Sinergi Lintas Batas: DLH Jatim Pimpin Aksi Bersih Sungai di Perbatasan Surabaya-Sidoarjo, Wujudkan Ketahanan Lingkungan Menuju Musim Hujan

Pemerintah Provinsi Jawa Timur, melalui Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Jatim, kembali menunjukkan komitmen kuatnya terhadap pelestarian lingkungan dan mitigasi bencana dengan menggelar aksi bersih-bersih sungai skala besar. Pada Jumat, 3 Oktober 2025, puluhan elemen masyarakat, institusi pemerintah, dan akademisi bersatu padu membersihkan Sungai Afvoer Kemambang, sebuah urat nadi penting yang menjadi batas alami antara Kota Surabaya dan Kabupaten Sidoarjo, tepat di area belakang kantor DLH Jatim. Kegiatan ini tidak hanya sekadar membersihkan, tetapi juga menjadi simbol kolaborasi lintas sektor dalam menghadapi tantangan lingkungan, khususnya menjelang datangnya musim hujan yang kerap membawa ancaman banjir.
Aksi bersih-bersih ini merupakan bagian integral dari rangkaian peringatan World Cleanup Day (WCD) 2025, sebuah gerakan global yang bertujuan untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya kebersihan lingkungan dan pengelolaan sampah. Fokus utama kegiatan kali ini adalah membersihkan segmen sungai sepanjang kurang lebih 1 hingga 1,5 kilometer yang selama ini didominasi oleh pertumbuhan eceng gondok yang masif dan rumput liar yang lebat. Kondisi ini secara signifikan menghambat aliran air dan memperparah risiko banjir di kawasan padat penduduk di sekitarnya. Dengan mengerahkan sumber daya yang masif, DLH Jatim bertekad untuk mengembalikan fungsi sungai sebagai saluran air yang lancar dan ekosistem yang sehat.
Plt. Kepala DLH Jatim, Nurkholis, dalam keterangannya, menegaskan urgensi dari kegiatan ini. "Kegiatan bersih-bersih sungai ini sangat penting dilakukan menjelang musim hujan. Eceng gondok yang tumbuh subur menghalangi saluran air sehingga perlu dibersihkan secara tuntas untuk memastikan kelancaran aliran air dan mencegah genangan," ujarnya. Lebih lanjut, Nurkholis menjelaskan bahwa eceng gondok bukan hanya masalah estetika, tetapi juga ancaman serius terhadap ekosistem sungai dan infrastruktur pengairan. Pertumbuhan yang cepat dari tanaman invasif ini dapat mengurangi kadar oksigen dalam air, membahayakan biota air, serta mempercepat sedimentasi dasar sungai. Oleh karena itu, pembersihan rutin dan sistematis menjadi krusial.
Aksi bersih sungai ini melibatkan sinergi dari berbagai pihak yang luar biasa, mencerminkan semangat gotong royong dan tanggung jawab kolektif. Di antaranya adalah sejumlah Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Pemprov Jatim, yang menunjukkan dukungan penuh dari pemerintah daerah. Selain itu, keterlibatan DLH Kota Surabaya dan DLH Kabupaten Sidoarjo menegaskan komitmen bersama dari dua wilayah yang berbatasan langsung dalam menjaga kebersihan dan kesehatan lingkungan di area perbatasan. Unsur TNI turut serta memberikan dukungan logistik dan tenaga, menunjukkan peran aktif mereka dalam upaya kemanusiaan dan pelestarian lingkungan. Mahasiswa Universitas Sunan Giri (Unsuri) juga hadir, mewakili generasi muda yang peduli lingkungan dan siap menjadi agen perubahan. Kehadiran Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Brantas memberikan dimensi teknis dan keahlian dalam pengelolaan sumber daya air. Tidak ketinggalan, para aktivis sungai yang selama ini gigih menyuarakan pentingnya menjaga sungai, serta perwakilan Kementerian Lingkungan Hidup, yang memberikan dukungan moril dan apresiasi dari tingkat pusat. Kolaborasi multi-stakeholder ini menjadi kunci keberhasilan dan keberlanjutan program-program lingkungan di masa mendatang.
Nurkholis sangat berharap bahwa aksi bersih-bersih ini tidak hanya berhenti pada satu titik, melainkan dapat menjadi pemicu bagi kesadaran kolektif yang lebih luas. "Tiada hari tanpa bersih-bersih sungai. Ingat sungai itu milik bersama dan perlu kita jaga kebersihannya agar tetap bersih," pungkasnya, menyerukan pentingnya pemahaman bahwa sungai adalah aset publik yang harus dirawat oleh setiap individu. Pesan ini menggarisbawahi perlunya perubahan paradigma, dari sekadar membersihkan setelah kotor, menjadi mencegah kekotoran sejak awal melalui perilaku sehari-hari yang bertanggung jawab, seperti tidak membuang sampah sembarangan dan mengelola limbah rumah tangga dengan baik.
Setelah menyelesaikan pembersihan Sungai Afvoer Kemambang, DLH Jatim telah merencanakan kegiatan susulan yang skalanya lebih besar dan dampaknya lebih luas. "Kami akan kembali membersihkan sungai pada 18 Oktober 2025, yaitu susur sungai Surabaya dengan start di Waru Gunung dan melibatkan personel yang lebih besar lagi," tambah Nurkholis. Rencana ini menunjukkan bahwa komitmen DLH Jatim terhadap kebersihan sungai bukan hanya insidental, melainkan merupakan bagian dari strategi jangka panjang yang terstruktur. "Susur sungai" ini diharapkan tidak hanya membersihkan, tetapi juga mengidentifikasi titik-titik masalah baru, mengedukasi masyarakat di sepanjang aliran sungai, serta membangun jaringan relawan yang lebih kuat. Dengan personel yang lebih banyak dan cakupan area yang lebih luas, diharapkan dampak positif yang dihasilkan juga akan berlipat ganda, menciptakan ekosistem sungai yang lebih sehat dan aman dari ancaman banjir.
Dari tingkat nasional, apresiasi tinggi datang dari Kepala Badan Pusat Pengendalian Lingkungan Hidup Kementerian Lingkungan Hidup (BPLH/KLH), Eduward Hutapea. Ia secara khusus memuji langkah proaktif DLH Jatim dan model sinergi yang telah dibangun. "Sinergi yang melibatkan komunitas, mahasiswa, TNI, dan Pemkot/Pemkab adalah langkah positif dalam rangkaian WCD 2025," kata Eduward. Ia menyoroti bahwa pendekatan kolaboratif semacam ini adalah kunci untuk mengatasi permasalahan lingkungan yang kompleks dan membutuhkan partisipasi dari berbagai lapisan masyarakat. Eduward berharap bahwa model kegiatan bersih-bersih sungai yang telah berhasil dilaksanakan di perbatasan Surabaya-Sidoarjo ini dapat menjadi inspirasi dan dicontoh oleh kota-kota lain di seluruh Indonesia. "Kegiatan seperti di Surabaya dan Sidoarjo ini bisa diikuti oleh kota-kota lain di Indonesia secara rutinitas. Sehingga saat musim penghujan, permasalahan sungai menjadi bersih dan air tidak meluap atau banjir ke jalan," pungkasnya. Harapan ini mencerminkan visi Kementerian Lingkungan Hidup untuk mewujudkan Indonesia yang lebih bersih, sehat, dan tangguh menghadapi perubahan iklim.
Keberhasilan aksi bersih-bersih sungai ini tidak hanya diukur dari jumlah sampah yang terangkat atau panjangnya sungai yang berhasil dibersihkan, tetapi juga dari dampak jangka panjang terhadap kesadaran masyarakat dan kebijakan pemerintah daerah. Sungai Afvoer Kemambang, yang kini lebih bersih dan lancar, tidak hanya mengurangi risiko banjir, tetapi juga mengembalikan fungsi ekologisnya sebagai habitat alami bagi berbagai spesies. Air yang lebih jernih dan aliran yang tidak terhambat akan mendukung keanekaragaman hayati dan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di sekitarnya. Ini adalah langkah nyata menuju pembangunan berkelanjutan, di mana keseimbangan antara pembangunan ekonomi dan pelestarian lingkungan menjadi prioritas.
Dengan berakhirnya aksi ini, pesan utama yang ingin disampaikan adalah bahwa menjaga lingkungan adalah tanggung jawab bersama. Pemerintah dapat memimpin dan memfasilitasi, namun partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat adalah kunci untuk mencapai keberlanjutan. Melalui kegiatan seperti ini, diharapkan akan terbangun sebuah budaya baru yang lebih peduli terhadap lingkungan, di mana sungai tidak lagi dianggap sebagai tempat pembuangan, melainkan sebagai sumber kehidupan yang harus dijaga dan dilestarikan untuk generasi mendatang. Aksi bersih sungai di Afvoer Kemambang ini adalah bukti nyata bahwa ketika semua pihak bersatu, tantangan lingkungan seberat apapun dapat diatasi, demi masa depan yang lebih hijau dan berkelanjutan bagi Jawa Timur dan Indonesia.
[rakyatindependen.id]