Nasional

Erick Thohir Sebut Kekalahan 0-1 Timnas U23 dari Korsel sebagai ‘Kekalahan Terhormat’, PSSI Siapkan Evaluasi Menyeluruh untuk Masa Depan

Gelora Delta Sidoarjo menjadi saksi bisu perjuangan gigih Tim Nasional U23 Indonesia yang harus menelan pil pahit kekalahan tipis 0-1 dari Korea Selatan dalam laga krusial Kualifikasi Piala Asia U23 AFC. Meskipun hasil akhir tidak sesuai harapan, Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, memberikan apresiasi tinggi terhadap determinasi para pemain, bahkan melabeli kekalahan tersebut sebagai "kekalahan terhormat." Sebuah ungkapan yang menyiratkan bahwa di balik skor, ada upaya maksimal dan semangat juang yang patut diacungi jempol, meskipun lawan yang dihadapi memang memiliki kualitas di atas rata-rata.

Pertandingan yang digelar pada Selasa malam itu bukan sekadar laga biasa. Ini adalah penentu nasib Garuda Muda untuk melaju ke babak berikutnya di ajang Piala Asia U23 2026. Sejak peluit kick-off dibunyikan, intensitas permainan sudah terasa tinggi. Timnas U23 Indonesia, yang bertindak sebagai tuan rumah, tampil dengan semangat membara di hadapan ribuan suporter yang memadati stadion. Mereka mencoba menerapkan berbagai strategi untuk membendung serangan dan menciptakan peluang, namun dominasi Korea Selatan, yang dikenal dengan organisasi permainan dan individu-individu berkualitasnya, sulit dibendung sepenuhnya.

Erick Thohir, yang hadir langsung di stadion, menyaksikan setiap detik perjuangan para pemain. Usai pertandingan, dengan nada yang penuh pengertian namun tegas, ia menyampaikan pandangannya. "Ya, tim sudah kerja keras. Tadi, coba formasi 4-3-3, 3-5-2, coba lagi dengan formasi lain. Dan akhirnya tetap kalah 1-0 sama Korea, tim yang sangat bagus," ujarnya. Pernyataan ini menyoroti adaptasi taktis yang dilakukan oleh jajaran pelatih. Dalam situasi tertinggal atau mencari celah, perubahan formasi adalah upaya maksimal untuk menemukan keseimbangan baru, baik dalam menyerang maupun bertahan. Formasi 4-3-3 yang cenderung ofensif, beralih ke 3-5-2 yang menawarkan kekuatan di lini tengah dan fleksibilitas sayap, menunjukkan bahwa staf pelatih tidak tinggal diam dan terus mencari solusi di lapangan. Namun, kualitas lawan seringkali menjadi faktor penentu yang sulit diatasi.

Korea Selatan memang bukan lawan sembarangan. Mereka adalah salah satu kekuatan sepak bola di Asia dengan tradisi panjang dan pembinaan pemain muda yang sistematis. Kualitas individu pemain mereka, mulai dari kemampuan teknis, kecepatan, hingga pemahaman taktik, seringkali satu tingkat di atas tim-tim lain di kawasan. Menahan mereka hanya dengan selisih satu gol tipis, meskipun tetap kalah, memang bisa diartikan sebagai pencapaian tersendiri dalam konteks performa. Inilah yang mungkin mendasari pernyataan "kekalahan terhormat" dari Ketua Umum PSSI. Ini bukan berarti menerima kekalahan begitu saja, melainkan mengakui bahwa upaya maksimal telah dikerahkan melawan tim yang secara objektif lebih unggul.

Namun, di balik apresiasi tersebut, Erick Thohir juga menekankan pentingnya evaluasi menyeluruh. Kekalahan ini, meskipun terhormat, tetap merupakan sebuah kegagalan dalam mencapai target lolos ke putaran final Piala Asia U23. "Ya, saya rasa kita kalah terhormat. Saya nanti akan meminta Technical Director untuk review semuanya. Tidak hanya hasil hari ini, tapi juga persiapan ke depan nanti," tambahnya. Pernyataan ini mengindikasikan bahwa PSSI tidak akan berhenti pada sekadar evaluasi permukaan. Mereka akan melakukan bedah tuntas terhadap seluruh aspek yang berkaitan dengan performa tim, mulai dari proses seleksi pemain, program latihan, strategi pertandingan, hingga dukungan non-teknis yang diberikan.

Erick Thohir Sebut Kekalahan 0-1 Timnas U23 dari Korsel sebagai ‘Kekalahan Terhormat’, PSSI Siapkan Evaluasi Menyeluruh untuk Masa Depan

Pentingnya peran Technical Director (Direktur Teknik) dalam proses ini sangat krusial. Seorang Direktur Teknik memiliki tugas untuk mengawasi dan mengembangkan filosofi sepak bola nasional, mulai dari akar rumput hingga timnas senior. Dalam konteks ini, Direktur Teknik akan diminta untuk menganalisis secara mendalam mengapa tim gagal mencapai target. Apakah ada kelemahan dalam sistem pembinaan pemain muda yang perlu diperbaiki? Apakah kurikulum latihan sudah relevan dengan standar sepak bola modern? Bagaimana dengan aspek nutrisi, psikologis, dan medis para pemain? Semua ini akan menjadi bagian dari tinjauan komprehensif yang bertujuan untuk mengidentifikasi area-area yang memerlukan perbaikan.

Erick Thohir juga menegaskan akan memanggil Direktur Teknik untuk mengetahui lebih jauh kondisi tim. "Kalau kita lihat ya, hasilnya kemarin mungkin satu lawan lawas saja. Tapi apapun ya, kita harus tadi review nanti dari Technical Director," imbuhnya. Kalimat "satu lawan lawas saja" mungkin merujuk pada kenyataan bahwa tim sudah sering bertemu dengan Korea Selatan dan hasil yang serupa sudah pernah terjadi sebelumnya. Namun, ini tidak lantas menjadi pembenaran. Sebaliknya, hal ini harus menjadi pemicu untuk mencari tahu apa yang membuat perbedaan dan bagaimana gap kualitas itu bisa diperkecil di masa depan.

Kegagalan ini menandai perbedaan yang mencolok dengan edisi Piala Asia U23 sebelumnya. Pada tahun 2024, di bawah asuhan pelatih Shin Tae-yong, Timnas U23 Indonesia berhasil menciptakan sejarah. Mereka tidak hanya mampu menembus babak semifinal, sebuah pencapaian yang belum pernah diraih sebelumnya, tetapi juga memberikan perlawanan sengit kepada Korea Selatan. Bahkan, dalam pertandingan perempat final yang legendaris itu, Garuda Muda mampu menahan imbang Korea Selatan 2-2 hingga perpanjangan waktu, sebelum akhirnya kalah dramatis lewat adu penalti. Momen tersebut menjadi titik balik bagi kepercayaan diri sepak bola Indonesia di kancah Asia.

Perbandingan antara edisi 2024 dan 2026 ini tentu saja tidak bisa dihindari. Apa yang membedakan kedua periode ini? Apakah ada perubahan dalam kualitas skuad, persiapan, atau mungkin filosofi permainan? Evaluasi mendalam dari Direktur Teknik diharapkan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dan memberikan peta jalan yang jelas untuk perbaikan. Keberhasilan di tahun 2024 menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi untuk bersaing di level tertinggi Asia. Oleh karena itu, kegagalan di tahun 2026 harus menjadi pelajaran berharga, bukan sekadar sebuah kemunduran.

PSSI di bawah kepemimpinan Erick Thohir memiliki visi besar untuk mengangkat harkat dan martabat sepak bola Indonesia. Kegagalan di level U23 ini, meskipun menyakitkan, harus dilihat sebagai bagian dari proses panjang pembangunan. Sepak bola adalah olahraga yang membutuhkan konsistensi, perencanaan jangka panjang, dan kesabaran. Hasil instan memang selalu diharapkan, namun fondasi yang kuat baru bisa dibangun melalui evaluasi berkelanjutan dan perbaikan sistematis.

Fokus ke depan haruslah pada pengembangan pemain muda. Generasi emas tidak lahir begitu saja, melainkan melalui program pembinaan yang terstruktur, kompetisi yang berjenjang, dan kesempatan bermain yang luas. PSSI perlu memastikan bahwa ada jalur yang jelas bagi talenta-talenta muda untuk berkembang, mulai dari akademi, liga usia muda, hingga akhirnya menembus tim nasional. Selain itu, aspek mental dan psikologis pemain juga tidak boleh dikesampingkan. Tekanan untuk berprestasi di kancah internasional sangat besar, dan pemain harus dibekali dengan mental baja untuk menghadapinya.

Dukungan dari berbagai pihak juga menjadi kunci. Pemerintah, swasta, dan terutama para suporter, harus terus memberikan dukungan moral dan material kepada PSSI dan tim nasional. Kritik yang membangun tentu dibutuhkan, namun harus diiringi dengan kepercayaan bahwa federasi dan jajaran pelatih sedang berupaya maksimal untuk membawa sepak bola Indonesia ke level yang lebih tinggi. Kekalahan ini adalah cambuk untuk introspeksi, bukan alasan untuk menyerah.

Dengan demikian, meskipun Timnas U23 Indonesia gagal tampil di Piala Asia U23 2026, perjuangan mereka di Sidoarjo tidak akan sia-sia. Pengalaman berharga ini, ditambah dengan evaluasi komprehensif yang akan dilakukan PSSI, diharapkan menjadi pijakan untuk langkah-langkah selanjutnya yang lebih baik. Sepak bola Indonesia memiliki potensi besar, dan dengan kerja keras, perencanaan matang, serta dukungan penuh, impian untuk bersaing di level tertinggi Asia, bahkan dunia, masih sangat mungkin untuk diwujudkan. Ini adalah kekalahan yang menyakitkan, tetapi juga merupakan panggilan untuk bangkit lebih kuat.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Erick Thohir Sebut Kekalahan 0-1 Timnas U23 dari Korsel sebagai 'Kekalahan Terhormat', PSSI Siapkan Evaluasi Menyeluruh untuk Masa Depan

Related Articles