Bojonegoro Wastra Batik Festival 2025 Resmi Berakhir, Bojonegoro Siap Jadi Gerbang Batik Jawa Timur

BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN) – Bojonegoro Wastra Batik Festival (BWBF) tahun 2025 resmi berakhir Sabtu (21/6/2025). Event besar yang digelar Pemkab Bojonegoro ini membuktikan bahwa Bojonegoro sangat konsisten menyemai tradisi batik dan mendorong ekonomi kreatif (ekraf) terutama batik ke level nasional.
Antusiasme warga yang berkunjung sejak festival digelar pada 18 Juni lalu menjadi bukti betapa semaraknya event tahunan tersebut. Berbagai kegiatan yang digelar selama BWBF berlangsung sangat meriah dan megah. Mulai lomba desain batik, lomba mewarnai, hingga grand final Kange Yune 2025.
Bupati Bojonegoro Setyo Wahono menuturkan bahwa event BWBF 2025 merupakan upaya Pemkab untuk membangkitkan dan menggerakkan UMKM batik agar lebih dikenal secara luas.
“Batik akan menjadi kebanggaan daerah,” terangnya.
Bupati Wahono yang hadir mengenakan baju batik bermotif daun jati tersebut juga menjelaskan di Kabupaten Bojonegoro banyak sekali kearifan lokal yang diangkat. Sehingga batik lokal Bojonegoro memiliki akar yang kuat dengan nilai filosofis.
“Ada yang motif jagung, tembakau, daun jati, sumur tua, kayangan api yang semuanya merupakan kebanggaan. Batik Bojonegoro mampu menggambarkan kearifan lokal dan ikon Bojonegoro,” tegasnya.
Tak lupa, dalam kesempatan tersebut, Bupati Wahono mengucapkan terimakasih kepada para stakeholder, terutama peserta festival dari beberapa daerah tetangga yang ikut menyukseskan gelaran festival tersebut. Pemkab Bojonegoro, akan mengadakan lagi festival batik di tahun depan dengan konsep lebih baik.
“Kami berkomitmen untuk terus promosi, berjejaring agar lebih dikenal luas. Dengan berarkhirnya festival ini, kami mengucapkan terimakasih kepada stakeholder dan masyarakat semua,” tuturnya.
Event BWBF 2025 ini memang menjadi ajang promosi para perajin UMKM batik. Tak hanya itu, dengan berbagai kegiatan lomba selama BWBF berlangsung,

Pemkab Bojonegoro berkomitmen mendorong adanya penguatan industri kreatif batik dan ikut melestarikan wastra batik nusantara. Pemkab Bojonegoro juga mendorong talenta muda untuk terus berkarya dalam hal desain fashion batik melalui lomba desainer muda.
Sementara itu, Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro Welly Fitrama, dalam sambutan saat acara Clossing Ceremony menjelaskan, BWBF yang selama empat hari telah membawa dampak ekonomi cukup besar. Perputaran uang selama kegiatan berlangsung tercapat lebih dari Rp 1 miliar. “Selama kegiatan berlangsung perputaran uang mencapai Rp 1.315.387.000,” terangnya.
BBWF 2025 yang berlangsung selama empat hari (18 Juni – 21 Juni) tak hanya menghibur warga Bojonegoro dan sekitarnya, melainkan juga membuat para pelaku UMKM bisa senyum sumringah.
Uswatun Hasanah dari Kabupaten Tuban misalnya, menuturkan sangat terkesan dengan BWBF 2025 yang digelar Pemkab Bojonegoro di alun-alun kota tersebut. Pemilik rumah batik gedog Sekar Ayu Wilujeng, menutirkan ia bersama beberapa pelaku UMKM Tuban khusus datang untuk menjadi bagian dalam BWBF.
“Kami senang, pameran dilaksanakan di Bojonegoro tapi terasa di kota besar seperti Jakarta. Ini pameran terbagus di daerah yang pernah saya ikuti,” tuturnya yang disambut tepuk tangan meriah oleh para undangan.
Menurut Uswatun, para pengunjung festival sangat ramah. Pembeli di pameran juga cukup banyak, sampai ia harus tiga kali mendatangkan produk dari Tuban karena banyaknya pembeli. Dia juga terkesan dengan fasilitas selama pameran, diantaranya tempat sampah yang mudah ditemui di lokasi festival.
“Makannya juga enak-enak. Saya dan suami jadi gagal diet, karena makanannya enak dan murah. Pedagang ramah dan tidak menaikkan harga,” tuturnya.
Kesan hampir sama diungkapkan oleh Yuli Aya perajin batik dari Kabupaten Tulungagung. Ia mengapresiasi langkah Pemkab Bojonegoro yang telah menyelenggarakan event batik yang cukup meriah ini.
Menurut Yuli, BWBF ini merupakan momen yang sangat ditunggu khususnya oleh para pelaku UMKM sebagai ajang promosi produk unggulan dari daerah masing-masing.
“Hal ini juga sebagai bagian dari marketing untuk menjual produk kita untuk dikenal masyarakat secara luas. Selain peluang ekonomi, secara tidak langsung juga mempromosikan potensi dan budaya melalui batik khas di masing-masing daerah,”ujarnya.
Yuli juga berharap nantinya event besar ini akan tetap berlanjut, tidak hanya berhenti Kabupaten Bojonegoro saja. Namun harapanya dapat diselenggarakan oleh kabupaten lain.
Ia mengajak para perajin batik untuk selalu berkarya dan optimis. Terutama dalam upaya meningkatkan kualitas produk, bagaimana cara marketingnya, dan ilmu-ilmu lain yang sangat diperlukan dalam dunia usaha.
**(Red)