ABN Siap Lahirkan Petani Modern, Prof Reza Tinjau Kebun Alpukat dan Durian di Jombang

Akademi Buah Nusantara (ABN) semakin memantapkan langkahnya dalam mempersiapkan masa depan pertanian Indonesia, khususnya di sektor buah-buahan. Dengan fokus pada pembentukan petani modern yang berdaya saing global, ABN kini tengah sibuk menyambut tahun ajaran 2026-2027. Institusi pendidikan vokasi ini dirancang untuk menjawab tantangan dan peluang di industri hortikultura nasional, menawarkan kurikulum inovatif yang menggabungkan teori dan praktik secara intensif. Visi besar ABN adalah menciptakan generasi baru petani yang tidak hanya mahir dalam budidaya, tetapi juga memiliki pemahaman bisnis, teknologi, dan keberlanjutan.
Dalam rangka memastikan kesiapan fasilitas dan kurikulum, Prof. Dr. Ir. Reza Tirtawinata, M.Sc., seorang guru besar yang diakui luas sebagai pakar durian dan alpukat di Indonesia sekaligus pimpinan Akademi Buah Nusantara, melakukan peninjauan langsung ke salah satu lokasi praktik utama ABN. Kunjungan penting ini berlangsung pada Sabtu, 18 Oktober 2025, di sebuah kebun alpukat dan durian seluas 23 hektar yang berlokasi di Megaluh, Jombang. Kebun yang dikelola oleh AFCO Group ini dipandang sebagai salah satu aset strategis bagi ABN untuk memberikan pengalaman belajar yang komprehensif kepada mahasiswanya. Prof. Reza menekankan bahwa kunjungan ini bukan sekadar formalitas, melainkan validasi terhadap kesesuaian lahan praktik dengan standar pendidikan modern yang akan diterapkan ABN.
Prof. Reza Tirtawinata secara tegas menyatakan komitmen ABN untuk tidak hanya berkutat pada pembelajaran teoritis di kelas. "Karena ini kampus khusus yang didedikasikan untuk melahirkan petani modern, maka kami juga menyiapkan tempat praktik khusus dengan sistem modern," jelas Prof. Reza. Filosofi di balik pendekatan ini adalah menciptakan lulusan yang siap kerja dan mampu beradaptasi dengan dinamika industri pertanian terkini. Ia membayangkan para petani lulusan ABN sebagai individu-individu profesional yang memiliki "performa dan gaya yang rapi, serta gaji yang memadai." Pernyataan ini sekaligus menyoroti upaya ABN untuk meningkatkan citra dan kesejahteraan profesi petani, mengubah persepsi masyarakat dari pekerjaan yang dianggap tradisional dan kurang menjanjikan menjadi profesi yang prestisius, berpenghasilan layak, dan berbasis teknologi. Petani modern yang dicetak ABN akan dibekali kemampuan dalam pertanian presisi, manajemen hama terpadu, penggunaan teknologi irigasi cerdas, hingga pemasaran produk secara digital.
Untuk mewujudkan visi tersebut, ABN telah mempersiapkan beragam lokasi praktik yang tersebar di beberapa wilayah. Selain kebun alpukat dan durian milik AFCO Group di Megaluh, Jombang, yang menjadi fokus kunjungan Prof. Reza, ABN juga memiliki lahan praktik di DeDurian Park di Wonosalam, Jombang, serta kebun Wak Reza dan Tenjo di Bogor. Keberagaman lokasi ini, yang secara total mencapai 50 hektar, memungkinkan mahasiswa untuk terpapar pada berbagai jenis tanah, iklim, varietas buah, dan sistem pengelolaan. Mahasiswa akan mendapatkan pengalaman langsung dalam budidaya buah tropis unggulan seperti durian dan alpukat, mulai dari pembibitan, penanaman, pemeliharaan, panen, hingga pascapanen. Skala lahan yang luas ini juga memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk memahami tantangan operasional dan manajemen perkebunan berskala besar, serta menerapkan inovasi teknologi pertanian terbaru di lapangan.
Sebagai seorang guru besar yang dikenal luas akan kepakarannya dalam durian dan alpukat, Prof. Reza Tirtawinata juga menyampaikan apresiasi mendalamnya terhadap peran para pengusaha besar yang telah berkontribusi aktif dalam pengembangan industri buah nusantara. Ia mengakui bahwa investasi dan inisiatif dari sektor swasta sangat krusial dalam memodernisasi sektor pertanian dan meningkatkan daya saing produk buah Indonesia di pasar global. Kemitraan strategis antara institusi pendidikan seperti ABN dengan para pelaku industri perkebunan merupakan fondasi penting untuk menciptakan ekosistem pertanian yang kuat dan berkelanjutan.
"Kami sangat berterima kasih kepada Bapak Agung yang telah dengan gigih mengelola AFCO Group Jombang, dan masih sempat mengajak kami untuk melihat kebun alpukat dan durian yang sangat potensial ini," tutur Prof. Reza. Potensi kebun AFCO Group tidak hanya terletak pada luas lahannya, tetapi juga pada varietas unggul yang ditanam, sistem irigasi yang efisien, serta manajemen perkebunan yang sudah menerapkan praktik-praktik terbaik. Kebun ini menjadi laboratorium lapangan yang ideal bagi mahasiswa ABN untuk mengaplikasikan ilmu yang didapat, mengidentifikasi permasalahan di lapangan, dan bersama-sama mencari solusi inovatif yang relevan.
Agung Wicaksono, yang merupakan salah satu pendiri Akademi Buah Nusantara dan juga pengelola utama AFCO Group, menyambut baik kunjungan Prof. Reza beserta tim. Ia menyampaikan rasa terima kasihnya atas perhatian dan kepercayaan yang diberikan kepada kebunnya. Agung berharap, kebun AFCO Group dapat memberikan kontribusi nyata sebagai tempat praktik yang sangat bermanfaat bagi para mahasiswa ABN. "Kami senang bisa menjadi bagian dari proses pendidikan yang transformatif ini. Kebun kami siap menjadi tempat praktik mahasiswa ABN, jadi mereka akan memahami masalah yang ada di lapangan dan mencari solusi yang tepat," ujar Agung. Komitmen AFCO Group ini menunjukkan adanya sinergi yang kuat antara dunia pendidikan dan industri, di mana pengalaman praktis di lapangan dianggap sama pentingnya dengan pengetahuan teoritis.
Lebih lanjut, Yusron Aminulloh, Ketua Pembina Akademi Buah Nusantara, mengungkapkan harapannya yang besar terhadap sinergi antara berbagai elemen masyarakat. Ia menyoroti pentingnya kolaborasi antara akademisi, birokrasi, legislatif, dan pengusaha—yang telah terjalin selama enam bulan terakhir—untuk semakin memperkuat kerjasama dalam melahirkan lulusan yang tidak hanya ahli, tetapi juga kompeten dan berjiwa wirausaha di bidang pertanian buah. Model "quadruple helix" ini diyakini sebagai kunci untuk mengatasi berbagai tantangan di sektor pertanian dan mempercepat inovasi.
"Kami berterima kasih atas sambutan hangat dari berbagai pihak terhadap kehadiran ABN. Kami berharap dalam 20 hingga 30 tahun ke depan, Indonesia akan memiliki posisi strategis di peta buah dunia karena kita memiliki SDM yang andal dan berdaya saing," ujar Yusron, yang juga merupakan CEO Saieda Greenview. Visi Yusron mencerminkan ambisi ABN untuk tidak hanya menghasilkan petani, tetapi juga pemimpin dan inovator di industri buah, yang mampu membawa Indonesia menjadi eksportir buah tropis terkemuka di dunia. Dengan kekayaan keanekaragaman hayati dan potensi lahan yang melimpah, Indonesia memiliki modal besar untuk mencapai tujuan tersebut, asalkan didukung oleh sumber daya manusia yang berkualitas.
Yusron Aminulloh juga menambahkan bahwa ABN saat ini tengah aktif membangun ekosistem akademik yang menyeluruh. Ekosistem ini dirancang untuk menghubungkan secara erat antara industri, perkebunan, serta kesiapan lulusan agar langsung terserap di pasar kerja atau mampu menciptakan lapangan kerja sendiri. "Kami sedang membangun kampus vokasi yang tidak hanya sekadar menghasilkan lulusan, tetapi juga membangun kesiapan industri dan perkebunan untuk menciptakan kolaborasi yang bermanfaat dan berkelanjutan," tambahnya. Ini berarti kurikulum ABN akan terus disesuaikan dengan kebutuhan industri, program magang menjadi wajib dan terstruktur, serta ada pendampingan bagi lulusan yang ingin memulai usaha pertanian mereka sendiri.
Dengan fasilitas praktik yang lengkap, kurikulum yang relevan, serta kolaborasi yang semakin erat antara dunia pendidikan dan dunia usaha, Akademi Buah Nusantara diharapkan dapat menjadi pusat pengembangan sumber daya manusia (SDM) yang mumpuni di sektor pertanian buah. Kehadiran ABN tidak hanya akan memberikan kontribusi besar terhadap peningkatan kualitas dan kuantitas produksi buah nasional, tetapi juga diharapkan mampu mendorong inovasi, menciptakan lapangan kerja baru, dan pada akhirnya, memberikan kontribusi signifikan terhadap perkembangan industri buah nusantara secara keseluruhan, membawa Indonesia selangkah lebih dekat menuju kemandirian pangan dan pengakuan di kancah global.
rakyatindependen.id