Nasional

Gelora Sastra Yogyakarta Mengukir Sejarah di Panggung Pertemuan Penyair Nusantara XIII Jakarta

Yogyakarta, sebuah kota yang tak pernah berhenti melahirkan talenta dan mengukir narasi budaya, kembali mengirimkan duta-duta terbaiknya ke ajang sastra paling bergengsi di kawasan Asia Tenggara, Pertemuan Penyair Nusantara (PPN) XIII 2025. Diselenggarakan di jantung ibu kota, Jakarta, mulai tanggal 11 hingga 14 September 2025, perhelatan akbar ini menjadi magnet bagi para perangkai kata dari berbagai penjuru, dan Yogyakarta dengan bangga menampilkan tiga nama yang berhasil menembus kurasi ketat: Ulfatin CH, Joshua Igho, dan Latief Noor Rochmans. Kehadiran mereka bukan sekadar representasi, melainkan penegasan akan denyut nadi sastra yang tak pernah padam di Kota Gudeg, membawa resonansi kebudayaan yang kaya ke kancah yang lebih luas.

PPN XIII tahun ini mencatatkan rekor partisipasi dengan total 231 penyair yang terpilih dari ribuan naskah yang masuk. Skala acara ini menegaskan posisinya sebagai forum sastra terkemuka, tempat bertemunya berbagai aliran, gagasan, dan pengalaman. Dari jumlah tersebut, 50 penyair berasal dari mancanegara, melibatkan negara-negara serumpun seperti Brunei Darussalam, Malaysia, Thailand, dan Singapura, yang turut memperkaya mozaik keberagaman sastra Asia Tenggara. Sementara itu, 81 penyair berasal dari wilayah Jabodetabek, mewakili dinamika urban yang seringkali menjadi sumber inspirasi, dan 100 penyair lainnya datang dari berbagai daerah di Nusantara, memancarkan kearifan lokal dan kekayaan bahasa dari Sabang sampai Merauke. Keberagaman ini menjadikan PPN bukan hanya ajang pamer karya, tetapi juga laboratorium gagasan, tempat para penyair berinteraksi, berdiskusi, dan saling menginspirasi.

Karya-karya yang berhasil menembus kurasi PPN dikenal memiliki kedalaman filosofis, keunikan gaya, dan kekuatan ekspresi. Puisi Ulfatin CH yang berjudul "Dalam Berlayar" berhasil memikat para kurator dengan narasi perjalanan batin dan refleksi kehidupan yang mendalam. Ulfatin, dikenal sebagai penyair perempuan dengan suara khas yang seringkali mengangkat isu-isu kemanusiaan dan spiritualitas, membawa perspektif yang kaya akan simbolisme dan metafora. Sementara itu, Joshua Igho dengan karyanya "Museum Hegemoni" menyajikan kritik tajam terhadap struktur kekuasaan dan narasi dominan yang kerap membungkam suara-suara kecil. Puisi ini, dengan nuansa intelektual dan keberaniannya dalam mengolah tema-tema sosial-politik, menunjukkan kedewasaan berpikir Joshua sebagai penyair asal Kaliurang, Sleman, yang selalu peka terhadap dinamika lingkungannya. Terakhir, Latief Noor Rochmans berhasil lolos dengan puisi "Overture Kesadaran," sebuah karya yang mengajak pembaca pada perenungan akan eksistensi dan pencarian makna diri. Latief, yang sebelumnya telah menorehkan jejak dalam antologi "Risalah Sunyi," membuktikan konsistensinya dalam menyajikan karya-karya bernuansa filosofis yang memancing pembaca untuk berpikir lebih jauh.

Perhelatan internasional ini dijadwalkan akan dibuka langsung oleh Menteri Kebudayaan, Fadli Zon, sebuah indikasi kuat akan pengakuan pemerintah terhadap peran penting sastra dalam pembangunan karakter bangsa dan diplomasi budaya. Kehadiran seorang menteri dalam pembukaan PPN menegaskan bahwa sastra bukan sekadar hiburan, melainkan pilar penting dalam membentuk peradaban dan memperkuat identitas nasional di tengah arus globalisasi.

Joshua Igho, dengan sorot mata penuh kebanggaan, menilai bahwa PPN kini telah menjelma menjadi barometer utama kepenyairan di Asia Tenggara. "Seleksi PPN sangat ketat. Kurator hanya melihat kualitas puisi, bukan rekam jejak penyair. Ini adalah kebanggaan tersendiri, sebuah validasi atas kualitas karya yang dihasilkan, bukan semata-mata popularitas atau pengalaman. Lolosnya karya ke ajang ini merupakan sebuah kehormatan, sekaligus tanggung jawab untuk terus berkarya dan memberikan yang terbaik bagi dunia sastra," ujar Joshua, yang dikenal dengan gaya puitisnya yang lugas namun penuh makna, seringkali mengangkat lanskap kultural dan sosial dari lereng Merapi. Baginya, PPN adalah arena pembuktian, tempat ide-ide baru diuji dan batas-batas kepenyairan dieksplorasi.

Gelora Sastra Yogyakarta Mengukir Sejarah di Panggung Pertemuan Penyair Nusantara XIII Jakarta

Latief Noor Rochmans menambahkan bahwa keikutsertaan penyair Yogya di PPN menjadi bukti nyata bahwa geliat sastra di kota budaya ini masih sangat kuat dan relevan. "Yogyakarta adalah kota sastra. Sejak dulu, kota ini telah menjadi episentrum lahirnya berbagai pemikiran dan karya sastra monumental. Kehadiran kami di PPN menegaskan bahwa suara penyair Yogya tetap bergema, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga mampu bersaing di kancah nasional bahkan internasional. Ini adalah warisan yang harus terus kami jaga dan kembangkan," jelas Latief, yang karya-karyanya seringkali merangkum esensi kearifan lokal dengan sentuhan universalitas. Antologi "Risalah Sunyi" yang pernah memuat karyanya menjadi salah satu bukti kontribusinya dalam memperkaya khazanah sastra Indonesia kontemporer.

Sementara itu, Ulfatin CH, dengan senyum ramah, menilai bahwa ajang PPN bukan hanya sekadar panggung untuk menampilkan karya, tetapi juga ruang silaturahmi dan tukar pengalaman antarpenyair serumpun. "Alhamdulillah bisa lolos seleksi. Ini adalah kesempatan emas untuk memperluas wawasan dan jejaring sastra. Berinteraksi dengan penyair dari berbagai latar belakang, baik dari dalam maupun luar negeri, akan membuka cakrawala baru, menginspirasi ide-ide segar, dan memperkaya pemahaman kita tentang bagaimana sastra mampu menjembatani perbedaan dan menyatukan kemanusiaan," ungkapnya, menyoroti aspek komunitas dan pembelajaran yang tak kalah penting dari kompetisi itu sendiri.

Dukungan signifikan juga datang dari Balai Bahasa Yogyakarta (BBY), sebuah institusi yang selama ini menjadi garda terdepan dalam pelestarian dan pengembangan bahasa serta sastra lokal. Kepala BBY, Drs. Anang Santosa M.Hum., menegaskan pentingnya sastra sebagai jalan menuju ranah internasional. "Melalui sastra, kita tidak hanya bicara bahasa, tapi juga kemanusiaan. Sastra memiliki kekuatan universal untuk menyentuh hati dan pikiran, melampaui batas-batas geografis dan budaya. Oleh karena itu, dukungan kami terhadap para penyair Yogya adalah bagian dari komitmen BBY untuk terus memajukan sastra sebagai agen perubahan dan penghubung antarperadaban," ujarnya, menekankan visi sastra yang lebih luas dan transformatif.

Joshua Igho juga mengapresiasi peran aktif BBY dan Asosiasi Pekerja Penulis Media Independen DIY (APPMI DIY) yang dipimpin oleh Sugeng Waskito dalam membantu keberangkatan mereka. Meskipun panitia PPN tidak menanggung biaya transportasi dari daerah, dukungan finansial dan moral dari lembaga-lembaga daerah ini menjadi vital, memastikan perjalanan ketiga penyair ini ke Jakarta dapat terlaksana dengan lancar. "Dukungan dari BBY dan APPMI DIY sangat berarti bagi kami. Ini menunjukkan bahwa ada ekosistem sastra yang solid di Yogya, yang saling mendukung dan mendorong para senimannya untuk terus berkarya dan berprestasi," kata Joshua, menyoroti kolaborasi yang harmonis antara komunitas dan institusi.

Sugeng Waskito, sebagai Ketua APPMI DIY, turut menyampaikan kebanggaannya. "Selamat kepada Ulfatin, Joshua, dan Latief. Semoga keberangkatan kalian membawa manfaat besar untuk perkembangan sastra Yogya secara keseluruhan. Kehadiran kalian di PPN adalah inspirasi bagi penyair-penyair muda di Yogyakarta, menunjukkan bahwa dengan ketekunan dan kualitas, suara dari daerah mampu bersinar di panggung nasional dan internasional," pungkasnya, memberikan semangat dan harapan bagi masa depan sastra Yogyakarta.

Keberangkatan ketiga penyair ini ke PPN XIII Jakarta adalah lebih dari sekadar partisipasi dalam sebuah acara; ini adalah manifestasi dari semangat literasi yang tak pernah padam di Yogyakarta, bukti bahwa kota ini terus melahirkan pemikir dan perangkai kata yang mampu membawa narasi lokal ke panggung global. Ini adalah penanda bahwa sastra, dengan segala dinamikanya, tetap menjadi kekuatan yang hidup, bernapas, dan relevan dalam merespons zaman, menghubungkan manusia, dan merayakan keberagaman budaya Nusantara.

Sumber: rakyatindependen.id

Gelora Sastra Yogyakarta Mengukir Sejarah di Panggung Pertemuan Penyair Nusantara XIII Jakarta

Related Articles