Inovasi Dosen Unitomo-Untag: Batik Tanjungbumi Bangkalan Naik Kelas Lewat Teknologi Digital dan Tren Fashion

Surabaya – Sebuah kolaborasi strategis dan pendampingan intensif telah dijalankan oleh tim dosen dari Universitas Dr. Soetomo (Unitomo) dan Universitas 17 Agustus 1945 (Untag) Surabaya, menandai sebuah era baru bagi keberlangsungan dan daya saing batik tulis di Kecamatan Tanjungbumi, Bangkalan, Madura. Program inovatif ini dirancang khusus untuk mengintegrasikan teknologi modern dan adaptasi tren mode terkini, sebuah langkah krusial untuk memastikan batik khas Madura ini tidak hanya bertahan, tetapi juga mampu bersaing secara signifikan di pasar nasional, bahkan berpotensi menembus kancah internasional.
Pendampingan komprehensif ini, yang berlangsung dari tanggal 9 Juni hingga 19 September 2025, merupakan bagian integral dari Program Pemberdayaan Masyarakat Usaha Produk Unggulan Daerah (PM-UPUD) yang mendapatkan dukungan pendanaan substansial dari Direktorat Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat (DPPM) Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendiktisaintek). Inisiatif ini secara spesifik menargetkan dua sentra batik tulis terkemuka di wilayah tersebut, yaitu UD Zulpah Batik Madura dan CV Naraya Batik, yang keduanya merupakan pilar ekonomi kreatif lokal. Melalui pendekatan yang holistik, tim dosen berupaya mentransformasi tantangan menjadi peluang, mengangkat harkat pengrajin, dan memperkuat identitas budaya lokal.
Ketua Tim PM-UPUD Unitomo, Dr. Dra. Ully R. Tampubolon, MM, dalam penjelasannya mengemukakan bahwa meskipun Batik Tulis Tanjungbumi memiliki keunikan dan kekhasan yang tak terbantahkan, terutama pada varian batik gentongan yang proses pembuatannya dapat memakan waktu antara satu hingga tiga tahun, sentra ini dihadapkan pada persaingan yang amat ketat. Tantangan utama datang dari sentra batik lain seperti Yogyakarta dan Pekalongan, yang dikenal lebih adaptif terhadap dinamika mode modern dan memiliki infrastruktur pemasaran yang lebih maju. Keunikan batik gentongan, dengan proses perendaman malam yang berulang-ulang dalam gentong tanah liat dan penggunaan pewarna alami, memang menghasilkan warna yang kaya dan tahan lama, serta motif yang mendalam. Namun, keindahan ini datang dengan proses yang sangat panjang dan intensif, yang seringkali menjadi hambatan dalam memenuhi permintaan pasar yang cepat dan bervariasi.
Dalam menghadapi dilema antara mempertahankan tradisi dan beradaptasi dengan modernitas, tim dosen Unitomo-Untag tidak memilih salah satu, melainkan merumuskan solusi yang mengintegrasikan keduanya. Strategi utama adalah menerapkan inovasi teknologi dan diversifikasi produk yang cerdas. Pada mitra pertama, UD Zulpah Batik Madura, tim fokus pada peningkatan kapasitas produksi dan kreasi mode melalui teknologi digital. "Kami telah melatih mitra menggunakan mesin jahit digital guna meningkatkan kualitas jahitan dan memungkinkan kreasi variasi model busana batik tulis fashion yang lebih modern dan diminati pasar," ujar Dr. Ully pada Sabtu (20/9/2025).
Penerapan mesin jahit digital ini bukan sekadar alat baru, melainkan sebuah revolusi kecil di tingkat pengrajin. Sebelumnya, proses penjahitan busana batik seringkali dilakukan secara manual atau dengan mesin jahit konvensional yang membatasi kompleksitas desain dan efisiensi produksi. Dengan mesin jahit digital, pengrajin Zulpah Batik kini mampu menciptakan pola jahitan yang lebih presisi, detail yang rumit, dan variasi model busana yang jauh lebih luas dengan waktu yang lebih singkat. Dampak positifnya langsung terlihat: pengrajin Zulpah Batik berhasil memproduksi setidaknya lima model baju fashion kontemporer yang sukses menarik minat pasar. Keberhasilan ini tidak hanya berhenti pada kreasi produk, tetapi juga mampu menembus pesanan baru, yang merupakan indikator kuat penerimaan pasar dan peningkatan daya saing. Dr. Ully menekankan bahwa diversifikasi produk adalah kunci vital agar batik Tanjungbumi tidak hanya mengandalkan pesona tradisi semata, tetapi juga mampu bergerak seiring dengan tren mode kekinian yang terus berkembang, menjangkau segmen pasar yang lebih luas, terutama generasi muda.
Sementara itu, pendampingan untuk CV Naraya Batik difokuskan pada aspek fundamental lainnya: peningkatan kualitas proses produksi inti dan perlindungan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk motif-motif khas mereka. Tim dosen memberikan bantuan berupa satu unit bak pelorot tembaga. Alat ini terbukti sangat efektif dalam proses pelorotan malam (penghilangan lilin batik) karena mampu melarutkan malam hingga 99 persen tanpa merusak serat kain. Proses pelorotan malam secara tradisional seringkali meninggalkan residu atau bahkan merusak kain jika tidak dilakukan dengan hati-hati, yang pada akhirnya mengurangi kualitas akhir produk. Dengan bak pelorot tembaga, kualitas kain setelah proses pelorotan menjadi jauh lebih bersih, halus, dan siap untuk tahap selanjutnya, secara signifikan meningkatkan standar mutu produk akhir.
Selain perbaikan pada alat produksi, Naraya Batik juga mendapatkan pelatihan dan pendampingan praktis dalam pengurusan Hak Atas Kekayaan Intelektual (HAKI) untuk motif-motif batik mereka. Ini adalah langkah strategis yang krusial. Motif batik Tanjungbumi, dengan segala keunikan dan filosofi di baliknya, adalah warisan budaya yang tak ternilai harganya. Tanpa perlindungan HAKI, motif-motif ini rentan terhadap plagiarisme dan eksploitasi pihak lain, yang tidak hanya merugikan pengrajin secara finansial tetapi juga mengikis identitas budaya. "Melalui pelatihan, pendampingan, dan praktik pengurusan HAKI, kami berharap Naraya Batik semakin percaya diri dalam melindungi motif khasnya sekaligus meningkatkan nilai jual produk mereka di pasar. HAKI memberikan legitimasi hukum dan pengakuan atas inovasi serta tradisi yang mereka kembangkan," jelas anggota tim pelaksana, Prof. Dr. Syahrul Borman, SH, MH. Perlindungan HAKI ini menjadi fondasi bagi pembangunan merek yang kuat dan berkelanjutan, memungkinkan Naraya Batik untuk berinovasi tanpa khawatir kehilangan kepemilikan atas kreasi mereka.
Tidak hanya berfokus pada produksi dan legalitas, aspek pemasaran juga menjadi perhatian utama dalam program pendampingan ini. Di era digital, visibilitas adalah segalanya. Oleh karena itu, Zulpah Batik diberikan pendampingan intensif dalam pembuatan konten kreatif untuk platform media sosial populer seperti Instagram dan YouTube. Tujuannya adalah untuk memperluas jangkauan promosi, menargetkan minat generasi muda yang sangat aktif di platform-platform ini, dan membangun citra merek yang modern dan menarik. Konten kreatif yang diajarkan mencakup fotografi produk berkualitas tinggi, video proses pembuatan batik (behind-the-scenes), narasi cerita di balik setiap motif, serta tips padu padan busana batik dalam gaya hidup sehari-hari. Pendekatan ini diharapkan dapat menjadikan batik tidak hanya sebagai produk warisan budaya, tetapi juga sebagai bagian dari gaya hidup kontemporer yang fashionable dan relevan.
Dengan mengintegrasikan inovasi teknologi dalam produksi, meningkatkan kualitas produk secara signifikan, melindungi aset intelektual melalui HAKI, dan memperkuat strategi pemasaran digital, program ini diharapkan dapat menciptakan dampak transformatif bagi Batik Tulis Tanjungbumi. Lebih dari sekadar bertahan dari persaingan pasar yang ketat, program ini bertujuan untuk mendorong Batik Tulis Tanjungbumi agar berkembang pesat, menjadi produk unggulan daerah yang tidak hanya kompetitif di pasar nasional tetapi juga memiliki potensi besar untuk menembus pasar internasional. Ini adalah langkah menuju keberlanjutan ekonomi bagi para pengrajin, pelestarian warisan budaya bangsa, dan peningkatan kesejahteraan masyarakat di Bangkalan, Madura. Kolaborasi antara akademisi, pemerintah, dan komunitas pengrajin ini menjadi model yang inspiratif untuk pengembangan industri kreatif berbasis kearifan lokal di Indonesia.
rakyatindependen.id