HUT Kemerdekaan RI Ke-80, Bupati Bojonegoro Setyo Wahono Ikuti Pidato Kenegaraan Presiden RI Prabowo Subianto

BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN) – Bupati Bojonegoro, Setyo Wahono bersama seluruh Kepala OPD mengikuti Rapat Paripurna Istimewa, Mendengarkan Pidato Kenegaraan Presiden RI, Prabowo Subianto.
Pidato Kenegaraan digelar di Gedung Nusantara, membahas kilas balik para pemimpin hingga berbagai isu dan kemajuan Indonesia dari berbagai seKtor, Jakarta, Jumat (15/8/2025)
Kegiatan ini dalam rangka HUT Ke-80 Kemerdekaan RI. Bupati Bojonegoro beserta jajaran Forkopimda, dan tamu undangan lainnya mengikuti agenda tersebut di ruang rapat paripurna gedung DPRD Kabupaten Bojonegoro yang dipimpin oleh Ketua DPRD Bojonegoro, Abdulloh Umar pada pukul 08.57 WIB sebelum Rapat Paripurna di Gedung Nusantara dimulai tepat pukul 09.00 WIB.
Agenda diawali dengan upacara pembukaan, mengheningkan cipta, pidato pengantar Ketua MPR RI Ahmad Muzani dan Ketua DPR RI Puan Maharani, serta penayangan video capaian kepemimpinan Presiden.
Dalam penyampaian laporan kinerja lembaga dan pidato kenegaraan Presiden dalam rangka HUT ke-80 RI, Presiden Prabowo Subianto memaparkan Pada tanggal 17 Agustus 2025, 80 tahun sudah para pendiri bangsa Indonesia mendeklarasikan kemerdekaan Indonesia.
Tanggal 17 Agustus 1945 adalah momen penting dalam perjuangan panjang bangsa ini untuk berdiri di atas kaki sendiri. Setelah deklarasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945, bangsa berperang. Selama lima tahun berperang merebut kemerdekaan dengan senjata dan dengan diplomasi, dengan semua kekuatan bersama hingga kedaulatan benar-benar dapat direbut dan diakui pada tahun 1949.
“Sejak itu, para pendahulu saya, Presiden Republik Indonesia pertama hingga presiden Republik Indonesia yang ketujuh bekerja keras membangun bangsa Indonesia, bekerja keras untuk mewujudkan bangsa yang adil dan makmur,” ujar Presiden RI Prabowo Subianto.
Presiden Soekarno telah memimpin perjuangan pembentukan Negara kesatuan Republik Indonesia dan berhasil mempertahankan keutuhan wilayah Republik Indonesia di tengah berbagai intervensi dan infasi dari negara-negara asing.
Presiden Soekarno juga berhasil mengintegrasikan Irian Barat ke dalam NKRI. Presiden Soeharto melaksanakan pembangunan ekonomi yang merata dari Sabang sampai Merauke, berhasil mewujudkan swasembada pangan dan meletakkan dasar-dasar industrialisasi ekonomi dan menurunkan kemiskinan ekstrem.
Presiden Habibie mengenalkan kita ke arah teknologi tinggi, mampu menjaga stabilitas ekonomi di tengah krisis multidimensi tahun 1998.
Presiden Abdurrahman Wahid menjaga stabilitas bangsa, berhasil memperkokoh kerukunan antara suku agama dan ras sehingga jati diri bangsa Indonesia sebagai bangsa majemuk dalam keharmonisan terbentuk secara kuat dan kokoh.
Presiden Megawati menyelesaikan proses pemulihan ekonomi akibat krisis ekonomi dan moneter yang berkepanjangan, menyelesaikan ribuan kasus perusahaan-perusahaan yang collapse akibat krisis moneter 1998, dan melaksanakan pemilihan umum secara langsung untuk pertama kalinya, serta memperkuat lembaga-lembaga negara.
Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengatasi kerawanan ekonomi karena krisis keuangan dunia 2008, berhasil menyelesaikan konflik Aceh dan meletakkan dasar yang kuat untuk pembangunan ekonomi yang adil, merata, dan terencana.
Presiden Joko Widodo membangun berbagai infrastruktur penting, meningkatkan konektivitas antara sentra-sentra ekonomi, memimpin kita di saat yang kritis yaitu pandemi sehingga Indonesia termasuk salah satu negara yang paling cepat pulih dari dampak pandemi, keluar dari kesulitan ekonomi dan juga beliau merintis pembangunan Ibu Kota Nusantara (IKN) dan meletakkan dasar strategi organisasi sumber daya alam Indonesia.
Seluruh presiden pendahulunya, bersama pemerintah yang mereka pimpin berupaya mewujudkan Indonesia yang lebih dekat dengan cita-cita kemerdekaan, yaitu negara yang merdeka berdaulat adil dan makmur, negara yang sesuai dengan cita-cita pembentukan negara yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945, yaitu negara yang melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan perdamaian abadi dan keadilan sosial.
“Saudara-saudara sekalian yang saya hormati, tujuan kita merdeka adalah untuk merdeka dari kemiskinan, untuk merdeka dari kelaparan, merdeka dari penderitaan. Negara kita harus bisa berdiri di atas kaki kita sendiri. Negara kita harus berdaulat secara ekonomi dan mampu memenuhi kebutuhan pangan kita sendiri,” tandasnya.
Lebih lanjut, hari ini, 299 hari yang lalu, Presiden RI Prabowo berdiri di sini dan diambil sumpah oleh MPR di hadapan wakil-waki Rakyat Indonesia, di hadapan rakyat Indonesia dan terutama di hadapan Tuhan yang maha kuasa, bersama Wakil Presiden Gibran Rakabuming Raka. Dan di hari yang nikmat ini, Prabowo kembali berdiri di depan wakil-wakil rakyat untuk menyampaikan laporan kerja pemerintahan yang dipimpin dan lembaga-lembaga negara.
Pertama, Prabowo menyampaikan bahwa transisi kepemimpinan nasional dari Presiden Joko Widodo ke pemerintahan yang ia pimpin berjalan dalam semangat persatuan, penuh kehormatan dan kedewasaan politik. Peralihan kepemimpinan yang diakui dunia sebagai peralihan yang lancar dan sangat baik adalah bukti demokrasi matang dan kuat.
Tidak semua negara mampu melaksanakan transisi kepemimpinan dengan baik dan lancar seperti Indonesia. Di mana-mana, ketika Prabowo berada di luar negeri, banyak pemimpin negara sahabat bertanya kepadanya ‘How you do it, how did Indonesia managed it?’ Indonesia,
Ia sampaikan berhasil karena menganut demokrasi yang khas Indonesia. Demokrasi yang sejuk demokrasi yang mempersatukan, bukan demokrasi yang saling menjatuhkan, saling makin memaki, saling menghujat. Bukan demokrasi yang saling membenci.
“Inilah yang harus kita pegang teguh. Demokrasi warisan nenek moyang kita adalah demokrasi yang sesuai dengan budaya kita, budaya kekeluargaan, budaya gotong royong. budaya mikul duwur mendem jero, budaya saling mengisi, budaya saling mendukung, budaya tepo seliro, budaya yang menahan diri, budaya yang iso rumongso bukan rumongso iso.
Kita paham dan mengerti bahwa dalam suatu negara modern perlu ada pengawasan, perlu ada transparansi dalam menjalankan kekuasaan,” katanya dalam pidato.
Selengkapnya dapat disaksikan melalui Kanal Youtube Sekretariat Presiden. Pembahasan meliputi pemberantasan korupsi, kemajuan penyerapan tenaga kerja. Juga keberhasilan MBG, peningkatan harga beli gabah, mengatasi kemiskinan ekstrem, terkait Sekolah Rakyat, hingga Danantara, isu tambang ilegal dan sektor lainnya.
**(Red)