Nasional

Badai Kritik Bonek Menerpa Persebaya, Eduardo Perez Tetap Tenang Jelang Laga Penentu Kontra Persis Solo.

Gelombang kritik tajam dari suporter setia Persebaya Surabaya, Bonek, semakin menguat seiring dengan penurunan performa tim dalam tiga pertandingan terakhir di Liga 1 musim 2025/2026. Tekanan publik, terutama dari basis penggemar yang dikenal sangat vokal dan menuntut, kini sepenuhnya tertuju pada sosok pelatih kepala, Eduardo Perez. Namun, di tengah badai sorotan yang menerpa, pelatih asal Spanyol itu memilih untuk tetap tenang, bergeming, dan fokus penuh pada persiapan tim menjelang laga krusial melawan Persis Solo pada pekan ke-11 yang akan digelar di Stadion Gelora Bung Tomo (GBT), Surabaya, Minggu (2/11/2025). Sikap ini menunjukkan ketenangan seorang profesional yang terbiasa menghadapi tekanan, namun juga menimbulkan pertanyaan tentang apakah ketenangan tersebut adalah tanda kepercayaan diri atau justru indikasi isolasi dari realitas yang dihadapi timnya.

Kritik dari Bonek tidak muncul tanpa alasan. Sejarah panjang Persebaya sebagai salah satu klub legendaris di Indonesia telah menanamkan ekspektasi yang sangat tinggi di hati para pendukungnya. Mereka tidak hanya menuntut kemenangan, tetapi juga permainan yang atraktif, semangat juang yang tak kenal menyerah, dan identitas khas ‘Bajul Ijo’ yang selama ini dibanggakan. Penurunan performa tim yang jelas terlihat dalam beberapa pertandingan terakhir telah memicu kekecewaan yang mendalam. Dari media sosial hingga spanduk di sesi latihan, suara-suara sumbang mulai terdengar. Kritik Bonek mencakup berbagai aspek: mulai dari taktik yang dianggap monoton dan mudah terbaca lawan, pemilihan pemain yang dinilai kurang tepat, hingga kurangnya konsistensi dalam performa tim sepanjang 90 menit pertandingan. Beberapa pihak bahkan mulai mempertanyakan kapabilitas Perez dalam mengangkat kembali moral dan performa tim di tengah persaingan Liga 1 yang semakin ketat.

Pelatih Eduardo Perez, ketika dimintai tanggapan mengenai posisi dan kritikan yang mulai menyasar dirinya, memberikan jawaban yang singkat namun penuh makna. "Saya tidak tahu, saya tidak tahu," ujarnya singkat di Surabaya pada Rabu (29/10/2025). Pernyataan ini bisa diartikan sebagai upaya untuk tidak terlalu memikirkan isu-isu eksternal yang dapat mengganggu konsentrasi tim. Dalam dunia sepak bola, khususnya di liga-liga yang memiliki basis suporter fanatik seperti Indonesia, tekanan terhadap pelatih adalah hal yang lumrah. Namun, bagi seorang pelatih, menjaga fokus tim adalah prioritas utama, dan terkadang hal itu berarti mengabaikan kebisingan dari luar lapangan. Perez seolah ingin mengirimkan pesan bahwa energinya sepenuhnya dicurahkan untuk pekerjaan di lapangan, bukan untuk menanggapi spekulasi atau rumor.

Persebaya memang tengah berada dalam tren negatif yang mengkhawatirkan. Dalam tiga laga terakhir, tim Bajul Ijo gagal meraih kemenangan, sebuah catatan yang tentu saja jauh dari harapan. Rangkaian hasil buruk ini dimulai dengan hasil imbang 1-1 saat menjamu Dewa United pada 26 September 2025. Dalam pertandingan tersebut, Persebaya sejatinya memiliki peluang untuk meraih poin penuh, namun kelengahan di menit-menit akhir membuat mereka harus puas berbagi angka. Kemudian, kekalahan telak 1-3 dari Persija Jakarta pada 18 Oktober 2025 menjadi pukulan telak. Laga bertajuk ‘Derby Klasik’ ini tidak hanya soal tiga poin, tetapi juga gengsi dan supremasi. Kekalahan di kandang rival abadi tentu saja sangat menyakitkan bagi Bonek dan menambah tekanan pada tim. Puncaknya, Persebaya kembali bermain tanpa gol saat melakoni laga tandang ke markas PSBS Biak pada 24 Oktober 2025. Hasil imbang tanpa gol ini dianggap sebagai kegagalan untuk memanfaatkan peluang meraih poin penuh dari tim yang secara kualitas di atas kertas seharusnya bisa mereka kalahkan. Minimnya kreativitas di lini serang dan kesulitan menembus pertahanan lawan menjadi sorotan utama dalam pertandingan tersebut.

Rangkaian hasil ini secara langsung berdampak pada posisi Persebaya di papan klasemen sementara Liga 1. Dari yang sebelumnya menempati posisi yang lebih baik, kini mereka harus puas berada di peringkat ke-10 dengan koleksi 11 poin dari delapan laga yang telah dimainkan. Catatan tiga kali menang, dua seri, dan tiga kali kalah menunjukkan bahwa Persebaya masih kesulitan menemukan konsistensi yang dibutuhkan untuk bersaing di papan atas. Jarak dengan tim-tim di empat besar semakin melebar, sementara tekanan dari tim-tim di bawah mereka juga semakin terasa. Situasi ini tentu saja menciptakan atmosfer yang kurang kondusif di dalam tim, dan tugas Perez adalah mengembalikan kepercayaan diri serta semangat juang para pemain.

Badai Kritik Bonek Menerpa Persebaya, Eduardo Perez Tetap Tenang Jelang Laga Penentu Kontra Persis Solo.

Menanggapi kritik pedas dari suporter, Eduardo Perez menegaskan bahwa ia menghormati setiap pendapat yang dilontarkan. "Saya menghormati semua pendapat. Tapi saya tidak membaca apa pun. Saya fokus pada pekerjaan saya. Saya bekerja untuk Persebaya 24 jam dan tidak punya waktu membaca komentar," tegasnya. Pernyataan ini mencerminkan mentalitas seorang pelatih yang ingin melindungi timnya dari distraksi eksternal. Di era digital ini, media sosial menjadi wadah utama bagi suporter untuk menyuarakan kekecewaan, dan tidak jarang kritik tersebut bisa sangat personal dan merusak mental. Dengan memilih untuk tidak membaca atau menanggapi komentar, Perez berusaha menciptakan "gelembung" bagi dirinya dan tim, memastikan bahwa fokus utama tetap pada analisis pertandingan, strategi latihan, dan pengembangan pemain. Ini adalah strategi yang umum digunakan oleh banyak pelatih top dunia untuk menjaga stabilitas mental tim di bawah tekanan.

Kini, seluruh perhatian Persebaya tertuju pada pertandingan kandang melawan Persis Solo. Laga ini bukan sekadar perebutan tiga poin, melainkan sebuah ujian mental dan taktik yang krusial bagi Eduardo Perez dan anak asuhnya. Persis Solo sendiri dikenal sebagai tim yang memiliki potensi kejutan dan seringkali merepotkan tim-tim besar. Mereka datang ke GBT dengan ambisi untuk mencuri poin dan memperbaiki posisi mereka di klasemen. Persebaya harus belajar dari kesalahan-kesalahan sebelumnya, memperbaiki lini pertahanan yang kerap rapuh, serta meningkatkan efektivitas serangan yang seringkali mandul. Kemampuan untuk mengonversi peluang menjadi gol akan menjadi kunci dalam pertandingan ini.

Stadion Gelora Bung Tomo, yang diprediksi akan dipenuhi oleh Bonek, akan menjadi saksi bisu dari upaya Persebaya untuk bangkit. Dukungan penuh dari suporter di kandang sendiri diharapkan dapat membakar semangat para pemain, sekaligus memberikan tekanan tambahan kepada tim lawan. Namun, jika Persebaya kembali gagal meraih kemenangan, dukungan tersebut bisa saja berubah menjadi desakan yang lebih keras bagi perubahan. Oleh karena itu, laga kontra Persis Solo ini bukan hanya momentum kebangkitan tim, tetapi juga momentum untuk mengembalikan kepercayaan Bonek dan membuktikan bahwa Eduardo Perez masih merupakan pilihan yang tepat untuk menakhodai kapal Bajul Ijo. Sebuah kemenangan tidak hanya akan mendongkrak posisi mereka di klasemen, tetapi juga akan memberikan suntikan moral yang sangat dibutuhkan dan meredakan tensi yang selama ini menyelimuti klub.

Persebaya Surabaya, dengan sejarah gemilang dan basis suporter yang luar biasa, berada di persimpangan jalan. Keputusan taktis, perubahan strategi, dan mentalitas para pemain di bawah asuhan Eduardo Perez akan diuji habis-habisan di hadapan Bonek yang haus akan kemenangan dan performa terbaik. Masa depan Perez di kursi pelatih bisa jadi sangat bergantung pada hasil pertandingan ini dan bagaimana tim merespons kritik serta tekanan yang ada. Pertarungan di GBT pada hari Minggu nanti bukan hanya tentang sepak bola, tetapi juga tentang harapan, kepercayaan, dan semangat pantang menyerah yang selalu menjadi ciri khas Persebaya.

[rakyatindependen.id]

Badai Kritik Bonek Menerpa Persebaya, Eduardo Perez Tetap Tenang Jelang Laga Penentu Kontra Persis Solo.

Related Articles