Cuaca Ekstrem Landa Surabaya, Penerbangan Batik Air Tujuan Juanda Dialihkan Darurat ke Bali

Gelombang cuaca ekstrem yang melanda wilayah Surabaya dan sekitarnya sejak Kamis pekan lalu telah memicu kekacauan signifikan dalam jadwal penerbangan, memaksa sejumlah pesawat melakukan pengalihan pendaratan darurat. Salah satu insiden paling menonjol melibatkan pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID-7521 dari Bandara Halim Perdanakusuma Jakarta yang seharusnya mendarat di Bandara Internasional Juanda, Sidoarjo, namun terpaksa dialihkan ke Bandara Internasional Ngurah Rai di Bali akibat kondisi atmosfer yang tidak memungkinkan. Hujan deras disertai angin kencang, sambaran petir yang intens, dan jarak pandang yang sangat terbatas telah menciptakan kondisi yang tidak aman bagi operasional penerbangan di koridor udara menuju Juanda.
Insiden ini bukan hanya menimpa satu penerbangan. Data awal menunjukkan bahwa setidaknya belasan penerbangan, baik yang menuju maupun berangkat dari Bandara Juanda, mengalami gangguan serius, mulai dari penundaan (delay) yang panjang hingga pengalihan rute. Gangguan ini secara langsung berdampak pada ribuan penumpang yang rencana perjalanannya mendadak berubah, menimbulkan ketidakpastian dan frustrasi di tengah upaya maskapai dan otoritas bandara untuk mengelola situasi krisis ini.
Muhammad Iqbal, salah seorang penumpang Batik Air yang berangkat dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Surabaya, menceritakan pengalamannya. Ia mengungkapkan bahwa penerbangan yang seharusnya berangkat tepat waktu mengalami penundaan selama satu setengah jam. "Kami sudah boarding, semua penumpang sudah duduk di dalam pesawat, namun pesawat belum bisa terbang. Pilot dan kru mengumumkan bahwa kondisi cuaca di Surabaya tidak memungkinkan untuk pendaratan yang aman," ujarnya dengan raut wajah lelah. Iqbal menambahkan bahwa penundaan tersebut cukup menguras kesabaran, mengingat banyak penumpang memiliki jadwal lanjutan atau pertemuan penting di Surabaya. "Meskipun demikian, kami memahami bahwa keselamatan adalah prioritas utama. Penjelasan dari pilot dan awak kabin cukup transparan, membuat kami sedikit lebih tenang," tambahnya.
Kisah yang lebih dramatis dialami oleh Novi, penumpang Batik Air lainnya yang terbang dari Bandara Soekarno-Hatta Cengkareng menuju Surabaya. Penerbangan yang ia tumpangi semula dijadwalkan mendarat di Bandara Juanda pada dini hari. Namun, karena kondisi cuaca ekstrem di wilayah udara Surabaya yang semakin memburuk, pesawat tersebut terpaksa dialihkan ke Bandara Ngurah Rai, Bali. "Pilot mengumumkan bahwa pesawat tidak bisa mendarat di Juanda karena hujan deras dan angin kencang yang sangat ekstrem. Kami sempat berputar-putar di udara di atas Surabaya selama beberapa waktu, mencoba mencari celah untuk mendarat," kenang Novi. Ia menggambarkan suasana di dalam kabin yang tegang, di mana banyak penumpang mulai bertanya-tanya dan menunjukkan kekhawatiran. "Setelah penantian yang menegangkan, akhirnya pengumuman datang: pesawat akan diarahkan ke Bali untuk menunggu kondisi cuaca membaik. Meskipun kecewa karena harus menunda perjalanan dan tiba lebih lambat, kami semua lega mendengar bahwa keputusan ini diambil demi keselamatan," lanjutnya.
Pengalihan penerbangan ke Bali berarti para penumpang harus menunggu di bandara lain selama beberapa jam hingga kondisi cuaca di Juanda memungkinkan untuk pendaratan. Pihak maskapai, dalam hal ini Batik Air, bertanggung jawab untuk menyediakan akomodasi sementara atau makanan dan minuman bagi penumpang yang mengalami penundaan signifikan atau pengalihan rute. Penerbangan dari Bandara Ngurah Rai Bali menuju Juanda Surabaya baru dapat dilanjutkan kembali ketika sore hari, saat cuaca dilaporkan mulai membaik dan jarak pandang sudah kembali normal. Peristiwa ini menyoroti kompleksitas manajemen penerbangan di tengah kondisi alam yang tidak terduga.

Menanggapi situasi ini, manajemen Batik Air melalui juru bicaranya menyampaikan permohonan maaf atas ketidaknyamanan yang dialami para penumpang. "Keselamatan dan keamanan penerbangan adalah prioritas utama kami. Keputusan untuk menunda penerbangan atau mengalihkan rute adalah keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan ketat dari pilot, didukung data cuaca real-time dari Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) serta koordinasi dengan AirNav Indonesia sebagai penyedia layanan navigasi penerbangan," jelas juru bicara tersebut. Maskapai memastikan bahwa semua prosedur standar operasional telah diikuti dengan cermat dan penumpang yang terdampak diberikan informasi serta fasilitas sesuai ketentuan yang berlaku. Mereka juga berkoordinasi erat dengan pihak bandara dan otoritas terkait untuk meminimalkan dampak gangguan.
Bandara Internasional Juanda, sebagai pintu gerbang utama Jawa Timur, juga merasakan dampak langsung dari cuaca ekstrem ini. Petugas di menara kontrol lalu lintas udara (Air Traffic Control/ATC) AirNav Indonesia bekerja ekstra keras untuk mengatur ulang jadwal penerbangan, mengarahkan pesawat yang tiba ke rute aman, dan memberikan izin pendaratan saat kondisi memungkinkan. "Kami terus memantau informasi cuaca dari BMKG secara real-time dan berkoordinasi dengan maskapai serta bandara tujuan atau alternatif. Prioritas utama kami adalah memastikan keselamatan penerbangan," kata seorang petugas AirNav yang enggan disebut namanya. Sistem pendaratan instrumen (Instrument Landing System/ILS) di Juanda memang berfungsi optimal, namun ada batasan minimum jarak pandang dan kecepatan angin yang harus dipatuhi untuk pendaratan yang aman.
Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Juanda sebelumnya telah mengeluarkan peringatan dini potensi hujan lebat disertai petir dan angin kencang di wilayah Surabaya, Sidoarjo, dan Gresik. Peringatan ini mencakup detail mengenai potensi angin puting beliung, gelombang tinggi di perairan sekitar, serta intensitas curah hujan yang dapat memicu banjir dan tanah longsor di beberapa daerah. Kepala BMKG Juanda menjelaskan bahwa kondisi cuaca ekstrem ini disebabkan oleh beberapa faktor meteorologis, termasuk labilitas atmosfer yang tinggi dan adanya daerah konvergensi massa udara yang memicu pertumbuhan awan cumulonimbus (CB) secara masif. Awan CB adalah jenis awan yang dikenal sebagai "raja badai" karena kemampuannya menghasilkan hujan lebat, petir, angin kencang, dan bahkan hail.
"Kondisi ini diperkirakan masih akan terjadi selama pekan ini, bahkan mungkin meluas ke beberapa wilayah lain di Jawa Timur. Kami mengimbau masyarakat untuk selalu waspada dan mengikuti informasi cuaca terbaru dari BMKG," ujar Kepala BMKG Juanda. Ia juga menambahkan bahwa informasi cuaca yang mereka rilis secara rutin merupakan panduan penting tidak hanya bagi masyarakat umum, tetapi juga bagi sektor transportasi, termasuk penerbangan, untuk membuat keputusan operasional yang tepat demi keselamatan. Data satelit, radar cuaca, dan stasiun pengamatan permukaan digunakan secara terpadu untuk memberikan prakiraan cuaca yang akurat dan tepat waktu.
Dampak dari gangguan penerbangan ini meluas lebih dari sekadar penundaan atau pengalihan. Secara ekonomi, kerugian yang ditimbulkan bisa sangat besar, meliputi biaya bahan bakar tambahan untuk pesawat yang berputar atau dialihkan, biaya akomodasi dan konsumsi bagi penumpang yang terlantar, hilangnya pendapatan dari penerbangan yang dibatalkan, serta dampak domino pada sektor logistik dan pariwisata. Ribuan penumpang yang memiliki janji bisnis, acara keluarga, atau perjalanan liburan terpaksa mengubah rencana, bahkan membatalkannya. Hal ini juga menimbulkan tekanan psikologis bagi penumpang yang sudah lelah dan cemas, serta bagi kru maskapai yang harus bekerja ekstra di bawah tekanan.
Sektor penerbangan memiliki protokol keselamatan yang sangat ketat untuk menghadapi cuaca ekstrem. Pilot dilatih untuk membuat keputusan cepat dan tepat demi keselamatan penumpang dan kru. Sistem radar cuaca di pesawat dan di darat memberikan informasi penting tentang formasi awan badai, turbulensi, dan daerah bertekanan rendah. Batasan operasional seperti minimum jarak pandang untuk pendaratan (Runway Visual Range/RVR) dan batas kecepatan angin samping (crosswind limit) adalah standar yang tidak bisa ditawar. Pengalihan pendaratan, meskipun merepotkan, adalah bukti nyata komitmen maskapai dan otoritas penerbangan terhadap prinsip "safety first".
Untuk meminimalkan dampak di masa depan, penumpang diimbau untuk selalu memantau informasi penerbangan dari maskapai secara berkala, terutama saat musim hujan atau periode cuaca ekstrem. Mempersiapkan diri dengan membawa kebutuhan dasar seperti obat-obatan pribadi, makanan ringan, dan hiburan portabel dapat membantu mengurangi ketidaknyamanan saat terjadi penundaan. Fleksibilitas dalam rencana perjalanan juga sangat dianjurkan.
Situasi cuaca ekstrem di Surabaya ini menjadi pengingat penting akan kekuatan alam yang tak terduga dan bagaimana sektor penerbangan, meskipun sangat maju, tetap harus tunduk pada kondisi meteorologis. Koordinasi yang kuat antara BMKG, AirNav Indonesia, maskapai penerbangan, dan pengelola bandara adalah kunci untuk menghadapi tantangan ini dan memastikan bahwa keselamatan penerbangan tetap menjadi prioritas utama di tengah kondisi yang sulit. Meskipun gangguan ini menyebabkan banyak ketidaknyamanan, keputusan untuk mengutamakan keselamatan adalah langkah yang tak terbantahkan. Masyarakat diharapkan untuk terus memantau perkembangan cuaca dan informasi penerbangan agar dapat merencanakan perjalanan dengan lebih bijak.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id
/data/photo/2024/11/11/6731dc0751a0a.jpeg)



