Nasional

Risky Ridho Akui Timnas Indonesia Butuh Evaluasi.

Pemain bertahan Timnas Indonesia yang juga merupakan punggawa kebanggaan asal Surabaya, Risky Ridho, akhirnya angkat bicara terkait kegagalan skuad Garuda menjejakkan kaki di putaran final Piala Dunia 2026. Mimpi besar yang telah lama diidam-idamkan oleh seluruh rakyat Indonesia itu harus kandas setelah Timnas tidak mampu menaklukkan kekuatan Arab Saudi dan Irak dalam babak keempat kualifikasi zona Asia. Kekalahan beruntun ini memupuskan harapan dan menyisakan kekecewaan mendalam, tidak hanya bagi Ridho sebagai pemain yang berjuang di lapangan, tetapi juga sebagai bagian dari jutaan masyarakat Indonesia yang menaruh asa.

Dengan nada yang penuh penyesalan namun juga ketegasan, Ridho mengungkapkan perasaannya saat ditemui di Surabaya pada Minggu (19/10/2025). "Dari awal kami sudah bekerja keras, berjuang maksimal di setiap sesi latihan dan pertandingan. Kami tahu betapa besarnya harapan yang diemban di pundak kami. Tentu saja, ini adalah kekecewaan yang sangat besar bagi kami semua, karena Piala Dunia adalah mimpi kita bersama, cita-cita yang sudah lama kami usung," ujarnya, matanya memancarkan rasa pilu yang mendalam. Ia menegaskan bahwa seluruh pemain telah mencurahkan segenap tenaga, pikiran, dan dedikasi untuk meraih hasil terbaik, namun hasil akhir berkata lain. Oleh karena itu, Ridho secara lugas menyatakan bahwa ke depan, Timnas Indonesia harus segera melakukan evaluasi menyeluruh dan komprehensif di berbagai lini.

Kekecewaan memang masih terasa begitu pekat, membayangi setiap langkah dan pikiran para pemain serta seluruh elemen sepak bola nasional. Namun, bek kelahiran Surabaya ini, yang dikenal dengan ketangguhan dan kepemimpinannya di lini belakang, berharap agar Timnas Indonesia bisa segera bangkit dari keterpurukan ini. "Meskipun rasa kecewa masih menyelimuti, kami tidak boleh larut terlalu lama. Kami harus segera menata langkah, menatap ke depan dengan optimisme baru, dan bekerja lebih keras lagi demi mencapai target-target berikutnya yang sudah ditetapkan. Ada banyak kompetisi menanti, dan kami harus menunjukkan bahwa kami bisa belajar dari kesalahan ini," imbuhnya, seraya mengisyaratkan tekad untuk melangkah maju.

Ridho juga menambahkan bahwa ia tidak ingin terlalu jauh berkomentar mengenai kriteria atau sosok pelatih yang ideal untuk menggantikan posisi yang kosong. "Saya tidak ingin berkomentar soal kriteria pelatih karena itu bukan ranah saya dan saya tidak tahu detailnya. Itu adalah keputusan PSSI. Sebagai pemain, tugas kami adalah berlatih keras dan menjalankan instruksi dari siapapun pelatih yang ditunjuk," tegasnya, menunjukkan sikap profesionalisme.

Lebih lanjut, Risky Ridho menyampaikan pandangannya terkait Patrick Kluivert, pelatih yang baru saja diberhentikan oleh PSSI setelah rentetan hasil kurang memuaskan, khususnya kegagalan di kualifikasi Piala Dunia. Meskipun Kluivert harus mengakhiri jabatannya, Ridho tetap memberikan apresiasi tinggi terhadap mantan pelatihnya tersebut. "Buat saya, Patrick adalah pelatih yang bagus, profesional, dan memiliki visi yang jelas. Beliau selalu berusaha memberikan yang terbaik dan membimbing kami. Pergantian ini mungkin keputusan yang harus diambil karena kemarin beliau gagal membawa tim lolos ke Piala Dunia, yang memang menjadi target utama kami," jelas Ridho, menunjukkan rasa hormatnya.

Risky Ridho Akui Timnas Indonesia Butuh Evaluasi.

Kegagalan Timnas Indonesia di babak keempat kualifikasi Piala Dunia 2026 Zona Asia memang menjadi pukulan telak. Setelah menunjukkan performa yang menjanjikan di beberapa pertandingan sebelumnya, harapan publik melambung tinggi. Namun, saat menghadapi dua raksasa Asia, Arab Saudi dan Irak, skuad Garuda tak mampu berbuat banyak. Dalam pertandingan tandang melawan Arab Saudi, Timnas Indonesia harus mengakui keunggulan tuan rumah dengan skor 0-2, menunjukkan dominasi fisik dan taktik lawan. Beberapa hari kemudian, saat menjamu Irak di kandang sendiri, dukungan penuh dari puluhan ribu suporter tak cukup untuk membendung kekuatan tim tamu. Indonesia takluk dengan skor 1-3, sebuah hasil yang secara matematis menutup peluang lolos ke babak selanjutnya.

Rangkaian kekalahan ini kemudian menjadi pemicu utama keputusan PSSI untuk memberhentikan Patrick Kluivert dari jabatannya sebagai Pelatih Kepala Timnas Indonesia. Kluivert, yang sebelumnya didatangkan dengan ekspektasi tinggi mengingat reputasinya sebagai legenda sepak bola Belanda dan pengalaman melatih di level internasional, telah memimpin Timnas selama kurang lebih delapan bulan. Selama masa kepemimpinannya, ia mencoba menerapkan filosofi permainan yang lebih modern dan menyerang, namun waktu yang singkat serta tekanan target yang sangat besar menjadi tantangan tersendiri.

Evaluasi yang disuarakan Ridho memang bukan sekadar retorika. Kegagalan ini harus menjadi momentum bagi PSSI dan seluruh ekosistem sepak bola Indonesia untuk melakukan introspeksi mendalam. Evaluasi tidak hanya terbatas pada aspek teknis di lapangan, seperti taktik, strategi, dan performa individu pemain, tetapi juga mencakup aspek non-teknis. Ini termasuk pembinaan usia muda, kualitas kompetisi domestik, manajemen tim nasional, dukungan infrastruktur, hingga persiapan mental para pemain menghadapi tekanan pertandingan berlevel tinggi.

PSSI kini dihadapkan pada tugas berat untuk menemukan pengganti Kluivert yang tepat. Kriteria pelatih baru tentu akan menjadi sorotan. Apakah PSSI akan kembali memilih pelatih asing dengan rekam jejak mentereng, ataukah akan memberikan kesempatan kepada pelatih lokal yang lebih memahami karakter dan kultur sepak bola Indonesia? Pertimbangan akan meliputi filosofi permainan, kemampuan adaptasi, pengalaman di kualifikasi Piala Dunia atau turnamen besar lainnya, serta visi jangka panjang untuk pengembangan sepak bola nasional.

Di sisi lain, publik dan para suporter setia Timnas Indonesia, meskipun kecewa, tetap menunjukkan dukungan yang tak pernah padam. Media sosial dibanjiri dengan ekspresi kekecewaan, namun juga harapan dan semangat untuk terus mendukung Timnas. Mereka memahami bahwa perjalanan menuju Piala Dunia adalah sebuah maraton, bukan sprint, yang membutuhkan kesabaran, kerja keras konsisten, dan strategi jangka panjang. Kegagalan ini, betapapun pahitnya, harus menjadi pelajaran berharga untuk membangun fondasi yang lebih kuat di masa depan.

Visi jangka panjang sepak bola Indonesia tidak bisa hanya bergantung pada satu siklus kualifikasi. PSSI harus memiliki "roadmap" yang jelas untuk beberapa dekade ke depan, meliputi peningkatan kualitas liga profesional, pembangunan pusat pelatihan berstandar internasional, penguatan program pengembangan pemain muda di seluruh penjuru negeri, serta peningkatan kapasitas pelatih dan wasit. Dengan demikian, Timnas Indonesia tidak hanya akan menjadi tim yang berjuang keras, tetapi juga tim yang memiliki fondasi kuat dan sistematis, siap bersaing di level tertinggi sepak bola dunia secara berkelanjutan.

Apa yang diutarakan Risky Ridho merefleksikan perasaan kolektif seluruh elemen sepak bola Indonesia. Kekecewaan adalah bagian tak terpisahkan dari olahraga, tetapi semangat untuk bangkit dan berbenah adalah kunci menuju kesuksesan. Dengan evaluasi yang jujur, perencanaan yang matang, dan kerja keras tanpa henti, mimpi untuk melihat Merah Putih berkibar di Piala Dunia suatu hari nanti akan tetap menyala dan suatu saat akan terwujud.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id.

Risky Ridho Akui Timnas Indonesia Butuh Evaluasi.

Related Articles