Ampas Kopi Jadi Cuan! Mahasiswa UM Sulap Limbah Petani Dampit Jadi Lulur Kecantikan

Limbah ampas kopi, yang dulunya hanya menjadi sampah, kini bertransformasi menjadi produk kecantikan bernilai ekonomis di tangan para petani kopi Desa Dampit, Kabupaten Malang. Inovasi ini merupakan hasil pendampingan dari tim pengabdian Universitas Negeri Malang (UM), yang dimulai sejak Mei 2025. Para petani berhasil menciptakan lulur kopi organik yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang ekonomi baru yang menjanjikan.
Inisiatif yang dipimpin oleh Umi Fitriyati, S.Pd., M.Pd., seorang dosen Biologi UM, ini secara langsung menjawab tantangan ekonomi kreatif sekaligus mendukung agenda global Sustainable Development Goals (SDGs). Program ini membuktikan bahwa limbah dapat menjadi sumber daya berharga jika diolah dengan sentuhan inovasi dan kreativitas.
Dalam serangkaian sesi pelatihan yang diadakan di Desa Dampit, para petani kopi tidak hanya menjadi peserta pasif. Mereka terlibat secara aktif dalam setiap tahapan proses produksi, mulai dari meracik formula hingga pengemasan produk. Tim UM membimbing mereka untuk mencampur ampas kopi dengan bahan-bahan alami berkualitas tinggi, seperti minyak kelapa, minyak zaitun, air mawar, dan bubuk oat. Kombinasi bahan-bahan alami ini menghasilkan lulur kopi dengan tekstur lembut yang efektif melembutkan kulit dan memberikan sensasi segar saat digunakan.
"Untuk memastikan produk aman dan berkualitas, kami juga mengenalkan metode uji sederhana seperti uji organoleptik untuk aroma dan tekstur, serta uji tempel di kulit. Selain itu, aspek penting seperti pengemasan yang menarik, pelabelan komposisi, dan pencantuman tanggal kedaluwarsa juga menjadi fokus utama," jelas Umi Fitriyati pada Senin, 8 September 2025.
Program ini bukan sekadar pelatihan biasa, melainkan implementasi nyata dari konsep ekonomi sirkular. Dengan mendaur ulang (upcycle) ampas kopi, inisiatif ini sejalan dengan SDG 12 (Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab). Bahkan, desain kemasan didorong untuk meminimalkan limbah dengan opsi isi ulang, sehingga semakin mengurangi dampak negatif terhadap lingkungan.
Dari sisi ekonomi, program ini memberikan dampak langsung pada SDG 8 (Pekerjaan Layak dan Pertumbuhan Ekonomi). Para peserta diajarkan cara menghitung harga pokok produksi (HPP), menentukan harga jual yang kompetitif, hingga strategi pemasaran modern melalui marketplace dan media sosial. Dengan demikian, mereka memiliki bekal yang cukup untuk mengembangkan usaha lulur kopi organik secara mandiri.
Kontribusi lainnya mencakup SDG 9 karena mendorong hilirisasi inovasi dari kampus ke masyarakat dan mengenalkan standardisasi mutu skala rumahan. Selain itu, program ini juga berkontribusi pada SDG 13 untuk mengurangi emisi gas metana dengan mengalihkan limbah organik dari pembuangan terbuka. Dengan mengolah ampas kopi menjadi produk bernilai, jumlah limbah yang dibuang ke lingkungan dapat dikurangi secara signifikan.
"Kami juga mendukung SDG 4, meningkatkan kapasitas dan keterampilan warga melalui proses belajar yang partisipatif. Dan SDG 17 membangun sinergi kuat antara kampus, kelompok tani, pemilik kedai kopi, dan pemerintah desa," jelas dosen UM itu. Kolaborasi yang solid antara berbagai pihak ini menjadi kunci keberhasilan program ini.
Antusiasme warga terlihat jelas selama program berlangsung. Seorang peserta yang juga merupakan pemilik kedai kopi lokal mengaku melihat peluang besar dari inovasi ini. Ia menyadari bahwa selama ini mereka hanya fokus pada pasar makanan dan minuman, padahal limbah kopi yang mereka hasilkan memiliki potensi besar untuk diolah menjadi produk lain.
"Produk ini sangat milenial. Selama ini kami hanya fokus di pasar makanan dan minuman. Pelatihan ini membuka mata kami bahwa kami bisa berekspansi ke industri kecantikan. Limbah kopi kami yang melimpah kini punya nilai baru," ungkapnya dengan antusias. Ia berharap inovasi ini dapat terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi masyarakat Desa Dampit.
Umi Fitriyati berharap program ini dapat berkelanjutan dan menjadi ciri khas baru bagi Desa Dampit. Ia juga berharap program ini menjadi contoh bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menciptakan solusi cerdas yang memberdayakan ekonomi lokal, menjaga lingkungan, dan bernilai jual tinggi. Dengan demikian, inovasi ini tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga memberikan dampak positif bagi lingkungan dan masyarakat secara keseluruhan.
"Harapan saya, ini tidak berhenti pada produk lulur saja. Kedepannya, bisa dikembangkan menjadi berbagai produk skincare lain berbahan dasar kopi, seperti masker, sabun, atau serum," tutupnya. Ia yakin bahwa dengan terus berinovasi dan mengembangkan produk-produk baru, potensi ampas kopi sebagai bahan baku produk kecantikan akan semakin besar.
Potensi Ampas Kopi dalam Industri Kecantikan
Ampas kopi, yang seringkali dianggap sebagai limbah, ternyata memiliki kandungan nutrisi yang bermanfaat bagi kesehatan kulit. Beberapa manfaat ampas kopi untuk kecantikan antara lain:
- Eksfoliasi: Tekstur kasar ampas kopi dapat membantu mengangkat sel-sel kulit mati, sehingga kulit menjadi lebih halus dan cerah.
- Antioksidan: Ampas kopi mengandung antioksidan yang dapat melindungi kulit dari kerusakan akibat radikal bebas.
- Mengurangi Selulit: Kafein dalam ampas kopi dapat membantu mengurangi tampilan selulit dengan melancarkan peredaran darah dan mengurangi penumpukan lemak di bawah kulit.
- Mencerahkan Kulit: Ampas kopi dapat membantu mencerahkan kulit dengan mengangkat sel-sel kulit mati dan merangsang produksi kolagen.
- Melembapkan Kulit: Minyak alami dalam ampas kopi dapat membantu melembapkan kulit dan membuatnya terasa lebih lembut.
Dengan berbagai manfaat tersebut, tidak heran jika ampas kopi semakin populer sebagai bahan baku produk kecantikan alami. Inovasi yang dilakukan oleh tim pengabdian UM dan para petani kopi Desa Dampit ini merupakan langkah yang tepat untuk memanfaatkan potensi ampas kopi secara optimal.
Tantangan dan Peluang Pengembangan Produk Berbasis Ampas Kopi
Meskipun memiliki potensi yang besar, pengembangan produk berbasis ampas kopi juga menghadapi beberapa tantangan. Salah satu tantangan utama adalah menjaga kualitas dan keamanan produk. Ampas kopi mudah terkontaminasi oleh bakteri dan jamur jika tidak diolah dengan benar. Oleh karena itu, proses pengolahan ampas kopi harus dilakukan secara higienis dan menggunakan peralatan yang steril.
Selain itu, pemasaran produk juga menjadi tantangan tersendiri. Produk-produk kecantikan alami seringkali dianggap kurang menarik dibandingkan produk-produk komersial yang diproduksi oleh perusahaan besar. Oleh karena itu, strategi pemasaran yang efektif sangat dibutuhkan untuk memperkenalkan produk-produk berbasis ampas kopi kepada konsumen.
Namun, di balik tantangan tersebut, terdapat peluang yang sangat besar untuk mengembangkan produk berbasis ampas kopi. Permintaan akan produk-produk kecantikan alami semakin meningkat seiring dengan meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan dan lingkungan. Hal ini menjadi peluang bagi para pelaku usaha kecil dan menengah (UKM) untuk mengembangkan produk-produk kecantikan alami yang berkualitas dan ramah lingkungan.
Peran Pemerintah dan Perguruan Tinggi dalam Mendukung Pengembangan Produk Berbasis Ampas Kopi
Pemerintah dan perguruan tinggi memiliki peran penting dalam mendukung pengembangan produk berbasis ampas kopi. Pemerintah dapat memberikan dukungan berupa pelatihan, pendampingan, dan bantuan permodalan kepada para pelaku UKM yang ingin mengembangkan produk-produk kecantikan alami. Selain itu, pemerintah juga dapat mempromosikan produk-produk tersebut melalui berbagai kegiatan pameran dan promosi.
Perguruan tinggi dapat memberikan dukungan berupa penelitian dan pengembangan produk, serta pelatihan dan pendampingan teknis kepada para pelaku UKM. Selain itu, perguruan tinggi juga dapat menjalin kerjasama dengan industri untuk mengembangkan teknologi pengolahan ampas kopi yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Dengan dukungan yang kuat dari pemerintah dan perguruan tinggi, pengembangan produk berbasis ampas kopi memiliki potensi yang sangat besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan menjaga kelestarian lingkungan. Inovasi yang dilakukan oleh tim pengabdian UM dan para petani kopi Desa Dampit ini merupakan contoh yang baik tentang bagaimana kolaborasi antara akademisi dan masyarakat dapat menciptakan solusi cerdas yang memberdayakan ekonomi lokal dan memberikan dampak positif bagi lingkungan.
Inisiatif ini bukan hanya sekadar mengubah limbah menjadi produk bernilai, tetapi juga menumbuhkan semangat kewirausahaan dan kemandirian di kalangan masyarakat Desa Dampit. Dengan terus berinovasi dan mengembangkan produk-produk baru, mereka dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan keluarga.
Keberhasilan program ini juga menjadi inspirasi bagi daerah lain untuk mengembangkan potensi lokal yang ada. Setiap daerah memiliki sumber daya alam dan limbah yang dapat diolah menjadi produk bernilai jika dikelola dengan baik. Dengan dukungan yang tepat dari pemerintah dan perguruan tinggi, potensi tersebut dapat diwujudkan menjadi kenyataan.
Inovasi lulur kopi organik dari Desa Dampit ini membuktikan bahwa limbah tidak selalu menjadi masalah. Dengan kreativitas dan inovasi, limbah dapat diubah menjadi sumber daya yang bernilai ekonomis dan memberikan manfaat bagi masyarakat dan lingkungan. Semoga inovasi ini dapat terus berkembang dan memberikan dampak positif yang lebih besar bagi Indonesia.
Sumber: rakyatindependen.id