Malam Ricuh di Mojoagung: Konvoi Remaja Berujung Bentrokan dengan Warga, Polisi Amankan 22 Pelajar dan Sita Belasan Motor

Jombang (rakyatindependen.id) – Sebuah malam yang seharusnya tenang di Desa Dukuhdimoro, Kecamatan Mojoagung, Jombang, berubah menjadi mencekam pada Sabtu (20/9/2025) dini hari, ketika konvoi motor puluhan remaja berujung pada bentrokan fisik dengan warga setempat. Insiden yang memecah ketenangan warga ini segera direspons oleh pihak kepolisian, yang berhasil mengamankan 22 remaja dan menyita 12 unit sepeda motor sebagai barang bukti. Peristiwa ini menyoroti kembali isu kenakalan remaja, pengawasan orang tua, serta pentingnya ketertiban umum di tengah masyarakat.
Kejadian bermula sekitar pukul 01.00 dini hari, ketika rombongan sekitar 50 remaja, sebagian besar di antaranya masih berstatus pelajar, memulai aksi konvoi menggunakan sepeda motor di Jalan Raya Dukuhdimoro. Konvoi tersebut tidak hanya sekadar melintas, melainkan diwarnai dengan aksi menggeber-geber knalpot motor yang menimbulkan suara bising memekakkan telinga. Suara-suara tersebut, yang terdengar jelas di keheningan dini hari, sontak mengganggu ketenangan dan kenyamanan warga yang sedang beristirahat. Keresahan warga tidak hanya terbatas pada kebisingan, tetapi juga kekhawatiran akan potensi bahaya yang ditimbulkan oleh konvoi ugal-ugalan tersebut, mengingat kerap kali aksi semacam ini berpotensi memicu kecelakaan lalu lintas atau bahkan tindakan kriminal lainnya.
Kesabaran warga tampaknya telah mencapai batasnya. Beberapa warga yang merasa terganggu dan khawatir akan keselamatan lingkungan mereka akhirnya memutuskan untuk bertindak. Mereka mencoba menghentikan laju konvoi yang arogan tersebut. Upaya penghentian ini tidak berjalan mulus, melainkan berujung pada gesekan dan bentrokan. Dalam kericuhan yang terjadi, dua remaja yang menjadi bagian dari konvoi berhasil dihentikan oleh warga. Sayangnya, ketegangan memuncak hingga mengakibatkan perusakan sepeda motor milik kedua remaja tersebut. Merasa terdesak dan ketakutan, kedua remaja itu kemudian melarikan diri dan bersembunyi di area ladang jagung yang gelap, meninggalkan motor mereka yang telah rusak.
Melihat situasi yang semakin tidak terkendali dan demi menghindari eskalasi konflik yang lebih besar, warga yang terlibat dan menyaksikan kejadian tersebut segera melaporkan peristiwa ini ke Kepolisian Sektor (Polsek) Mojoagung. Laporan cepat dari masyarakat ini menjadi kunci bagi penanganan lebih lanjut oleh aparat keamanan. Polsek Mojoagung, di bawah komando Kompol Yogas, langsung merespons dengan sigap. Tim patroli segera bergerak menuju lokasi kejadian untuk melakukan penyisiran dan pengamanan.
Dalam waktu singkat, aparat kepolisian tiba di lokasi dan mulai menyisir area sekitar Desa Dukuhdimoro, termasuk ladang jagung tempat kedua remaja sebelumnya bersembunyi. Dari hasil penyisiran yang cermat dan koordinasi dengan warga, polisi berhasil mengamankan total 22 remaja yang diduga terlibat dalam konvoi dan bentrokan tersebut. Selain mengamankan para pelaku, polisi juga menyita 12 unit sepeda motor yang digunakan dalam konvoi sebagai barang bukti. Kendaraan-kendaraan ini akan menjalani pemeriksaan lebih lanjut terkait kelengkapan surat-surat dan modifikasi yang mungkin melanggar aturan lalu lintas.
Kompol Yogas, Kapolsek Mojoagung, mengonfirmasi penangkapan puluhan remaja tersebut. Beliau menjelaskan bahwa para remaja yang diamankan dibawa ke kantor polisi untuk menjalani proses pembinaan dan pendataan identitas secara komprehensif. Pembinaan ini penting untuk memberikan pemahaman kepada para remaja mengenai dampak negatif dari tindakan mereka, baik bagi diri sendiri maupun bagi masyarakat luas.
Menanggapi kekhawatiran publik mengenai kemungkinan adanya indikasi keterlibatan kelompok kejahatan jalanan atau gangster dalam insiden ini, Kompol Yogas memberikan klarifikasi tegas. "Sejauh ini, kami belum menemukan indikasi ke arah sana. Mereka kebanyakan para pelajar. Jumlahnya sekitar 50 anak. Belum kita temukan adanya indikasi gangster," ujarnya. Penjelasan ini diharapkan dapat menenangkan masyarakat dari spekulasi yang tidak berdasar, meskipun insiden ini tetap menjadi peringatan serius akan potensi kenakalan remaja.
Lebih lanjut, Kompol Yogas juga memaparkan bahwa para pelajar yang diamankan berasal dari berbagai wilayah kecamatan. "Para pelajar tersebut berasal dari sejumlah kecamatan, di antaranya Wonosalam, Bareng, Bandarkedungmulyo, bahkan ada yang berasal dari Nganjuk," tambahnya. Fakta ini menunjukkan bahwa aksi konvoi dan bentrokan ini melibatkan remaja dari area yang cukup luas, mengindikasikan adanya jaringan pertemanan atau ajakan yang melampaui batas administrasi desa atau kecamatan. Hal ini juga menjadi tantangan tersendiri bagi kepolisian dalam melakukan koordinasi lintas wilayah untuk pembinaan dan pencegahan.
Sebagai bagian integral dari proses pembinaan, pihak kepolisian mengambil langkah proaktif dengan memanggil orang tua dan guru dari para remaja yang terlibat. Pemanggilan ini bertujuan untuk memberikan arahan dan pemahaman mendalam mengenai tanggung jawab bersama dalam mendidik dan mengawasi anak-anak. Orang tua dan guru diharapkan dapat bersinergi dengan pihak kepolisian untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang di kemudian hari. Diskusi ini juga menjadi forum untuk mencari tahu akar permasalahan yang mungkin melatarbelakangi perilaku remaja tersebut, seperti kurangnya pengawasan, tekanan teman sebaya, atau ketiadaan aktivitas positif di luar jam sekolah.
Tidak hanya pembinaan, aspek penegakan hukum juga diterapkan. Sepeda motor yang digunakan para remaja dalam konvoi tersebut dikenakan tilang. Penilangan ini bukan hanya sekadar sanksi administratif, melainkan juga upaya edukasi agar para remaja dan orang tua mereka lebih patuh terhadap peraturan lalu lintas. Pelanggaran yang mungkin ditemukan antara lain tidak mengenakan helm, knalpot bising yang tidak standar (brong), tidak memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM), atau tidak membawa surat-surat kendaraan yang lengkap. Langkah ini diharapkan memberikan efek jera dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya tertib berlalu lintas demi keselamatan diri dan orang lain.
Kapolsek Mojoagung, Kompol Yogas, kembali mengingatkan para orang tua akan pentingnya peran mereka dalam mengawasi aktivitas anak-anaknya, terutama saat jam malam. "Misalnya, pukul sepuluh malam, anak-anak harus sudah berada di rumah. Karena saat mereka berkumpul, sangat berpotensi untuk melakukan konvoi sepeda motor," pungkasnya dengan tegas. Imbauan ini bukan tanpa alasan, mengingat jam malam kerap kali menjadi waktu rawan bagi remaja untuk terlibat dalam aktivitas negatif, jauh dari pengawasan orang dewasa. Kurangnya pengawasan pada jam-jam tersebut dapat memicu mereka untuk melakukan tindakan-tindakan yang melanggar hukum dan mengganggu ketertiban umum.
Insiden di Mojoagung ini menjadi cerminan dari tantangan sosial yang kompleks terkait kenakalan remaja. Diperlukan pendekatan yang multi-sektoral, melibatkan kepolisian, pemerintah daerah, lembaga pendidikan, tokoh masyarakat, dan yang terpenting, peran aktif dari keluarga. Program-program pencegahan yang edukatif dan persuasif, serta penyediaan ruang dan aktivitas positif bagi remaja, dapat menjadi solusi jangka panjang untuk mencegah terulangnya kejadian serupa. Masyarakat juga diharapkan tetap waspada dan proaktif melaporkan setiap aktivitas mencurigakan kepada pihak berwajib demi menjaga keamanan dan ketenteraman lingkungan.
Kejadian ini juga menegaskan bahwa konvoi motor yang ugal-ugalan bukan hanya sekadar pelanggaran lalu lintas, melainkan juga tindakan yang dapat mengganggu hak masyarakat untuk hidup tenang dan aman. Penindakan tegas oleh kepolisian, ditambah dengan upaya pembinaan yang berkelanjutan, menjadi langkah penting untuk menegakkan disiplin dan menciptakan lingkungan yang kondusif bagi semua pihak.
rakyatindependen.id