Nasional

Benteng Bersinar Bondowoso Diperkuat: Operasi Gabungan Skala Besar Libatkan TNI-Polri, Tegaskan Komitmen Anti-Narkoba

Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas IIB Bondowoso, pada Sabtu malam tanggal 25 Oktober 2025, menjadi saksi bisu dari sebuah operasi gabungan berskala besar yang menegaskan komitmen tanpa kompromi terhadap pemberantasan narkotika. Operasi ini bukan sekadar rutinitas, melainkan sebuah manifestasi konkret dari sinergi luar biasa antara jajaran Kodim 0822, Kompi 3 Brimob, dan Polres Bondowoso, yang bersama-sama menyatukan kekuatan untuk menjaga integritas institusi pemasyarakatan dari ancaman barang haram. Aksi kolaboratif ini berlangsung dalam suasana yang penuh kewaspadaan namun tetap terkoordinasi dengan baik, menunjukkan keseriusan semua pihak dalam menjaga keamanan dan ketertiban di dalam lapas. Kehadiran personel gabungan dari tiga institusi keamanan negara tersebut secara signifikan meningkatkan rasa percaya diri dalam menjalankan tugas mulia ini, sekaligus mengirimkan pesan tegas kepada siapapun yang berupaya merusak tatanan yang telah dibangun.

Operasi ini bukan inisiatif lokal semata, melainkan tindak lanjut langsung dari instruksi yang sangat jelas dan tegas dari pucuk pimpinan tertinggi di Kementerian Hukum dan HAM, yaitu Menteri Hukum dan HAM Agus Andrianto, serta Direktur Jenderal Pemasyarakatan, Jenderal Mashudi. Mandat dari pusat ini menegaskan bahwa pengawasan terhadap peredaran narkotika di dalam lapas adalah prioritas nasional yang tidak bisa ditawar. Instruksi ini datang sebagai respons terhadap tantangan berkelanjutan dalam upaya menjaga lingkungan pemasyarakatan yang bersih dan kondusif, di mana narkotika seringkali menjadi pemicu berbagai masalah keamanan dan menghambat proses rehabilitasi warga binaan. Oleh karena itu, Lapas Bondowoso, seperti lapas-lapas lainnya di seluruh Indonesia, diwajibkan untuk meningkatkan kewaspadaan dan mengambil langkah-langkah proaktif untuk memastikan bahwa narkotika tidak memiliki celah untuk masuk dan beredar di lingkungan mereka.

Inti dari pelaksanaan kegiatan ini adalah untuk memperkuat dan mempertahankan predikat “Lapas Bersih dari Narkoba” atau yang lebih dikenal dengan singkatan "Bersinar". Predikat ini bukan sekadar label, melainkan sebuah pengakuan atas upaya berkelanjutan dan komitmen tinggi Lapas Bondowoso dalam menjaga lingkungannya tetap steril dari penyalahgunaan narkoba. Dengan predikat Bersinar, Lapas Bondowoso berharap dapat terus menjadi lembaga pemasyarakatan yang tidak hanya bebas dari penyalahgunaan narkoba, tetapi juga menjadi contoh bagi lapas-lapas lain dalam menerapkan standar keamanan dan pengawasan yang ketat. Ini adalah cerminan dari dedikasi Lapas Bondowoso untuk menciptakan lingkungan yang aman, kondusif, dan mendukung program rehabilitasi yang efektif bagi warga binaan, sehingga mereka dapat kembali ke masyarakat sebagai individu yang lebih baik.

Dalam amanatnya yang penuh semangat, Kepala Lapas Kelas IIB Bondowoso, Nunus Ananto, dengan tegas menyatakan urgensi dan skala operasi ini. Beliau menekankan bahwa instruksi untuk melaksanakan operasi serupa telah disampaikan ke seluruh Indonesia, menunjukkan bahwa ini adalah upaya kolektif dan terkoordinasi secara nasional. "Seluruh Indonesia malam ini diperintahkan melaksanakan operasi gabungan. Kita harus menjaga dan mempertahankan Lapas Bondowoso sebagai lapas bebas dari narkotika," ujar Nunus Ananto, suaranya menggelegar di tengah apel pembukaan. Penekanannya bukan hanya pada menjaga, tetapi juga pada mempertahankan, menyiratkan bahwa ini adalah perjuangan yang berkelanjutan dan membutuhkan kewaspadaan konstan.

Nunus Ananto melanjutkan penjelasannya dengan kalimat yang sangat lugas dan tidak memberikan ruang untuk interpretasi lain: "Artinya, tidak boleh ada penyalahgunaan narkoba, baik oleh warga binaan maupun petugas." Pernyataan ini menegaskan kebijakan nol toleransi terhadap narkoba, tidak hanya bagi warga binaan yang sedang menjalani masa hukuman, tetapi juga bagi seluruh jajaran petugas Lapas itu sendiri. Ini adalah poin krusial yang menunjukkan integritas institusi, bahwa komitmen bersih dari narkoba harus dimulai dari dalam, dari setiap individu yang bertugas di lapas. Apabila ada petugas yang terlibat, maka tindakan tegas dan tanpa pandang bulu akan diterapkan, karena kepercayaan publik adalah aset yang tak ternilai harganya. Komitmen ini mencerminkan tekad untuk menciptakan lingkungan yang benar-benar bersih dan bebas dari pengaruh narkotika, di mana proses rehabilitasi dapat berjalan tanpa hambatan.

Benteng Bersinar Bondowoso Diperkuat: Operasi Gabungan Skala Besar Libatkan TNI-Polri, Tegaskan Komitmen Anti-Narkoba

Sebagai bentuk penghargaan dan apresiasi atas dukungan yang tak ternilai dari TNI dan Polri, Nunus Ananto juga menyampaikan rasa terima kasih yang mendalam atas sinergi dan kerjasama yang telah terjalin. Beliau menekankan bahwa keberhasilan operasi semacam ini sangat bergantung pada kolaborasi lintas sektoral yang kuat. Sinergi antara Lapas, TNI, dan Polri bukan hanya sekadar kehadiran fisik, melainkan juga pertukaran informasi, perencanaan strategis bersama, dan eksekusi yang terkoordinasi. Ini adalah contoh nyata bagaimana lembaga-lembaga negara dapat bekerja sama demi tujuan yang lebih besar, yaitu menjaga keamanan dan ketertiban masyarakat. Nunus juga menegaskan bahwa operasi ini dilaksanakan dengan pendekatan yang tegas namun humanis, sebuah filosofi yang memastikan bahwa meskipun tindakan penegakan hukum sangat ketat, hak-hak asasi manusia warga binaan tetap dihormati. Pendekatan ini selaras dengan semangat bersama dalam menjaga kepercayaan publik terhadap lembaga pemasyarakatan, memastikan bahwa Lapas adalah tempat pembinaan, bukan hanya penahanan.

Setelah apel pembukaan yang khidmat dan pemberian amanat, tim gabungan yang terdiri dari personel Lapas, TNI, dan Polri langsung bergerak cepat dan sigap. Mereka melakukan pemeriksaan mendalam di seluruh blok hunian, sebuah proses yang memerlukan ketelitian dan kehati-hatian. Setiap sudut, setiap celah, dan setiap barang milik warga binaan tidak luput dari pemeriksaan. Tujuan utama adalah mencari barang-barang terlarang, terutama narkotika, serta benda-benda yang berpotensi menjadi senjata atau alat komunikasi ilegal. Proses pemeriksaan ini dilakukan secara sistematis, blok per blok, dengan setiap personel menjalankan tugasnya sesuai SOP yang berlaku. Jumlah blok hunian di Lapas Bondowoso yang cukup banyak menuntut tim untuk bekerja secara efisien dan efektif, memastikan tidak ada area yang terlewatkan.

Selain pemeriksaan fisik, langkah penting lainnya yang dilakukan adalah tes urine massal kepada seluruh penghuni lapas. Tes urine ini merupakan metode yang efektif untuk mendeteksi keberadaan zat-zat adiktif dalam tubuh. Dengan menggunakan alat tes yang cepat dan akurat, hasilnya dapat segera diketahui. Seluruh proses tes urine ini diawasi dengan ketat untuk memastikan keabsahan dan objektivitas hasilnya. Dengan perasaan lega dan bangga, hasil tes urine menunjukkan bahwa seluruh warga binaan dinyatakan negatif dari narkoba. Ini adalah pencapaian yang luar biasa dan menjadi bukti nyata komitmen Lapas Bondowoso dalam menciptakan lingkungan yang bersih dari narkotika. "Alhamdulillah, hasil tes urine seluruh warga binaan dinyatakan negatif. Ini menunjukkan bahwa komitmen kita untuk menjaga lapas bebas dari narkoba masih terjaga dengan baik," ungkap Nunus Ananto dengan nada penuh syukur, menggarisbawahi validasi atas upaya keras yang telah dilakukan.

Meskipun hasil tes urine sangat memuaskan, tim gabungan tidak menemukan narkotika, namun kewaspadaan tetap harus tinggi. Dalam pemeriksaan yang teliti, ditemukan sebuah alat terlarang berupa "skin buatan" yang terbuat dari bahan sendok dan bekas korek api. Benda ini, meskipun tampak sederhana, berpotensi disalahgunakan sebagai senjata tajam rakitan yang dapat membahayakan keamanan diri sendiri atau orang lain di dalam lapas. Penemuan ini segera disita oleh petugas, dan menjadi pengingat bahwa inovasi dalam membuat barang terlarang selalu ada, sehingga kewaspadaan harus terus ditingkatkan. Temuan ini juga mengindikasikan perlunya pemeriksaan lebih mendalam terhadap barang-barang pribadi yang masuk ke dalam lapas, serta pengawasan terhadap bahan-bahan yang bisa diubah menjadi alat berbahaya.

Kepala Lapas Kelas IIB Bondowoso juga tidak berhenti pada keberhasilan operasi kali ini. Beliau menyampaikan rencana strategis untuk memperketat pemeriksaan terhadap barang-barang logam yang dapat disalahgunakan menjadi senjata tajam buatan. Rencana ini mencakup berbagai langkah, mulai dari peningkatan teknologi deteksi seperti metal detector atau X-ray scanner, hingga pelatihan lanjutan bagi petugas untuk mengidentifikasi potensi ancaman dari benda-benda sehari-hari yang bisa dimodifikasi. Nunus Ananto mengingatkan bahwa petugas Lapas harus selalu waspada dan secara proaktif meningkatkan kewaspadaan terhadap barang-barang yang berpotensi membahayakan keamanan lapas. Hal ini bukan hanya tentang mendeteksi, tetapi juga tentang mencegah. Program-program edukasi bagi warga binaan mengenai bahaya penggunaan senjata tajam dan konsekuensinya juga akan terus digalakkan untuk mengurangi insiden serupa di masa mendatang.

Penting untuk dicatat bahwa kegiatan operasi gabungan yang vital ini tidak hanya sekadar dijalankan, tetapi juga dipantau langsung oleh Kalapas dan seluruh jajaran struktural Lapas Bondowoso. Kehadiran langsung pimpinan menunjukkan tingkat prioritas dan komitmen yang tinggi dari manajemen Lapas. Pengawasan langsung ini memastikan bahwa setiap tahapan operasi berjalan sesuai prosedur dan standar yang ditetapkan, serta menjadi contoh kepemimpinan yang kuat bagi seluruh petugas. Selain itu, Nunus juga mengingatkan bahwa jajaran Kementerian Hukum dan HAM, termasuk Menteri dan Dirjen Pemasyarakatan, berpotensi melakukan pengecekan mendadak melalui video call sewaktu-waktu. Ancaman pengecekan mendadak dari pusat ini berfungsi sebagai mekanisme kontrol tambahan, memastikan bahwa komitmen untuk menjaga Lapas bersih dari narkoba bukan hanya formalitas di atas kertas, melainkan diterapkan secara konsisten dan sungguh-sungguh di lapangan. Ini menambah tekanan positif bagi Lapas untuk selalu siap dan menjaga standar terbaik.

Sebagai penutup amanatnya, Nunus Ananto menegaskan kembali esensi dari operasi ini: "Kegiatan ini bukan hanya formalitas, tapi bagian dari tanggung jawab moral dan institusional kita untuk menjaga kepercayaan publik." Kalimat ini merangkum seluruh tujuan dan semangat di balik operasi gabungan ini, menekankan bahwa ini adalah tugas suci yang diemban oleh seluruh elemen Lapas, TNI, dan Polri. Tanggung jawab moral berarti kesadaran akan dampak yang ditimbulkan oleh narkoba terhadap individu, keluarga, dan masyarakat luas. Tanggung jawab institusional berarti menjaga nama baik dan integritas lembaga negara. Nunus juga tak lupa menyampaikan apresiasi tulus: "Terima kasih kepada TNI, Polri, dan seluruh petugas Lapas yang telah bekerja di luar jam dinas dengan penuh dedikasi." Ucapan terima kasih ini tidak hanya ditujukan atas kerja keras mereka pada malam itu, tetapi juga atas pengorbanan waktu dan energi yang telah dicurahkan di luar jam kerja resmi, demi memastikan Lapas Bondowoso tetap menjadi benteng yang kokoh dan bersih dari ancaman narkotika. Dengan demikian, Lapas Bondowoso terus menegaskan posisinya sebagai garda terdepan dalam pemberantasan narkoba di lingkungan pemasyarakatan, dengan harapan dapat terus memberikan kontribusi nyata bagi keamanan dan ketertiban masyarakat.

rakyatindependen.id

Benteng Bersinar Bondowoso Diperkuat: Operasi Gabungan Skala Besar Libatkan TNI-Polri, Tegaskan Komitmen Anti-Narkoba

Related Articles