Api Mengamuk di Sonorejo Padangan: Rumah Nenek Suparti Ludes, Kelalaian Dapur Picu Kerugian Ratusan Juta Rupiah.

Duka mendalam menyelimuti Desa Sonorejo, Kecamatan Padangan, Kabupaten Bojonegoro, setelah dua unit rumah warga ludes dilalap si jago merah pada Minggu, 12 Oktober 2025, sekitar pukul 09.15 WIB. Insiden tragis ini diduga kuat berawal dari kelalaian sepele, yakni lupa mematikan kompor usai memasak, yang kemudian memicu kobaran api dahsyat. Akibatnya, kerugian material ditaksir mencapai angka fantastis, menembus Rp250 juta, meninggalkan puing-puing dan kepedihan bagi para korban.
Salah satu rumah yang menjadi korban keganasan api adalah milik seorang nenek berusia 70 tahun, Ibu Suparti. Kediaman Ibu Suparti yang berlokasi di Desa Sonorejo RT 005 / RW 002 Kecamatan Padangan, dengan ukuran 10×15 meter persegi, hancur lebur 100 persen. Tidak hanya struktur bangunan yang rata dengan tanah, seluruh isi rumah, mulai dari peralatan elektronik yang mungkin merupakan hasil tabungan seumur hidupnya, hingga perabotan rumah tangga yang penuh kenangan, tak luput dari amukan api. "Total kerugian yang dialami Ibu Suparti ditaksir mencapai kurang lebih Rp200 juta," ungkap Ahmad Agus Salim, Kepala Bidang Pemadaman dan Penyelamatan Dinas Pemadam Kebakaran dan Penyelamatan (Damkarmat) Bojonegoro, menggambarkan betapa parahnya dampak yang menimpa lansia tersebut.
Di sisi lain, rumah kedua yang juga terdampak adalah milik Bapak Ratmin, seorang warga berusia 45 tahun. Rumah berukuran 8×15 meter persegi miliknya terbakar sekitar 30 persen. Meskipun tidak separah rumah Ibu Suparti, kerusakan ini tetap menimbulkan kerugian material yang tidak sedikit, diperkirakan mencapai Rp50 juta. Beruntungnya, di tengah kepanikan dan kerugian material yang besar, peristiwa kebakaran ini tidak menelan korban luka maupun korban jiwa. Semua penghuni rumah berhasil menyelamatkan diri, meninggalkan kesedihan atas harta benda yang hangus, namun bersyukur atas keselamatan jiwa.
Peristiwa ini menjadi pengingat betapa cepatnya api bisa merenggut segalanya. Pagi itu, seperti pagi-pagi biasanya, aktivitas di Desa Sonorejo berlangsung normal. Bau masakan mungkin masih tercium samar di udara, sebelum kemudian berganti dengan bau asap dan hangus. Diduga, api bermula dari dapur rumah Ibu Suparti, tempat kompor yang menyala lupa dimatikan setelah digunakan untuk memasak. Sebuah kelalaian kecil yang berujung pada bencana besar. Panas yang berlebihan dari kompor yang terus menyala mungkin memicu bahan mudah terbakar di sekitarnya, seperti minyak goreng, kain lap, atau perabotan dapur lainnya. Dari percikan api kecil, dalam hitungan menit, api bisa membesar dan menjalar dengan cepat, terutama jika bahan bangunan rumah terbuat dari material yang mudah terbakar seperti kayu.
Asap tebal yang membumbung tinggi ke langit menjadi tanda pertama bagi warga sekitar bahwa ada sesuatu yang tidak beres. Teriakan panik mulai terdengar, memecah keheningan pagi. Beberapa warga yang melihat kobaran api mencoba melakukan pemadaman awal dengan alat seadanya, seperti ember berisi air, namun api sudah terlalu besar dan ganas untuk dikendalikan secara manual. Ketegangan menyelimuti warga Sonorejo, terutama mereka yang tinggal berdekatan dengan lokasi kejadian. Rasa takut api akan merembet ke rumah mereka menjadi kenyataan yang menakutkan.
Di tengah kepanikan, Kepala Desa Sonorejo, Bapak Sundoko (45), dengan sigap langsung melaporkan kejadian ini ke Pos Damkarmat Padangan. Laporan diterima pada pukul 09.18 WIB, hanya tiga menit setelah api mulai berkobar. Respons cepat dari Damkarmat Bojonegoro patut diacungi jempol. "Begitu mendapat laporan, petugas dari Pos Padangan langsung bergerak pukul 09.21 WIB dan tiba di lokasi (TKK) sekitar 10 menit kemudian, yaitu pukul 09.31 WIB," jelas Agus. Kecepatan ini krusial dalam upaya meminimalisir kerugian. Setiap menit sangat berharga dalam situasi kebakaran.
Tim Damkarmat mengerahkan kekuatan penuh untuk memadamkan api. Sebanyak empat unit armada pemadam kebakaran dikerahkan, terdiri dari dua unit Fire Truck dari Pos Padangan, satu unit Fire Truck dari Pos Ngraho, dan satu unit Fire Truck dari Pos Ngambon. Sebanyak 15 personel terlatih dikerahkan untuk berjibaku melawan kobaran api. Mereka bekerja tanpa lelah, menghadapi panas membara dan asap pekat, berusaha menguasai situasi dan mencegah api meluas lebih jauh. Koordinasi yang solid antar personel dan antar pos Damkarmat menunjukkan profesionalisme mereka dalam menghadapi bencana.
Berkat kesigapan dan kerja keras para petugas, api berhasil dikuasai dan dipadamkan sepenuhnya. Selain berhasil memadamkan api, petugas Damkarmat juga menunjukkan keahliannya dalam mengisolasi api sehingga tidak merembet ke bangunan lain. Bangunan semi permanen milik warga di sekitar lokasi berhasil diselamatkan dari amukan api. Bagian rumah Bapak Ratmin yang tersisa, sekitar 70 persen, juga berhasil dipertahankan. Lebih lanjut, rumah Bapak Yowono di sebelah Timur dan rumah Bapak Suwandi di sebelah Utara lokasi kebakaran, yang berada dalam ancaman langsung, juga berhasil diselamatkan dari jilatan api. Total aset yang berhasil diselamatkan dari potensi kerugian ditaksir mencapai nilai yang sangat signifikan, yaitu Rp550 juta. Angka ini jauh melebihi kerugian yang ditimbulkan, menunjukkan betapa vitalnya peran Damkarmat dalam menyelamatkan harta benda masyarakat.
Setelah api benar-benar padam dan situasi dinyatakan aman, petugas Damkarmat tidak langsung meninggalkan lokasi. Mereka menyempatkan diri untuk melakukan sosialisasi singkat kepada warga yang berkumpul. Sosialisasi ini mencakup tugas pokok dan fungsi dinas Damkarmat, serta memberikan pemahaman tentang pentingnya pencegahan kebakaran. Petugas juga membagikan nomor darurat Pos Damkarmat Padangan, mengingatkan masyarakat untuk tidak ragu melapor jika terjadi keadaan darurat serupa di kemudian hari. Edukasi ini penting untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan bahaya kebakaran dan cara penanganannya, serta bagaimana menghubungi pihak berwenang dengan cepat dan tepat.
Tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi seluruh masyarakat akan pentingnya kewaspadaan dan kehati-hatian dalam setiap aktivitas rumah tangga, terutama yang melibatkan api dan listrik. Kelalaian kecil bisa berujung pada kerugian besar, baik materiil maupun non-materiil. Untuk mencegah kejadian serupa terulang, penting untuk selalu memeriksa kembali kompor setelah memasak, tidak meninggalkan peralatan elektronik dalam keadaan menyala tanpa pengawasan, serta memastikan instalasi listrik dalam kondisi baik. Memiliki alat pemadam api ringan (APAR) di rumah dan mengetahui cara menggunakannya juga bisa menjadi langkah preventif yang sangat membantu dalam memadamkan api di tahap awal sebelum membesar.
Dampak kebakaran terhadap Ibu Suparti yang berusia lanjut sungguh memilukan. Di usianya yang seharusnya menikmati masa tua dengan tenang, ia justru harus menghadapi kenyataan pahit kehilangan seluruh harta bendanya dan tempat tinggal. Rumah yang menjadi saksi bisu perjalanan hidupnya kini hanya menyisakan puing-puing. Ini bukan hanya kerugian finansial, melainkan juga kerugian emosional yang tak ternilai harganya. Komunitas dan pemerintah desa diharapkan dapat memberikan dukungan dan bantuan maksimal kepada Ibu Suparti untuk memulai kembali hidupnya. Bantuan untuk pembangunan kembali rumah, penyediaan tempat tinggal sementara, serta dukungan psikologis akan sangat berarti baginya.
Kisah kebakaran di Sonorejo ini menyoroti kerapuhan kehidupan di hadapan bencana, namun juga memperlihatkan kekuatan solidaritas komunitas dan profesionalisme petugas penanggulangan bencana. Semoga tragedi ini menjadi yang terakhir, dan masyarakat semakin sadar akan pentingnya pencegahan kebakaran demi keselamatan bersama.
rakyatindependen.id