Nasional

Anugerah Tak Terduga: Pemuda Pencium Kaki Ibu Raih Hadiah Umrah Gratis dari Jaka Sopan yang Membuka Pintu Langit

Di tengah riuhnya puluhan ribu pasang mata dan gegap gempita sorak sorai yang memenuhi halaman luas Pondok Pesantren Al Islah, sebuah nama meluncur dari bibir panitia, menggema melalui sistem tata suara yang memecah udara Bondowoso. Muhammad Ali Imron. Tubuh pemuda itu, yang mengenakan pakaian serba hitam, mendadak terasa sedikit lunglai, seolah tak mampu menopang beban kebahagiaan yang tiba-tiba menghantamnya. Matanya setengah kosong, diliputi ketidakpercayaan, seolah apa yang baru saja ia dengar adalah fatamorgana di tengah keramaian. Perlahan, langkah demi langkah, ia bergerak maju, menapaki panggung yang menjulang, memisahkan dirinya dari lautan manusia yang berjejal.

Muhammad Ali Imron, seorang pemuda sederhana dari Desa Sumber Pinang, Kecamatan Pakusari, Kabupaten Jember, bukanlah seorang santri dari Pondok Pesantren Al Islah. Ia adalah seorang peserta umum, datang dari luar daerah, murni atas ajakan seorang teman. Ia mengikuti kegiatan Jalan Kaki Bondowoso-Dadapan (Jaka Sopan) yang legendaris pada Minggu, 26 Oktober 2025, tanpa sedikit pun menyangka bahwa langkah-langkah kakinya yang penuh harap akan membawanya jauh melampaui batas-batas Bondowoso, menuju Tanah Suci Makkah dan Madinah. Kehadirannya hanyalah bagian dari ribuan partisipan lain yang meramaikan acara, mencari kebersamaan, kesehatan, dan mungkin, sedikit keberuntungan.

Ketika nomor undiannya disebut, sebuah angka yang kini terpatri dalam ingatannya, Imron menyerahkan kupon kecil itu, selembar kertas bertuliskan takdir, bersama dengan Kartu Tanda Penduduk (KTP) aslinya. "Coba sini KTP-nya," pinta salah seorang panitia dari atas panggung, suaranya dipenuhi antusiasme yang menular. Proses verifikasi data berlangsung singkat namun terasa begitu lama bagi Imron. Setiap detiknya adalah penantian yang mendebarkan, seolah waktu berhenti berputar. Ketika data cocok, panitia pun dengan suara lantang mengumumkan bahwa Muhammad Ali Imron sah menjadi salah satu pemenang hadiah Umrah gratis tahun ini.

Mendengar pengumuman yang mengukuhkan kebenaran mimpinya, Imron menunduk, menahan gejolak emosi yang membuncah di dadanya. Matanya berkaca-kaca, berjuang membendung air mata haru yang mendesak untuk menetes. Sebuah gumpalan tak kasat mata menyumbat tenggorokannya, membuatnya sulit berucap. "Saya tidak menyangka sama sekali," ujarnya terbata-bata, suaranya bergetar menahan tangis. Perasaan tak percaya bercampur syukur memenuhi setiap rongga jiwanya. Ia adalah salah satu dari 11 pemuda beruntung yang akan menunaikan ibadah Umrah, sebuah impian yang selama ini hanya bisa ia bayangkan.

Sebelum keberangkatannya menuju Bondowoso, Imron mengaku tidak mendapatkan firasat apapun bahwa rezeki sebesar itu akan menghampirinya. Pagi itu, seperti biasanya, ia hanya melakukan sebuah ritual sederhana namun penuh makna yang telah menjadi kebiasaan tak tertulis dalam hidupnya. "Sebelum berangkat ke sini, saya cuma membasuh dan mencium kaki ibu saya," terangnya usai acara, senyum tipis mengembang di bibirnya yang masih basah oleh air mata. Tindakan itu, sebuah wujud bakti dan penghormatan tulus kepada orang tua, adalah bagian tak terpisahkan dari dirinya, sebuah ikhtiar mencari berkah dan restu dari sosok yang telah melahirkannya. Ia percaya, restu ibunda adalah kunci pembuka segala pintu kebaikan.

Anugerah Tak Terduga: Pemuda Pencium Kaki Ibu Raih Hadiah Umrah Gratis dari Jaka Sopan yang Membuka Pintu Langit

Imron mengetahui acara Jaka Sopan dari seorang teman akrabnya yang juga berdomisili di Jember. Teman itu bercerita tentang kemeriahan acara tahunan ini, tentang ribuan peserta yang membaur, tentang rute yang menantang namun penuh kebersamaan, dan tentu saja, tentang hadiah-hadiah menarik yang menanti. Tanpa ekspektasi berlebihan, Imron memutuskan untuk ikut serta. "Saya ikut saja. Ternyata memang rezeki saya," ucapnya lirih, seolah masih memproses keajaiban yang baru saja ia alami. Bagi seorang pemuda dengan latar belakang sederhana, kesempatan menunaikan Umrah adalah sebuah kemewahan yang tak terhingga, sebuah panggilan spiritual yang mungkin hanya bisa ia wujudkan melalui perjuangan bertahun-tahun. Kini, takdir berkata lain.

Event Jaka Sopan tahun ini merupakan penyelenggaraan yang ke-8, sebuah bukti konsistensi dan komitmen Pondok Pesantren Al Islah dalam menggerakkan masyarakat. Dengan rute sepanjang 7,2 kilometer yang membentang dari Hotel Grand Padis di Kelurahan Badean, Kecamatan Bondowoso, hingga finis di Ponpes Al Islah di Desa Dadapan, Kecamatan Grujugan, acara ini berhasil menarik sekitar 40 ribu peserta dari berbagai daerah, tak hanya dari Bondowoso dan Jember, tetapi juga dari kabupaten tetangga seperti Situbondo, Probolinggo, hingga Banyuwangi. Pagi itu, Bondowoso seolah menjadi lautan manusia, dipenuhi semangat kebersamaan dan kesehatan.

Suasana di garis start Hotel Grand Padis sudah terasa semarak sejak subuh. Ribuan orang berjejal, mengenakan pakaian olahraga beragam warna, wajah-wajah ceria bercampur antusiasme. Dentuman musik penyemangat, instruksi dari panitia, dan tawa riang para peserta memenuhi udara dingin pagi hari. Setelah doa bersama dan pelepasan resmi, gelombang manusia mulai bergerak, perlahan namun pasti, menyusuri jalanan Bondowoso yang ditutup khusus untuk acara ini. Sepanjang rute, masyarakat lokal tumpah ruah di pinggir jalan, memberikan semangat, menawarkan air minum, dan menjadi saksi bisu dari festival jalan kaki yang luar biasa ini. Ada yang berjalan cepat, ada yang santai sambil bercengkrama, ada pula yang membawa keluarga kecilnya, menikmati momen kebersamaan yang jarang terjadi.

Tak ada biaya pendaftaran yang dibebankan kepada peserta, sebuah kebijakan yang menegaskan semangat kerakyatan dan inklusivitas acara ini. Peserta cukup menyerahkan KTP untuk mendapatkan kupon undian, membuka peluang yang sama bagi setiap individu, terlepas dari status sosial atau ekonomi. Hadiah yang ditawarkan pun sangat beragam, dirancang untuk menyentuh berbagai lapisan masyarakat—mulai dari kebutuhan rumah tangga sehari-hari seperti cat tembok dan kulkas, perlengkapan rekreasi seperti sepeda gunung, hingga hiburan keluarga berupa televisi. Namun, puncak dari semua hadiah itu adalah 11 paket Umrah gratis, sebuah anugerah spiritual yang paling didambakan. Jumlah 11 paket ini bukan tanpa makna, melainkan simbol dari semangat kebaikan yang ingin terus ditularkan.

Menurut pengasuh Pondok Pesantren Al Islah, H. Thoha Yusuf Zakaria, hadiah Umrah yang diberikan panitia bukan sekadar simbol semata. "Ini adalah bentuk nyata penghargaan terhadap semangat masyarakat yang mau menjaga kebersamaan dan kesehatan," tegasnya. Ia menambahkan bahwa hadiah Umrah ini bukan sekadar voucher yang bisa dicairkan atau diganti, melainkan "paket asli" yang mencakup seluruh akomodasi, transportasi, visa, hingga pendampingan selama di Tanah Suci. "Kami ingin menanamkan semangat kebaikan dan olahraga. Makna Jaka Sopan sendiri bukan hanya akronim dari Jalan Kaki Bondowoso-Dadapan, tapi juga mengandung nilai filosofis yang lebih dalam: Jaka artinya pemuda, dan Sopan artinya berkelakuan baik," jelas H. Thoha Yusuf Zakaria, menekankan pentingnya moralitas dan etika di samping kesehatan fisik.

Filosofi ini mencerminkan visi pondok pesantren yang tidak hanya berfokus pada pendidikan agama formal, tetapi juga pada pembentukan karakter dan kontribusi nyata kepada masyarakat. Jaka Sopan, dengan demikian, adalah manifestasi dari semangat kepemudaan yang aktif, sehat, dan berakhlak mulia. Acara ini menjadi wadah bagi ribuan orang untuk tidak hanya berolahraga, tetapi juga berinteraksi, mempererat tali silaturahmi, dan merasakan denyut nadi kebersamaan dalam skala besar.

H. Thoha Yusuf Zakaria menambahkan bahwa kegiatan tahunan ini juga digelar dalam rangka memperingati sejumlah hari besar nasional yang memiliki nilai sejarah dan kejuangan tinggi, seperti Hari Santri Nasional, Hari Sumpah Pemuda, Hari Pahlawan, HUT TNI, dan Peringatan Tragedi Gerbong Maut. Dengan mengintegrasikan peringatan hari-hari besar ini, Jaka Sopan menjadi lebih dari sekadar acara olahraga; ia menjadi sebuah perayaan identitas bangsa, semangat kebangsaan, dan nilai-nilai luhur yang perlu terus diwariskan kepada generasi muda. "Olahraga jalan kaki ini juga bentuk edukasi kepada masyarakat bahwa menjaga tubuh sehat itu bagian dari ibadah," tambahnya, menghubungkan aktivitas fisik dengan dimensi spiritual dalam Islam. Kesehatan tubuh adalah modal utama untuk beribadah dan berkarya.

Komitmen Pondok Pesantren Al Islah terhadap kesehatan dan kebersamaan masyarakat tidak berhenti pada Jaka Sopan saja. Pesantren ini juga memiliki kegiatan mingguan bertajuk Perjaka (Persatuan Jalan Kaki) dan Gadis (Gerakan Anti Disease). Dua kegiatan ini rutin digelar di sekitar wilayah pondok sebagai gerakan hidup sehat dan gotong royong, memastikan bahwa semangat yang dibangun melalui Jaka Sopan terus berlanjut sepanjang tahun. Perjaka dan Gadis menjadi pengingat harian akan pentingnya bergerak, berinteraksi, dan menjaga kesehatan, sebuah investasi jangka panjang bagi kualitas hidup masyarakat.

Kisah Muhammad Ali Imron adalah bukti nyata bahwa kebaikan dan ketulusan, seringkali, akan menemukan jalannya untuk kembali dalam bentuk yang tak terduga. Restu seorang ibu, doa yang tulus, dan partisipasi dalam sebuah kegiatan yang dilandasi niat baik, bisa menjadi perantara datangnya sebuah anugerah luar biasa. Bagi Imron, Umrah ini bukan hanya sekadar perjalanan fisik, melainkan sebuah ziarah spiritual yang akan mengubah hidupnya, memperdalam imannya, dan menjadi penanda penting dalam perjalanan bakti kepada sang ibu. Kisahnya akan terus menginspirasi, bahwa di balik setiap langkah, setiap pengabdian, ada potensi keberkahan yang menanti, siap diwujudkan oleh takdir yang Maha Kuasa.

rakyatindependen.id

Anugerah Tak Terduga: Pemuda Pencium Kaki Ibu Raih Hadiah Umrah Gratis dari Jaka Sopan yang Membuka Pintu Langit

Related Articles