Cendol Tradisional Tulungagung Mengukir Kisah Sukses: Dari Pasar Lokal Menuju Jangkauan Nasional Berkat Inovasi Digital UNISKA

Minuman tradisional cendol dawet, yang selama ini identik dengan kesederhanaan pasar tradisional dan gerobak kaki lima, kini mengukir sejarah transformasi fundamental di Tulungagung. Berkat sentuhan inovasi teknologi dan pendampingan komprehensif dari tim akademisi Universitas Islam Kadiri (UNISKA) Kediri, sebuah UMKM cendol lokal berhasil naik kelas, tidak hanya meningkatkan kapasitas produksi dan kualitas, tetapi juga memperluas jangkauan pasarnya hingga ke kancah nasional melalui strategi digital yang cerdas. Program Kemitraan Masyarakat (PKM) yang digagas UNISKA ini menjadi bukti nyata bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi dan pelaku usaha kecil memiliki potensi luar biasa untuk mendorong pertumbuhan ekonomi lokal dan memodernisasi warisan kuliner bangsa.

Sebelum intervensi dari tim UNISKA, potret UMKM cendol di Tulungagung, khususnya Era Muda Berjaya (EMB) Group yang menjadi mitra program ini, mencerminkan tantangan klasik yang dihadapi banyak usaha mikro di Indonesia. Produksi cendol masih sangat mengandalkan tenaga manual, mulai dari proses pengadukan adonan hingga pencetakan butiran cendol. Keterbatasan ini berdampak langsung pada kapasitas produksi yang rendah, hanya sekitar 900 bungkus per hari, seringkali diwarnai oleh inkonsistensi mutu. Butiran cendol terkadang terlalu lembek atau terlalu keras, rasanya kurang stabil, dan higienitasnya sulit dikontrol secara ketat. Kemasan produk pun cenderung polos, tanpa identitas merek yang jelas, membuat produk cendol EMB Group sulit dibedakan dari kompetitor lain dan kurang menarik perhatian konsumen modern. Pemasaran hanya mengandalkan jaringan tradisional, yaitu pasar-pasar lokal dan penjualan langsung di sekitar area tempat tinggal, membatasi potensi pertumbuhan dan ekspansi usaha.

Menyadari potensi besar yang tersembunyi di balik kesederhanaan cendol tradisional, tim PKM UNISKA Kediri datang membawa angin perubahan. Dipimpin oleh Danang Erwanto, S.T., M.T., seorang dosen berpengalaman dari Prodi S-1 Teknik Elektro yang memiliki keahlian dalam otomatisasi dan efisiensi produksi, tim ini juga diperkuat oleh Dr. Lina Saptaria, S.Pd., M.M. dari Prodi Manajemen yang berfokus pada strategi bisnis dan pemasaran, serta Iska Yanuartanti, S.T., M.T. dari Prodi Teknik Elektro yang berkontribusi dalam perancangan sistem dan proses. Tak hanya itu, dua mahasiswa berbakat, Naili Sa’adatin Najwa dari Teknik Industri dan Yoga Pebri Aprilia dari Teknik Elektro, turut aktif terlibat, memberikan perspektif segar dan dukungan implementasi di lapangan. Pendekatan holistik tim ini mencakup berbagai aspek krusial, mulai dari optimalisasi proses produksi, peningkatan kualitas dan standar higienitas, perbaikan manajemen keuangan, hingga penguatan branding dan strategi pemasaran digital.

Salah satu inovasi paling signifikan yang diperkenalkan adalah modernisasi lini produksi. Tim UNISKA mendampingi EMB Group dalam mengadopsi mesin pengaduk adonan dan pencetak cendol otomatis yang dirancang khusus untuk skala UMKM. Mesin-mesin ini tidak hanya mengurangi beban kerja fisik yang sebelumnya sangat melelahkan, tetapi juga menjamin konsistensi tekstur dan ukuran butiran cendol. Dengan otomatisasi ini, proses produksi menjadi jauh lebih efisien, memangkas waktu pengerjaan secara drastis dan meminimalisir kesalahan manusia. Selain itu, penerapan Standar Operasional Prosedur (SOP) yang ketat terkait higienitas menjadi fokus utama. Pelaku UMKM dilatih mengenai pentingnya kebersihan bahan baku, peralatan, dan lingkungan kerja, serta praktik pengemasan yang steril, sehingga produk cendol yang dihasilkan tidak hanya lezat tetapi juga aman dan berkualitas prima.

Dampak dari intervensi teknologi dan peningkatan proses ini sungguh luar biasa. Kapasitas produksi EMB Group melesat naik dari 900 bungkus menjadi 1.200 bungkus per hari, sebuah peningkatan signifikan sebesar 33 persen. Peningkatan ini dicapai tanpa mengorbankan kualitas; justru, kualitas cendol menjadi lebih konsisten, dengan tekstur yang pas dan rasa yang otentik. Efisiensi waktu produksi juga meningkat, memungkinkan Alfian Indra Febian, pemilik EMB Group, untuk mengalokasikan sumber dayanya ke area lain seperti pengembangan produk atau pemasaran. Pelatihan manajemen keuangan dasar juga diberikan, meliputi pencatatan arus kas sederhana, analisis biaya produksi, dan strategi penetapan harga. Hal ini membantu Alfian membuat keputusan bisnis yang lebih terinformasi dan merencanakan keuangan usahanya dengan lebih baik, mengubah pandangan bisnisnya dari sekadar berjualan menjadi pengelolaan usaha yang profesional.

Di ranah pemasaran, UNISKA mendorong EMB Group untuk merangkul era digital. Sebelumnya, pemasaran hanya mengandalkan promosi dari mulut ke mulut dan penjualan langsung di pasar. Namun, setelah pendampingan, EMB Group secara aktif memanfaatkan media sosial, khususnya Instagram, sebagai platform utama untuk menjangkau audiens yang lebih luas. Tim PKM membantu dalam pembuatan konten visual yang menarik, strategi penggunaan hashtag yang relevan, serta teknik interaksi dengan pengikut. Hasilnya, dalam kurun waktu tiga bulan, akun Instagram resmi usaha ini berhasil mengumpulkan lebih dari 500 pengikut, dengan tingkat interaksi (likes, comments, shares) yang melonjak hingga 40 persen. Peningkatan visibilitas digital ini tidak hanya menarik perhatian konsumen lokal, tetapi juga memicu pesanan dari luar Tulungagung, membuka peluang pasar yang sebelumnya tidak terbayangkan.

Aspek branding juga tidak luput dari perhatian. Tim UNISKA membantu EMB Group dalam perancangan logo yang modern dan mudah diingat, serta label produk yang informatif dan menarik. Kemasan cendol yang sebelumnya polos kini bertransformasi menjadi kemasan higienis bersegel dengan desain label yang profesional, mencantumkan informasi produk, komposisi, tanggal produksi, dan kontak usaha. Perubahan ini secara signifikan meningkatkan citra produk di mata konsumen. Sebuah survei konsumen menunjukkan bahwa 75 persen responden menyatakan lebih tertarik pada produk cendol dengan kemasan berlabel, mengindikasikan bahwa tampilan visual dan profesionalisme kemasan memiliki peran krusial dalam keputusan pembelian. Cendol yang dulunya dianggap "biasa" kini memiliki identitas kuat dan nilai jual yang lebih tinggi, bahkan berpotensi menjadi oleh-oleh khas Tulungagung yang modern.

Ketua tim PKM UNISKA Kediri, Danang Erwanto, menegaskan filosofi di balik keberhasilan program ini. "Teknologi tidak harus rumit dan mahal. Bahkan untuk usaha tradisional seperti cendol sekalipun, penerapan inovasi sederhana yang tepat sasaran dan digitalisasi yang adaptif bisa meningkatkan daya saing secara signifikan. Kuncinya adalah kemauan untuk beradaptasi dan keberanian untuk mencoba hal baru," ujarnya, menekankan bahwa revolusi industri 4.0 bukan hanya milik perusahaan besar, tetapi juga UMKM yang mau bergerak maju. Pernyataannya menggarisbawahi pentingnya pemanfaatan teknologi yang relevan dan terjangkau untuk skala usaha kecil, membuktikan bahwa modernisasi bisa dilakukan dengan pendekatan yang pragmatis.

Mitra usaha, Alfian Indra Febian, pemilik EMB Group, tidak bisa menyembunyikan kepuasannya terhadap hasil pendampingan. Dengan mata berbinar, ia berbagi pengalamannya, "Dulu, saya hanya bisa jualan di pasar dan lingkup sekitar rumah. Produksi manual sangat melelahkan, dan saya merasa usaha ini jalan di tempat. Setelah ada pendampingan dari tim UNISKA, semuanya berubah. Produksi jadi lebih ringan berkat mesin otomatis, kemasan lebih bagus dan profesional, dan yang paling penting, banyak pelanggan baru yang pesan lewat Instagram dari berbagai daerah. Omzet juga meningkat tajam. Saya merasa usaha ini jadi lebih maju, punya masa depan cerah, dan tidak lagi dipandang sebelah mata." Ungkapan Alfian ini merefleksikan perubahan paradigma dari sekadar mencari nafkah menjadi seorang wirausahawan yang visioner, didukung oleh ilmu pengetahuan dan teknologi.

Program PKM ini didanai melalui hibah PKM dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek) tahun anggaran 2025. Pendanaan ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam mendukung pengembangan UMKM melalui peran aktif perguruan tinggi. Kisah sukses EMB Group bukan hanya sekadar cerita tentang peningkatan produksi atau omzet, melainkan sebuah bukti konkret bahwa tradisi yang kuat dapat beradaptasi dan bersinergi dengan inovasi teknologi, strategi branding yang efektif, dan pemasaran digital yang modern. Ini adalah model ideal dari simbiosis mutualisme antara akademisi dan praktisi, yang pada akhirnya berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat dan penguatan ekonomi lokal. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi UMKM tradisional lainnya untuk tidak ragu memanfaatkan kemajuan teknologi dan berkolaborasi dengan institusi pendidikan demi masa depan usaha yang lebih cerah dan berdaya saing di pasar global.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Exit mobile version