Dua Nyawa Muda Santri Sampang Terenggut: Tangis Pecah Iringi Pemakaman Korban Tragedi Runtuhnya Ponpes Al Khoziny Sidoarjo

Duka mendalam dan air mata yang tak terbendung menyelimuti Dusun Pendeh, Desa Asem Nonggal, Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang. Suasana haru membekap seiring kepergian dua putra terbaik mereka, Abdul Fattah (18) dan Mochammad Mashudulhaq (14), yang harus pulang dalam peti jenazah. Keduanya adalah santri yang menghembuskan napas terakhir mereka dalam insiden tragis runtuhnya bangunan di Pondok Pesantren Al Khoziny, Kecamatan Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur. Kepergian mendadak dua santri ini meninggalkan lubang menganga di hati keluarga, kerabat, dan seluruh masyarakat Jrengik, yang kini harus menerima takdir pahit kehilangan harapan masa depan mereka.
Abdul Fattah, sosok muda yang dikenal santun dan rajin, adalah kebanggaan keluarganya. Sejak kecil, ia telah menunjukkan minat besar dalam ilmu agama, mendorongnya untuk menuntut ilmu di Ponpes Al Khoziny. Orang tuanya, dengan segala keterbatasan, menaruh harapan besar padanya, membayangkan Fattah kelak menjadi ulama atau setidaknya pribadi yang berakhlak mulia dan bermanfaat bagi masyarakat. Setiap kepulangan Fattah dari pondok selalu disambut sukacita, mengisi rumah dengan celotehan dan kisah-kisah pondok yang penuh semangat. Namun, kali ini, Fattah pulang bukan untuk liburan, melainkan untuk peristirahatan terakhirnya, meninggalkan kenangan pahit akan sebuah bangunan yang ambruk.
Berita duka mengenai insiden di Sidoarjo dengan cepat menyebar dan mengguncang warga Sampang. Ketika laporan dari BPBD Provinsi Jawa Timur mengonfirmasi adanya korban jiwa asal Sampang, sebuah kepanikan dan kekhawatiran melanda. Tim Reaksi Cepat (TRC) BPBD Sampang tidak buang waktu, segera bergerak cepat untuk memastikan segala prosedur penanganan jenazah berjalan lancar. Koordinasi intensif dilakukan dengan BPBD Jawa Timur, bukan hanya untuk memastikan jenazah dapat dipulangkan dengan aman, tetapi juga untuk memberikan pendampingan psikologis dan logistik kepada keluarga yang sedang berduka. "BPBD Sampang berkoordinasi dengan pihak BPBD Jawa Timur guna memastikan jenazah dapat dipulangkan dengan aman hingga proses pemakaman selesai," ujar Kalaksa BPBD Sampang, Fajar Arif Taufikurrahman, pada Selasa (7/10/2025), sehari setelah pemakaman. Pernyataan ini menegaskan komitmen pemerintah daerah untuk hadir di tengah-tengah warganya dalam situasi paling sulit sekalipun.
Perjalanan pulang Abdul Fattah dari Sidoarjo ke Sampang adalah perjalanan yang sunyi, diiringi doa dan linangan air mata. Mobil jenazah yang membawa tubuh tak bernyawa sang santri melaju di bawah temaram malam, seolah ikut merasakan beratnya beban duka yang dipikul. Di Dusun Pendeh, rumah duka telah ramai dipenuhi sanak saudara, tetangga, dan para pelayat yang setia menanti. Suasana hening mencekam, sesekali pecah oleh isak tangis yang tertahan. Tepat pada Senin (6/10/2025) sekitar pukul 23.40 WIB, mobil jenazah tiba, menghentikan waktu dan mengukir luka yang tak akan mudah terhapus.
Melihat peti jenazah Fattah dikeluarkan dari mobil, tangis histeris sang ibu tak dapat lagi dibendung. Ia meratap, memanggil-manggil nama putranya, seolah ingin membangunkan dari tidur panjangnya. Para kerabat segera menenangkan, namun duka yang melanda terlalu besar untuk dihentikan. Prosesi pemakaman kemudian dilangsungkan tak lama setelahnya, tepat pukul 00.00 WIB. Di tengah dinginnya dini hari, ratusan pelayat, dari anak-anak hingga orang dewasa, berbondong-bondong mengantar Fattah ke tempat peristirahatan terakhirnya. Cahaya obor dan senter menerangi jalan setapak menuju pemakaman, seolah menjadi lentera terakhir bagi perjalanan abadi Fattah.
Suasana haru dan penuh duka menyelimuti setiap langkah. Lantunan doa dan tahlil tak henti-hentinya bergema, mengiringi setiap ayunan cangkul yang menimbun tanah di atas pusara. Keluarga, dengan wajah sembab dan mata memerah, berusaha tegar di hadapan takdir. Ayah Fattah, meski terlihat terpukul, mencoba menguatkan anggota keluarga lainnya, menunjukkan ketabahan seorang kepala keluarga. Kehadiran sejumlah pihak, termasuk jajaran Forkopimcam Jrengik, dalam prosesi pemakaman ini menjadi bukti empati dan solidaritas yang kuat dari pemerintah dan masyarakat terhadap keluarga yang ditinggalkan. Camat, Kapolsek, dan Danramil Jrengik turut memberikan penghormatan terakhir, seolah ingin berbagi beban duka yang amat berat ini. "Alhamdulillah seluruh proses berjalan lancar tanpa hambatan," imbuh Fajar Arif Taufikurrahman, menggambarkan bagaimana solidaritas dan koordinasi yang baik mampu membantu keluarga melewati masa-masa paling sulit.
Namun, duka Sampang tidak berhenti pada kepergian Abdul Fattah saja. Tragedi ambruknya asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, juga merenggut nyawa Mochammad Mashudulhaq (14), putra dari Martuki, yang juga berasal dari Kecamatan Jrengik, Kabupaten Sampang. Kehilangan dua santri sekaligus dari satu kecamatan yang sama, dalam satu insiden tragis, adalah pukulan ganda bagi Jrengik. Mashudulhaq, dengan usianya yang masih sangat muda, baru saja merajut impian dan cita-cita di pesantren. Sosoknya yang ceria dan penuh semangat kini hanya tinggal kenangan. Keluarga Mashudulhaq pun merasakan kepedihan yang sama, sebuah kesedihan yang tak terlukiskan atas kepergian putra tercinta mereka. Proses pemulangan dan pemakaman Mashudulhaq pun berlangsung dengan iringan duka yang tak kalah mendalam, menegaskan bahwa Sampang benar-benar kehilangan dua permata mudanya.
Tragedi ini menjadi pengingat pahit akan risiko yang mungkin mengintai di balik bangunan-bangunan yang seharusnya menjadi tempat aman untuk menuntut ilmu. Namun, di tengah kepedihan ini, solidaritas dan kekuatan komunitas di Sampang bersinar terang. Kehadiran berbagai pihak, mulai dari BPBD, Forkopimcam, hingga tetangga dan sahabat, menunjukkan bahwa tidak ada keluarga yang sendirian dalam menghadapi duka. Kedua santri muda ini mungkin telah berpulang, namun semangat mereka dalam menuntut ilmu dan kebaikan yang mereka tebarkan akan selalu dikenang. Semoga Abdul Fattah dan Mochammad Mashudulhaq mendapatkan tempat terbaik di sisi Tuhan, dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan serta keikhlasan untuk melanjutkan hidup.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id