Nasional

Harga Ayam Potong di Ponorogo Terus Meroket, Pedagang dan Pembeli Tertekan

Fenomena kenaikan harga ini telah berlangsung secara bertahap selama kurang lebih 15 hari terakhir, menciptakan ketidakpastian dan kebingungan di kalangan pedagang. Sri Asih, salah seorang pedagang ayam di Pasar Legi, mengungkapkan keresahannya. "Sudah sekitar dua minggu ini naik, tapi naiknya bertahap," ungkap Sri pada Jumat, pekan ini. Ia menambahkan bahwa tidak ada informasi jelas mengenai penyebab kenaikan ini dari pihak penyedia atau distributor, membuat para pedagang seperti dirinya merasa terombang-ambing dan sulit membuat strategi penjualan. Ketidakjelasan informasi ini memperparah situasi, sebab para pedagang tidak bisa memprediksi tren harga ke depan, yang sangat krusial untuk manajemen stok dan penetapan harga jual.

Kenaikan harga ini menimbulkan efek domino yang meluas, menekan baik pedagang maupun pembeli. Bagi para pedagang ayam, seperti Sri, situasi ini adalah dilema besar. Di satu sisi, mereka harus tetap berdagang untuk mencari nafkah, namun di sisi lain, harga jual yang tinggi berisiko membuat pembeli enggan dan beralih ke pilihan lain. "Ya mau gimana lagi, meski harga tinggi ya tetap jualan. Dari penyedia juga tidak ada informasi jelas, jadi kita juga bingung," tambah Sri, menggambarkan betapa terjepitnya posisi mereka. Margin keuntungan yang semakin menipis ditambah dengan ancaman penurunan volume penjualan menjadi beban ganda yang harus mereka pikul setiap hari. Kehilangan pelanggan setia adalah ketakutan terbesar, terutama di tengah persaingan pasar yang ketat. Beberapa pedagang bahkan terpaksa mengurangi jumlah stok ayam yang mereka jual setiap hari untuk meminimalisir risiko kerugian jika ayam tidak laku. Ini pada gilirannya dapat menciptakan kelangkaan semu di pasar dan semakin mendorong kenaikan harga.

Tekanan serupa, bahkan mungkin lebih berat, dirasakan oleh para pelaku usaha kuliner yang sangat bergantung pada pasokan daging ayam. Khoiri, pemilik warung ayam geprek dan ayam bakar yang populer di Ponorogo, mengaku masih menahan diri untuk tidak menaikkan harga jual produknya. Keputusan ini, meskipun bertujuan untuk mempertahankan pelanggan, berakibat pada keuntungan yang semakin tipis, bahkan nyaris tidak ada. "Untuk saat ini, belum melakukan apa-apa. Ya karena harga ayamnya tinggi, untung kami tipis. Sebab, juga belum menaikkan harga," ucap Khoiri. Ia menjelaskan bahwa menaikkan harga jual bukanlah keputusan mudah, karena dapat membuat pelanggan beralih ke warung lain. Namun, jika situasi ini terus berlanjut, ia terpaksa harus mengambil langkah tersebut demi kelangsungan usahanya, yang berarti risiko kehilangan pelanggan akan semakin besar. Ini adalah lingkaran setan yang sulit diputus.

Srikatin, penjual nasi goreng yang setiap hari berbelanja ayam di Pasar Legi Ponorogo, juga merasakan dampak langsung dari lonjakan harga ini. Meskipun harga naik signifikan, ia tetap harus membeli ayam untuk menjaga kualitas dan kuantitas menu nasi gorengnya. "Mau bagaimana lagi, harganya memang sudah naik. Ya tetap beli, porsinya juga tidak saya kurangi," ujar Srikatin. Keputusan untuk tidak mengurangi porsi adalah upaya menjaga loyalitas pelanggan, namun konsekuensinya adalah profitabilitas usahanya tergerus. Bagi usaha kuliner skala kecil, setiap kenaikan biaya bahan baku dapat sangat mempengaruhi keberlanjutan bisnis mereka. Mereka harus berpikir keras untuk mengoptimalkan bahan baku lain, mencari pemasok alternatif, atau bahkan meracik ulang menu agar tetap menarik tanpa terlalu membebani biaya produksi.

Penyebab pasti di balik lonjakan harga ini masih menjadi misteri bagi banyak pihak di tingkat pedagang. Namun, berdasarkan analisis pasar dan pengalaman sebelumnya, ada beberapa faktor yang mungkin berkontribusi. Pertama, kenaikan harga pakan ternak. Pakan, yang sebagian besar bahan bakunya masih impor seperti jagung dan kedelai, sangat rentan terhadap fluktuasi kurs mata uang asing dan harga komoditas global. Jika harga pakan naik, biaya produksi peternak otomatis meningkat, yang kemudian diteruskan ke harga jual ayam. Kedua, adanya gangguan pada rantai pasok. Ini bisa berupa masalah logistik, distribusi yang tidak efisien, atau bahkan penumpukan di tingkat distributor tertentu. Musim penghujan yang ekstrem atau masalah infrastruktur jalan juga dapat menghambat pengiriman, menyebabkan pasokan terlambat atau berkurang di pasar.

Harga Ayam Potong di Ponorogo Terus Meroket, Pedagang dan Pembeli Tertekan

Ketiga, faktor kesehatan ternak. Wabah penyakit pada ayam broiler dapat menyebabkan penurunan populasi secara drastis, sehingga pasokan berkurang dan harga melonjak. Meskipun tidak ada laporan resmi tentang wabah besar saat ini di Ponorogo, kemungkinan adanya kasus sporadis atau dampak dari wilayah lain tidak bisa dikesampingkan. Keempat, peningkatan permintaan musiman. Meskipun bukan dalam periode hari raya besar, terkadang ada lonjakan permintaan lokal yang tidak terduga, misalnya karena adanya acara besar, hajatan, atau perubahan pola konsumsi masyarakat yang tidak diantisipasi oleh pasokan. Kelima, spekulasi dan penimbunan. Dalam beberapa kasus, ada pihak-pihak yang sengaja menahan pasokan atau menciptakan kelangkaan untuk mendorong harga naik, meskipun praktik ini sulit dibuktikan secara langsung tanpa investigasi mendalam.

Dampak dari kenaikan harga ayam potong ini jauh melampaui meja makan dan dapur rumah tangga. Secara makro, ini dapat memicu inflasi, mengurangi daya beli masyarakat, dan memperlambat perputaran ekonomi lokal. Konsumen, terutama dari kalangan menengah ke bawah, akan merasakan beban yang paling berat. Protein hewani yang seharusnya menjadi bagian penting dari gizi keluarga menjadi semakin sulit dijangkau. Mereka mungkin terpaksa mengurangi konsumsi daging ayam atau beralih ke sumber protein yang lebih murah seperti tahu dan tempe, yang meskipun sehat, belum tentu dapat menggantikan sepenuhnya kebutuhan gizi dari ayam.

Pengamat ekonomi lokal, yang enggan disebut namanya, menyatakan keprihatinannya. "Kenaikan harga bahan pokok, apalagi protein seperti ayam, adalah indikator awal dari tekanan inflasi yang lebih luas. Pemerintah daerah perlu segera turun tangan, bukan hanya untuk menstabilkan harga, tetapi juga untuk mengidentifikasi akar masalahnya secara menyeluruh," ujarnya. Ia menyarankan agar pemerintah melakukan operasi pasar, memantau rantai distribusi, dan berkoordinasi dengan peternak untuk memastikan pasokan yang stabil.

Di sisi lain, pakar pertanian dan peternakan menyoroti pentingnya kemandirian pakan dan peningkatan produktivitas peternak lokal. "Ketergantungan pada pakan impor membuat industri peternakan kita rentan. Perlu ada upaya serius untuk mengembangkan pakan alternatif dari bahan baku lokal dan meningkatkan kapasitas peternak mandiri agar mereka lebih tahan terhadap gejolak harga," jelas seorang akademisi dari universitas di Ponorogo. Ia juga menekankan pentingnya edukasi peternak dalam manajemen kesehatan ternak yang baik untuk mencegah wabah penyakit yang bisa menyebabkan kerugian besar.

Untuk mengatasi permasalahan ini secara berkelanjutan, diperlukan sinergi antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat. Pemerintah daerah melalui dinas terkait harus proaktif dalam memantau harga dan pasokan, melakukan intervensi pasar jika diperlukan, serta membuka jalur komunikasi yang jelas dengan para peternak dan distributor. Kebijakan jangka panjang juga harus difokuskan pada penguatan ketahanan pangan lokal, diversifikasi sumber protein, dan peningkatan efisiensi rantai pasok dari hulu ke hilir. Edukasi kepada masyarakat tentang pola konsumsi yang bijak dan pentingnya gizi seimbang dari berbagai sumber protein juga perlu digalakkan.

Pada akhirnya, lonjakan harga ayam potong di Ponorogo ini adalah cerminan dari kompleksitas pasar pangan yang membutuhkan perhatian serius. Tekanan yang dirasakan oleh Sri Asih, Khoiri, Srikatin, dan ribuan warga Ponorogo lainnya adalah alarm bagi semua pihak untuk bergerak. Tanpa tindakan konkret dan terkoordinasi, harga ayam yang meroket ini tidak hanya akan mengganggu stabilitas ekonomi lokal, tetapi juga dapat mengancam kesejahteraan dan ketahanan pangan masyarakat secara lebih luas.

rakyatindependen.id

Harga Ayam Potong di Ponorogo Terus Meroket, Pedagang dan Pembeli Tertekan

Related Articles