FIFA Dituding Mengelak dari Isu Standar Ganda Rusia dan Israel: Infantino Berdalih Soal Perdamaian Global

Gianni Infantino, Presiden FIFA, organisasi sepak bola tertinggi di dunia, menghadapi gelombang kritik atas dugaan standar ganda dalam menangani partisipasi Rusia dan Israel di kompetisi internasional. Tuduhan ini muncul di tengah sanksi berat yang dijatuhkan kepada Rusia akibat invasinya ke Ukraina, sementara Israel, yang terlibat dalam konflik berkepanjangan dengan Palestina, tampak terhindar dari hukuman serupa.
Kontroversi ini mencapai puncaknya ketika Infantino dicecar pertanyaan mengenai perbedaan perlakuan FIFA terhadap Rusia dan Israel. Alih-alih memberikan jawaban langsung yang substantif, Infantino memilih untuk mengelak, mengalihkan perhatian ke topik lain, yaitu pentingnya sepak bola sebagai alat pemersatu global dan inisiatif perdamaian yang baru-baru ini disaksikannya.
"Saya merasa terhormat dapat menyaksikan pertemuan puncak perdamaian baru-baru ini di Sharm el-Sheikh [Mesir], yang juga dihadiri oleh Presiden Donald Trump dan beberapa negara lain untuk menyaksikan perjanjian perdamaian penting," ujar Infantino, seperti dikutip oleh Bharian. Pernyataan ini, yang tampaknya tidak relevan dengan pertanyaan yang diajukan, semakin memicu kecurigaan bahwa FIFA sengaja menghindari pembahasan isu sensitif ini.
Sikap Infantino ini kontras dengan tindakan tegas yang diambil FIFA terhadap Rusia. Menyusul invasi ke Ukraina pada Februari 2022, FIFA, bersama dengan UEFA (badan sepak bola Eropa), menjatuhkan sanksi larangan kepada tim nasional Rusia dan semua klub Rusia untuk berpartisipasi dalam kompetisi di bawah naungan kedua organisasi tersebut. Akibatnya, Rusia kehilangan kesempatan untuk tampil di Piala Dunia 2022 di Qatar, serta Euro 2024 dan Piala Dunia 2026 mendatang.
Keputusan ini disambut baik oleh banyak pihak sebagai bentuk solidaritas terhadap Ukraina dan kecaman terhadap agresi Rusia. Namun, muncul pertanyaan mengapa FIFA tidak mengambil tindakan serupa terhadap Israel, yang telah lama terlibat dalam konflik dengan Palestina, termasuk pendudukan wilayah dan tindakan kekerasan yang telah menyebabkan banyak korban sipil.
Kritikus menunjuk pada berbagai resolusi PBB dan laporan organisasi hak asasi manusia yang mengecam tindakan Israel terhadap Palestina sebagai bukti pelanggaran hukum internasional dan norma-norma kemanusiaan. Mereka berpendapat bahwa FIFA seharusnya menerapkan standar yang sama terhadap Israel seperti yang diterapkan terhadap Rusia, dengan menjatuhkan sanksi atau larangan partisipasi sampai Israel mengakhiri pelanggaran tersebut.
Namun, FIFA tampaknya enggan untuk mengambil tindakan terhadap Israel. Beberapa pengamat menduga bahwa hal ini disebabkan oleh tekanan politik dan ekonomi dari negara-negara pendukung Israel, serta kekhawatiran akan tuduhan anti-Semitisme jika FIFA menjatuhkan sanksi terhadap negara tersebut.
Apapun alasannya, sikap FIFA ini telah menimbulkan kekecewaan dan kemarahan di kalangan pendukung Palestina dan aktivis hak asasi manusia. Mereka merasa bahwa FIFA telah mengkhianati prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan yang seharusnya menjadi landasan organisasi tersebut.

Isu standar ganda ini bukan hanya tentang Rusia dan Israel. Ini adalah tentang kredibilitas dan integritas FIFA sebagai organisasi yang seharusnya menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan. Jika FIFA terus menerapkan standar yang berbeda untuk negara-negara yang berbeda, maka organisasi tersebut akan kehilangan kepercayaan dari para penggemar sepak bola di seluruh dunia.
FIFA memiliki tanggung jawab untuk bertindak secara adil dan konsisten terhadap semua anggotanya, tanpa memandang latar belakang politik atau ekonominya. Jika FIFA ingin menjadi organisasi yang benar-benar global dan inklusif, maka organisasi tersebut harus berani untuk menghadapi isu-isu sulit dan mengambil tindakan yang tepat, bahkan jika itu berarti menentang kepentingan negara-negara kuat.
Infantino, sebagai pemimpin FIFA, memiliki kesempatan untuk menunjukkan kepemimpinan yang sejati dengan mengatasi isu standar ganda ini secara terbuka dan transparan. Dia harus menjelaskan mengapa FIFA mengambil tindakan yang berbeda terhadap Rusia dan Israel, dan dia harus berkomitmen untuk menerapkan standar yang sama untuk semua negara di masa depan.
Jika Infantino gagal melakukan hal ini, maka dia akan meninggalkan warisan yang ternoda sebagai presiden FIFA yang membiarkan politik mencampuri olahraga, dan yang mengkhianati prinsip-prinsip keadilan dan kesetaraan.
Masyarakat internasional, para penggemar sepak bola, dan organisasi hak asasi manusia akan terus menekan FIFA untuk mengambil tindakan yang lebih tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia di seluruh dunia. FIFA tidak dapat lagi mengabaikan isu-isu ini. FIFA harus bertindak sekarang untuk memulihkan kredibilitasnya dan menunjukkan bahwa organisasi tersebut benar-benar berkomitmen untuk menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan.
Selain itu, penting untuk dicatat bahwa isu ini memiliki implikasi yang lebih luas bagi dunia olahraga secara keseluruhan. Jika organisasi olahraga internasional seperti FIFA tidak bertindak secara konsisten dalam menangani pelanggaran hak asasi manusia, maka hal itu dapat mengirimkan pesan bahwa olahraga dapat digunakan sebagai alat untuk menutupi atau membenarkan tindakan-tindakan yang tidak bermoral.
Oleh karena itu, sangat penting bagi semua organisasi olahraga internasional untuk mengembangkan kebijakan yang jelas dan transparan tentang bagaimana mereka akan menangani isu-isu hak asasi manusia. Kebijakan ini harus didasarkan pada prinsip-prinsip keadilan, kesetaraan, dan non-diskriminasi. Organisasi olahraga juga harus bekerja sama dengan organisasi hak asasi manusia dan masyarakat sipil untuk memastikan bahwa kebijakan mereka efektif dan akuntabel.
Dengan mengambil tindakan yang tegas terhadap pelanggaran hak asasi manusia, organisasi olahraga dapat membantu mempromosikan nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan di seluruh dunia. Mereka juga dapat membantu menciptakan dunia di mana olahraga dapat dinikmati oleh semua orang, tanpa memandang latar belakang politik atau ekonominya.
Pada akhirnya, isu standar ganda di FIFA adalah cerminan dari tantangan yang lebih besar yang dihadapi oleh masyarakat internasional. Kita hidup di dunia di mana kekuatan dan kepentingan seringkali lebih diutamakan daripada keadilan dan kesetaraan. Namun, kita tidak boleh menyerah dalam perjuangan untuk menciptakan dunia yang lebih adil dan beradab. Kita harus terus menekan organisasi-organisasi seperti FIFA untuk bertindak sesuai dengan prinsip-prinsip yang mereka klaim untuk dijunjung tinggi. Kita harus terus menuntut akuntabilitas dan transparansi dari para pemimpin kita. Dan kita harus terus bekerja sama untuk membangun dunia di mana hak asasi manusia dihormati untuk semua orang.



