Olahraga

Krisis Finansial Hantui Liga Super Indonesia: Roger Bonet Ungkap Tunggakan Gaji di PSM Makassar dan Kasusnya dengan PSIS Semarang yang Mandek di FIFA

Mantan pemain PSIS Semarang yang kini membela Madura United, Roger Bonet, atau akrab disapa Ruxi, melontarkan kritik pedas terhadap masalah finansial yang melanda sejumlah klub di Liga Super Indonesia (LSI), termasuk PSM Makassar. Melalui serangkaian cuitan di akun media sosial X pribadinya, Bonet mengungkapkan keprihatinannya atas keterlambatan pembayaran gaji yang dialami para pemain dan pelatih, serta menyoroti lambannya penanganan kasus tunggakan gajinya oleh FIFA terhadap PSIS Semarang.

Kicauan Bonet muncul di tengah kekhawatiran yang berkembang tentang stabilitas keuangan beberapa klub LSI, yang baru memasuki bulan kedua musim 2025/2026. Ia mengungkapkan bahwa sejumlah pemain dan pelatih telah secara terbuka mengeluhkan belum menerima gaji selama berbulan-bulan, yang menimbulkan pertanyaan tentang keberlanjutan kompetisi dan profesionalisme liga.

"Baru 2 bulan musim berjalan, beberapa pelatih dan pemain di Liga Super Indonesia sudah buka suara soal belum menerima gaji mereka dalam jangka waktu yang lama," tulis Bonet, yang menunjukkan bahwa masalah ini bukan lagi isu tersembunyi, tetapi telah menjadi perhatian publik.

Bonet, yang memiliki pengalaman langsung dengan masalah tunggakan gaji, membandingkan situasi yang terjadi di PSM Makassar dengan kasusnya sendiri dengan PSIS Semarang. Ia mengungkapkan bahwa hingga saat ini, ia belum menerima kabar terkait haknya, meskipun sudah sembilan bulan berlalu sejak ia meninggalkan klub tersebut. Lebih lanjut, ia menjelaskan bahwa kasusnya telah diajukan ke FIFA, tetapi belum ada penyelesaian yang memuaskan.

"Dalam kasus saya dengan mantan klub saya, PSIS, sudah 9 bulan berlalu dan masih belum ada kabar. Kasus saya sudah diajukan ke FIFA, tetapi saya masih belum menerima penyelesaian. Klub masih berutang gaji sekitar 5 bulan kepada saya," ungkap Bonet, yang menggambarkan frustrasinya terhadap proses yang berlarut-larut.

Pemain asal Spanyol itu juga mengungkapkan bahwa ia telah berkomunikasi dengan sejumlah pemain di liga, yang melaporkan bahwa mereka belum dibayar sejak musim lalu, meskipun beberapa klub telah membuat pengumuman resmi bahwa semua gaji telah dilunasi. Hal ini menimbulkan kecurigaan tentang transparansi dan akuntabilitas klub dalam mengelola keuangan mereka.

"Saya juga telah berbicara dengan banyak pemain di seluruh liga, dan beberapa dari mereka melaporkan bahwa mereka belum dibayar sejak musim lalu, meskipun dalam beberapa kasus klub mereka telah membuat pengumuman resmi yang menyatakan bahwa semua gaji telah dilunasi," tambahnya, yang menunjukkan bahwa masalah ini lebih luas dari yang diperkirakan.

Bonet juga menyoroti peran Asosiasi Pemain Profesional Indonesia (APPI) dalam menangani masalah tunggakan gaji. Ia mengakui upaya APPI dalam membantu para pemain, tetapi merasa bahwa asosiasi tersebut tidak cukup mendesak dalam menangani kasus-kasus yang mendesak.

Krisis Finansial Hantui Liga Super Indonesia: Roger Bonet Ungkap Tunggakan Gaji di PSM Makassar dan Kasusnya dengan PSIS Semarang yang Mandek di FIFA

"Asosiasi Pemain (APPI) mengatakan kepada saya bahwa tidak banyak yang bisa mereka lakukan selain mengajukan kasus. Saya sangat menghargai upaya mereka secara keseluruhan, tetapi dalam kasus ini saya rasa mereka tidak mendesak semaksimal yang kami butuhkan," sebutnya, yang menunjukkan bahwa APPI mungkin memerlukan sumber daya dan kewenangan yang lebih besar untuk melindungi hak-hak pemain.

Pernyataan Bonet telah memicu perdebatan di kalangan penggemar sepak bola Indonesia, dengan banyak yang menyuarakan keprihatinan mereka tentang masa depan liga. Beberapa penggemar menyerukan tindakan tegas dari PSSI dan operator liga untuk mengatasi masalah finansial klub, sementara yang lain mempertanyakan komitmen klub terhadap profesionalisme dan kesejahteraan pemain.

Masalah finansial yang melanda PSM Makassar dan klub-klub lain di Liga Super Indonesia merupakan masalah yang kompleks dan multidimensi. Beberapa faktor yang berkontribusi terhadap masalah ini termasuk:

  1. Manajemen Keuangan yang Buruk: Banyak klub di Indonesia tidak memiliki manajemen keuangan yang solid, yang menyebabkan pengeluaran yang berlebihan dan pendapatan yang tidak mencukupi.
  2. Ketergantungan pada Sponsor: Klub-klub Indonesia sangat bergantung pada sponsor untuk mendanai operasi mereka. Ketika sponsor menarik diri atau mengurangi dukungan mereka, klub-klub tersebut dapat mengalami kesulitan keuangan.
  3. Kurangnya Transparansi: Kurangnya transparansi dalam keuangan klub membuat sulit untuk mengidentifikasi dan mengatasi masalah keuangan sejak dini.
  4. Regulasi yang Lemah: Regulasi yang lemah terkait dengan keuangan klub memungkinkan klub untuk beroperasi tanpa akuntabilitas yang memadai.
  5. Korupsi: Korupsi juga menjadi faktor yang berkontribusi terhadap masalah finansial klub, dengan dana yang dialihkan atau disalahgunakan.

Untuk mengatasi masalah finansial di Liga Super Indonesia, diperlukan tindakan komprehensif dari semua pemangku kepentingan, termasuk PSSI, operator liga, klub, dan sponsor. Beberapa langkah yang dapat diambil meliputi:

  1. Memperkuat Regulasi Keuangan: PSSI dan operator liga harus memperkuat regulasi keuangan untuk memastikan bahwa klub beroperasi secara bertanggung jawab dan berkelanjutan.
  2. Meningkatkan Transparansi: Klub harus lebih transparan dalam keuangan mereka, dengan mengungkapkan informasi keuangan secara teratur kepada publik.
  3. Meningkatkan Manajemen Keuangan: Klub harus meningkatkan manajemen keuangan mereka, dengan mengadopsi praktik-praktik terbaik dan berinvestasi dalam staf keuangan yang berkualitas.
  4. Mencari Sumber Pendapatan Alternatif: Klub harus mencari sumber pendapatan alternatif selain sponsor, seperti penjualan tiket, merchandise, dan hak siar.
  5. Menindak Korupsi: PSSI dan operator liga harus menindak tegas korupsi di semua tingkatan, dengan memberikan sanksi yang berat kepada pelaku.
  6. Meningkatkan Peran APPI: APPI harus diberikan peran yang lebih besar dalam melindungi hak-hak pemain, termasuk memastikan bahwa mereka dibayar tepat waktu.

Dengan mengambil langkah-langkah ini, diharapkan masalah finansial di Liga Super Indonesia dapat diatasi, dan liga dapat menjadi lebih profesional, berkelanjutan, dan kompetitif. Kasus Roger Bonet menjadi pengingat yang menyakitkan tentang tantangan yang dihadapi para pemain dan klub di Indonesia, dan perlunya tindakan segera untuk mengatasi masalah ini. Masa depan sepak bola Indonesia bergantung pada kemampuan kita untuk menciptakan lingkungan yang adil, transparan, dan berkelanjutan bagi semua pihak yang terlibat.

Related Articles