumat (23/5/2025). Langkah ini sangat strategis untuk meningkatkan kelas RSUD menjadi tipe A.
“Peresmian ini bukan soal gedung baru, tapi bukti bahwa pelayanan kesehatan di Bojonegoro sedang kita naikkan kelas. Warga tak perlu jauh-jauh ke kota besar untuk layanan jantung berkualitas,” tegas Bupati Wahono dalam sambutannya.
Tak hanya sarana dan prasarana, Pemkab Bojonegoro juga membuat terobosan dalam pemberantasan penyakit TBC. Yakni, tenaga Kesehatan jemput bola ke rumah pasien untuk mengobati pasien.
Selain itu, berbagai aplikasi dibuat untuk memudahkan masyarakat mengakses layanan kesehatan dengan mudah. Ini berkaitan dengan digitalisasi layanan Kesehatan. Diantaranya SATELIT (Saluran Telemedicine Puskesmas Terintegrasi) yang dilaksanakan di 35 Puskesmas se-Kabupaten Bojonegoro.
Kedua adalah Program WASIAT (WhatsApp Integrasi Antrian Online Rumah Sakit) di mana masyarakat dapat mengakses pendaftaran layanan di 4 (empat) RSUD melalui satu nomor whatsApp yaitu 0821 600 500 66.
Ketiga adalah Program Integrasi Layanan PSC 119 dengan BPBD dan DAMKAR. Dan keempat adalah Program Cek Kesehatan Gratis (CKG) bagi seluruh masyarakat.
Quick win 7: Lingkungan Bersih dan Hijau
Saat memberi paparan pada acara di Kecamatan Balen, Rabu (28/5/2025), Wakil Bupati Nurul Azizah menjelaskan komitmen Pemkab untuk mewujudkan ruang terbuka hijau (RTH) menjadi 20%. Salah satunya dilakukan dengan menginisiasi hutan kota di Kelurahan Ledok Kulon.
Sebelumnya, Pemkab Bojonegoro juga telah mengkampanyekan gerakan menanam pohon untuk mewujudkan Bojonegoro yang bersih dan hijau.
Selain itu, Pemkab juga telah menginstruksikan kepala desa untuk membuat bank sampah. Wabup Nurul menjelaskan, program itu bernama SDSB.
“SDSB ini adalah Satu Desa Satu Bank Sampah,” kata Wabup Bojonegoro Nurul Azizah menegaskan.
Quick win 8: Tata Kelola Pemerintahan yang Adil dan Inklusif
Dalam kaitan ini, Bojonegoro telah mengangkat 4.001 honorer menjadi Pegawai Pemerintah dengan Perjanjian Kerja (PPPK). “Ini terbanyak se Indonesia. Honorer yang awalnya tenaga harian lepas, semuanya telah menjadi PPPK,” tegas Wakil Bupati Nurul Azizah.
Dalam Sistem Organisisasi dan Tata Kelola (SOTK), Pemkab juga terus melakukan perbaikan-perbaikan sesuai dengan kebutuhan dan melihat perkembangan. Beberapa SOTK telah disiapkan diantaranya SOTK Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), SOTK Badan Perencanaan Pembangaunan Daerah (Bappeda), dan SOTK Dinas Pendidikan.
Sementara itu, meski dalam 8 qucik win tidak ada bidang infrastruktur secara spesifik, namun bukan berarti Pemkab Bojonegoro tidak melakukan pembangungan infrastruktur. Ruas jalan yang menjadi kewenangan kabupaten sepanjang kurang lebih 1.046 kilometer, saat ini telah tercapai 93 persen dalam kondisi mantab. Sisanya akan dibangun pada 2025 dan 2026.
Pemkab juga terus berkoordinasi dengan Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional untuk melakukan perbaikan di ruas jalan nasional yang rusak.
Sedang untuk pembangunan jalan di 419 desa, Pemerintah Kabupaten Bojonegoro turut serta dalam pelaksanaan kegiatannya melalui program BKKD (Bantuan Keuangan Khusus Desa). Hal tersebut dalam rangka untuk memastikan konektifitas antar wilayah semakin cepat terwujud.
Kebersamaan Jadi Pondasi
Pada Rabu (28/5/2025), Bupati dan Wakil Bupati kompak mengenakan baju biru muda—baju yang menjadi saksi semangat kampanye mereka dulu. Sebuah simbol bahwa langkah-langkah besar yang kini diraih adalah buah dari mimpi bersama yang terus tumbuh.
“Saya dengan Bu Wabup sengaja memakai baju ini, karena baju ini adalah baju yang kami pakai saat kampanye dulu,” tutur Mas Wahono di hadapan para ASN dan masyarakat.
Pesan ini begitu jelas: perjalanan membangun Bojonegoro bukan hanya sekadar janji politik, melainkan janji hati untuk hadir dan mendengar. Janji untuk merangkul setiap warga—dari desa hingga kota—untuk ikut serta menenun masa depan yang lebih baik.
Kebersamaan bukan hanya kata, melainkan napas yang terus hidup dalam setiap langkah pembangunan.
Dalam 100 hari pertama ini, telah lahir kepercayaan baru—trust yang memupuk keyakinan antara pemimpin dan rakyat. Tumbuh pula harapan—hope yang kini memancar di setiap sudut Bojonegoro, mulai dari petani yang lebih sejahtera, anak-anak yang semakin dekat dengan pendidikan berkualitas, hingga keluarga yang merasa lebih tenang karena layanan kesehatan semakin prima.
Lebih dari itu, coalition building menjadi pondasi yang kian kuat. Pemerintah, dunia usaha, akademisi, dan masyarakat sipil merangkai koalisi yang saling mendukung.
Gotong royong menjadi roh pembangunan. Perbedaan latar belakang disatukan oleh satu tujuan: mewujudkan Bojonegoro yang lebih maju dan bermartabat. Koalisi inilah yang memastikan setiap program bukan hanya retorika, tetapi benar-benar menjawab kebutuhan rakyat.
Dari trust, hope, dan coalition building lahir optimisme yang menuntun langkah kita ke depan. Optimisme bahwa setiap tantangan yang menghadang, akan kita atasi bersama. Optimisme bahwa mimpi Bojonegoro Bahagia, Makmur dan Membanggakan bukan hanya kata, tetapi keyakinan yang semakin nyata.
Bupati Setyo Wahono dan Wakil Bupati Nurul Azizah mengajak seluruh masyarakat Bojonegoro untuk terus bergandengan tangan, menjaga semangat, dan melangkah maju. Karena Bojonegoro bukan hanya soal pemerintah, tetapi tentang kita semua—tentang setiap hati yang percaya bahwa Bojonegoro yang kita cintai ini, sedang dan akan selalu menjadi rumah bagi mimpi-mimpi besar yang kita wujudkan bersama.
**(Red)