Benteng Gizi Generasi Kediri: Pemkot Perkuat IKM Melalui Pelatihan Fortifikasi Pangan Guna Akselerasi Penurunan Stunting.

Kota Kediri terus menunjukkan komitmen kuatnya dalam memerangi masalah gizi kronis yang menghambat tumbuh kembang anak, yaitu stunting. Sebagai salah satu indikator penting dalam pembangunan sumber daya manusia, penurunan angka stunting menjadi prioritas utama pemerintah, baik di tingkat nasional maupun daerah. Menyikapi urgensi ini, Pemerintah Kota Kediri, melalui inisiatif Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disperdagin), baru-baru ini menggelar sebuah pelatihan strategis yang bertujuan untuk memberdayakan sektor Industri Kecil Menengah (IKM) dalam upaya kolektif tersebut. Pelatihan Fortifikasi IKM ini diselenggarakan selama tiga hari penuh, mulai Kamis (25/9) hingga Sabtu (27/9), bertempat di Gedung Harmoni yang berlokasi di Kelurahan Banjarmlati, menjadi bukti nyata keseriusan Pemkot Kediri dalam menciptakan generasi yang lebih sehat dan berdaya saing.

Stunting, sebuah kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis, terutama dalam 1.000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), tidak hanya berdampak pada fisik anak yang pendek, tetapi juga mengganggu perkembangan kognitif, motorik, dan sosial mereka. Dampak jangka panjangnya sangat serius, meliputi penurunan kapasitas belajar, produktivitas rendah di usia dewasa, serta peningkatan risiko penyakit tidak menular. Oleh karena itu, pencegahan stunting memerlukan pendekatan multisektoral yang komprehensif, melibatkan berbagai elemen masyarakat dan pemerintah. Dalam konteks ini, peran IKM pangan lokal menjadi sangat krusial, mengingat produk mereka menjangkau lapisan masyarakat luas, termasuk kelompok rentan seperti balita, ibu hamil, dan ibu menyusui.

Kepala Disperdagin Kota Kediri, Wahyu Kusuma Wardani, secara terpisah menjelaskan bahwa kegiatan pelatihan ini dirancang untuk memberikan wawasan mendalam dan keterampilan praktis kepada para pelaku IKM. Fokus utamanya adalah bagaimana mengolah pangan agar tidak hanya sehat dan higienis, tetapi juga memiliki nilai gizi yang lebih tinggi melalui proses fortifikasi. Fortifikasi pangan adalah penambahan satu atau lebih zat gizi mikro (vitamin dan mineral) esensial ke dalam makanan, terlepas dari kandungan zat gizi awalnya, untuk meningkatkan kualitas gizi dari makanan tersebut dan mengurangi risiko defisiensi gizi dalam populasi. Contoh zat gizi mikro yang sering difortifikasi antara lain zat besi, yodium, vitamin A, dan asam folat, yang sangat penting untuk tumbuh kembang optimal dan pencegahan stunting.

Lebih lanjut, Wahyu Kusuma Wardani juga menekankan bahwa pelatihan ini memiliki tujuan ganda. Selain meningkatkan kapasitas teknis IKM dalam fortifikasi, kegiatan ini juga bertujuan untuk memperbanyak jumlah IKM yang berhasil memperoleh Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS). SLHS merupakan sebuah pengakuan resmi dari pemerintah yang menyatakan bahwa produk pangan yang dihasilkan oleh suatu IKM telah memenuhi standar kebersihan dan keamanan pangan yang ditetapkan. Sertifikat ini bukan sekadar formalitas, melainkan bukti legal yang sangat penting dalam membangun kepercayaan konsumen, membuka akses pasar yang lebih luas, serta menjamin bahwa produk yang beredar di masyarakat aman dan layak dikonsumsi. Dengan SLHS, IKM dapat lebih percaya diri memasarkan produknya, dan konsumen pun merasa tenang akan kualitas pangan yang mereka beli.

"Pencegahan stunting adalah investasi jangka panjang untuk masa depan bangsa yang harus dimulai sejak dini," tegas Wahyu. "Mulai dari usia remaja, ibu hamil, hingga ibu menyusui, pemberian makanan yang sehat, bergizi, dan diproses secara higienis adalah kunci utama. Dalam rantai ini, IKM sebagai produsen pangan lokal memiliki peran yang sangat strategis. Mereka tidak hanya menyediakan kebutuhan pangan, tetapi juga dapat menjadi garda terdepan dalam menyebarkan kesadaran gizi dan menyediakan produk-produk unggulan yang mendukung program pencegahan stunting di Kota Kediri." Pernyataan ini menggarisbawahi pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor swasta, khususnya IKM, dalam mencapai target penurunan stunting.

Selama tiga hari intensif, para peserta pelatihan mendapatkan kurikulum yang komprehensif, mencakup materi teori dan praktik langsung. Sesi teori membahas dasar-dasar fortifikasi bahan pangan, jenis-jenis zat gizi mikro yang penting, serta metode fortifikasi yang efektif dan aman. Sementara itu, sesi praktik memungkinkan peserta untuk secara langsung menerapkan teknik-teknik fortifikasi pada produk pangan olahan mereka. Selain itu, materi penting lainnya adalah tata cara pendaftaran Sertifikat Laik Higiene dan Sanitasi (SLHS) pada produk olahan pangan. Peserta dibimbing langkah demi langkah mengenai persyaratan administrasi dan teknis yang diperlukan untuk mendapatkan SLHS, termasuk aspek sanitasi fasilitas produksi, kebersihan personel, hingga pengemasan produk. Tak ketinggalan, materi tentang menjaga nilai gizi pada produk olahan pangan juga disampaikan, mengajarkan cara meminimalisir kehilangan nutrisi selama proses pengolahan dan penyimpanan.

Keberhasilan pelatihan ini didukung oleh kehadiran narasumber-narasumber yang kompeten dari berbagai instansi terkait. Perwakilan dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) memberikan pemahaman mendalam mengenai regulasi keamanan pangan, standar fortifikasi, dan pengawasan produk beredar. Dinas Kesehatan Kota Kediri berbagi informasi mengenai data stunting lokal, dampak kesehatan, serta strategi pencegahan dari perspektif kesehatan masyarakat. Selain itu, para ahli gizi dari Universitas Negeri Surabaya (UNESA) turut serta, membekali peserta dengan ilmu gizi terkini, teknik fortifikasi yang inovatif, dan konsultasi personal terkait peningkatan nilai gizi produk IKM. Kombinasi keahlian dari lembaga-lembaga ini memastikan bahwa peserta mendapatkan pengetahuan yang holistik dan aplikatif.

Wahyu Kusuma Wardani mengungkapkan harapannya yang besar terhadap para pelaku IKM Kota Kediri setelah mengikuti pelatihan ini. "Kami berharap para pelaku IKM tidak hanya mampu memproduksi makanan yang aman dan sehat sesuai standar, tetapi juga ikut berperan aktif dan menjadi agen perubahan dalam upaya mencegah stunting melalui produk-produk mereka yang bernilai gizi tinggi dan berkualitas," ujarnya penuh optimisme. Lebih jauh, ia juga mendorong para peserta untuk menjadi duta gizi di lingkungan masing-masing. "Pelaku IKM juga bisa ikut ambil bagian untuk menurunkan angka stunting di Kota Kediri dengan menularkan ilmu yang sudah diperoleh ke ibu-ibu di lingkungannya, terutama mengenai pentingnya gizi seimbang dan makanan bergizi," tambahnya. Tak hanya itu, peran IKM juga diharapkan dapat menjangkau lingkungan sekolah. "Selain itu, para peserta juga bisa menyeleksi produk dan makanan olahan yang dijual di kantin sekolahnya agar makanan yang dijual terjamin sehat untuk anak-anak, sehingga kantin sekolah dapat menjadi salah satu benteng gizi bagi generasi penerus."

Pelatihan ini menyasar sebanyak 25 peserta yang telah melalui proses pendaftaran dan seleksi ketat. Mereka adalah pelaku IKM pangan olahan yang beragam, mulai dari produsen kue kering, makanan beku, hingga penjual jajanan di kantin sekolah. Salah satu peserta yang menunjukkan antusiasme tinggi adalah Nurul Hanafiah, seorang pelaku usaha asal Kelurahan Banjaran yang memiliki usaha cookies, makanan frozen, dan berbagai produk olahan lainnya. Nurul mengaku sangat senang dan antusias mengikuti seluruh rangkaian pelatihan. "Kegiatan ini sangat bermanfaat dan membantu kami sebagai pelaku IKM untuk menambah wawasan dan ilmu baru yang bisa langsung diaplikasikan dalam usaha kami," ungkapnya dengan semangat.

Nurul juga merasakan dampak positif pelatihan ini secara lebih luas. "Selain mendukung usaha pelaku IKM untuk berkembang dan menghasilkan produk yang lebih baik, kegiatan ini juga secara langsung mendukung upaya pemerintah dalam mencegah stunting. Kami jadi lebih paham bagaimana produk kami bisa berkontribusi pada kesehatan masyarakat," jelasnya. Ia pun menyampaikan harapannya agar program semacam ini dapat diadakan secara berkelanjutan. "Semoga kegiatan ini bisa diadakan secara berkelanjutan karena sangat membantu untuk meningkatkan kualitas IKM yang memiliki usaha makanan dan minuman. Dan yang terpenting, semoga setelah ini tetap ada pendampingan agar usaha kita tetap berkembang dan terus berinovasi dalam menghasilkan produk pangan bergizi," harap Nurul, mencerminkan kebutuhan IKM akan dukungan jangka panjang.

Kisah Nurul Hanafiah hanyalah salah satu dari 25 cerita inspiratif yang lahir dari pelatihan ini. Banyak peserta lain yang juga merasakan manfaat serupa, seperti Bapak Slamet, seorang produsen keripik singkong dari Mojoroto, yang kini berencana memfortifikasi produknya dengan vitamin A untuk meningkatkan nilai gizinya tanpa mengubah cita rasa. Atau Ibu Ida, pemilik usaha katering rumahan yang sering melayani pesanan untuk anak sekolah, kini lebih memahami pentingnya kebersihan dan fortifikasi dalam menu makanannya. Kesadaran ini menciptakan efek domino positif, tidak hanya meningkatkan kualitas produk IKM tetapi juga secara tidak langsung mengedukasi konsumen dan masyarakat luas tentang pentingnya gizi.

Pelatihan fortifikasi IKM ini merupakan langkah konkret yang strategis dari Pemerintah Kota Kediri dalam mewujudkan visi pembangunan yang berkelanjutan. Dengan memberdayakan IKM, Pemkot Kediri tidak hanya mendorong pertumbuhan ekonomi lokal tetapi juga secara efektif membangun fondasi kesehatan yang kuat bagi generasi mendatang. Inisiatif ini menegaskan bahwa penurunan stunting bukanlah tanggung jawab satu pihak saja, melainkan upaya kolektif yang membutuhkan partisipasi aktif dari seluruh elemen masyarakat. Dengan produk pangan yang lebih bergizi, aman, dan higienis dari IKM, Kota Kediri optimis dapat menciptakan lingkungan yang mendukung tumbuh kembang optimal anak, sehingga cita-cita untuk melahirkan generasi emas yang cerdas, sehat, dan produktif dapat terwujud. Program-program lanjutan seperti pendampingan, monitoring kualitas produk, dan fasilitasi akses pasar diharapkan akan terus dilakukan untuk memastikan keberlanjutan dan dampak positif yang lebih luas dari inisiatif mulia ini.

rakyatindependen.id

Exit mobile version