Inovasi Keren! Siswa SMK Malang Bikin Tower Crane Mobile 16 Meter, Dipakai Bangun Sekolah Sendiri

Surabaya (rakyatindependen.id) – Sebuah terobosan gemilang lahir dari tangan-tangan terampil siswa-siswi Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) di Jawa Timur, membuktikan bahwa pendidikan vokasi adalah garda terdepan dalam mencetak inovator dan problem solver masa depan. Sebanyak 20 murid dari SMK NU Miftahul Huda Kepanjen, Kabupaten Malang, berhasil merancang, merekayasa, dan membangun sendiri sebuah Tower Crane Mobile setinggi 16 meter yang fungsional dan siap pakai. Lebih membanggakan lagi, karya inovatif ini tidak hanya berhenti sebagai prototipe, melainkan langsung dimanfaatkan secara nyata untuk mempercepat dan menekan biaya pembangunan lantai dua gedung sekolah mereka sendiri, mengubah area konstruksi menjadi laboratorium praktik raksasa.
Proyek ambisius ini merupakan hasil kolaborasi lintas jurusan yang melibatkan siswa kelas 11 dan 12 dari tiga program keahlian utama: Teknik Pengelasan, Teknik Kelistrikan, dan Teknik Alat Berat. Selama empat bulan penuh, para siswa, didampingi oleh guru-guru pembimbing yang berpengalaman, mencurahkan waktu, tenaga, dan pikiran mereka untuk mewujudkan ide menjadi kenyataan. Proses pengerjaan tidak hanya sekadar mengikuti instruksi, melainkan melibatkan riset mendalam, perhitungan teknis yang cermat, pemilihan material yang tepat, serta penyelesaian masalah di lapangan secara real-time. Tower Crane Mobile ini dirancang dengan sistem kontrol yang fleksibel dan intuitif, menjadikannya efisien tidak hanya untuk simulasi konstruksi di lingkungan pendidikan, tetapi juga untuk menjawab tantangan dan kebutuhan industri modern yang serba cepat dan presisi.
Kepala Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur, Aries Agung Paewai, tak henti-hentinya memuji terobosan luar biasa ini. Dalam pernyataannya, ia menyebut karya siswa SMK NU Miftahul Huda sebagai bukti nyata potensi besar anak-anak SMK dalam bidang teknologi terapan dan rekayasa. "Tower Crane Mobile ini bukti bahwa anak-anak SMK di Jawa Timur bukan hanya siap kerja, tapi juga melahirkan problem solver dan inovator yang berkontribusi bagi pembangunan daerah. Inovasi seperti ini wajib kita dukung dan kembangkan," ujar Aries dengan penuh semangat pada Rabu (15/10/2025). Ia menambahkan bahwa proyek ini selaras dengan visi pemerintah provinsi untuk menjadikan Jawa Timur sebagai pusat pendidikan vokasi yang menghasilkan lulusan berkualitas, kompeten, dan berdaya saing global.
Gagasan untuk membangun Tower Crane Mobile ini bermula dari kebutuhan mendesak sekolah untuk menambah fasilitas gedung. Pembangunan lantai dua memerlukan alat angkut material yang efisien, namun menyewa alat berat dari pihak luar membutuhkan biaya yang tidak sedikit dan seringkali terhambat masalah jadwal. Dari sinilah muncul ide brilian: mengapa tidak membangunnya sendiri? Ini akan menjadi solusi praktis sekaligus proyek pembelajaran yang tak ternilai harganya bagi para siswa. Tantangan ini diterima dengan antusias oleh para siswa dan guru. Proses diawali dengan tahap perancangan konsep. Siswa-siswa jurusan Alat Berat bertugas menentukan spesifikasi teknis seperti kapasitas angkat, jangkauan, dan sistem hidrolik. Sementara itu, siswa Kelistrikan fokus pada sistem kontrol, pengkabelan, dan fitur keamanan elektrik. Bagian vital struktur baja diserahkan kepada siswa Pengelasan, yang bertanggung jawab atas kekuatan dan stabilitas rangka crane.
Setiap minggunya, tim gabungan ini melakukan pertemuan rutin untuk mempresentasikan kemajuan, membahas kendala, dan mencari solusi bersama. Sketsa awal diubah menjadi gambar teknik detail menggunakan perangkat lunak desain berbantuan komputer (CAD). Setelah desain final disetujui, tahap fabrikasi dimulai. Siswa pengelasan bekerja keras memotong, membentuk, dan menyambungkan plat-plat baja dengan presisi tinggi, memastikan setiap sambungan las kuat dan sesuai standar keamanan. Mereka belajar tentang berbagai teknik pengelasan, pemilihan elektroda, dan pengujian kualitas las. Di sisi lain, siswa kelistrikan merangkai panel kontrol, memasang sensor beban, limit switch, dan sistem pengereman elektrik. Mereka juga bertanggung jawab atas instalasi motor penggerak dan sistem pencahayaan pada crane. Sementara itu, siswa alat berat mengintegrasikan sistem hidrolik, roda penggerak, dan mekanisme pengangkatan, memastikan semua komponen bergerak dengan lancar dan aman.
Salah satu tantangan terbesar adalah memastikan stabilitas dan keamanan Tower Crane Mobile. Dengan tinggi mencapai 16 meter, faktor keseimbangan menjadi krusial, terutama saat mengangkat beban berat. Para siswa menerapkan prinsip-prinsip fisika dan rekayasa struktur untuk mendesain pondasi bergerak dan sistem penopang (outrigger) yang kokoh. Mereka juga memasang sensor beban berlebih dan sistem pengereman darurat untuk mencegah kecelakaan. Setiap komponen diuji coba secara berkala sebelum diintegrasikan ke dalam sistem keseluruhan. Proses ini tidak hanya mengasah keterampilan teknis, tetapi juga menumbuhkan rasa tanggung jawab, ketelitian, dan pemahaman mendalam tentang standar keselamatan kerja di industri konstruksi.
Penggunaan alat ini dalam pembangunan sekolah memberi pengalaman praktik nyata yang kontekstual bagi para murid. Mereka tidak hanya melihat blueprint di atas kertas, tetapi terlibat langsung sebagai operator dan teknisi lapangan. Mereka belajar bagaimana mengoperasikan crane dengan aman dan efisien, bagaimana melakukan perawatan rutin, dan bagaimana mendiagnosis serta memperbaiki masalah teknis yang mungkin timbul. Ini adalah bentuk pembelajaran berbasis proyek yang paling efektif, di mana teori yang didapat di kelas langsung diaplikasikan untuk memecahkan masalah nyata. Manfaatnya sangat besar, tidak hanya dalam penghematan biaya konstruksi yang diperkirakan mencapai puluhan juta rupiah, tetapi juga dalam mempersingkat waktu pengerjaan dan memberikan nilai tambah edukatif yang tak terhingga bagi para siswa. Mereka menjadi bagian dari solusi, bukan hanya penonton.
Pihak sekolah, melihat keberhasilan dan potensi besar dari Tower Crane Mobile ini, memiliki rencana jangka panjang yang ambisius. Setelah inovasi ini mendapat sertifikasi publik dari lembaga berwenang, yang memastikan alat tersebut memenuhi standar keamanan dan operasional, Tower Crane Mobile akan disewakan untuk proyek eksternal. Skema penyewaan ini akan bersifat edukatif, di mana siswa akan berperan sebagai operator dan teknisi magang. Hal ini akan memperkaya pengalaman kerja dan tanggung jawab siswa di lapangan, memberikan mereka kesempatan untuk berinteraksi langsung dengan klien, mengelola proyek, dan menghadapi tantangan di dunia kerja profesional. Pendapatan yang dihasilkan dari penyewaan ini tidak hanya akan digunakan untuk pemeliharaan alat dan pengembangan proyek-proyek inovatif lainnya di sekolah, tetapi juga dapat menjadi sumber dana untuk beasiswa bagi siswa berprestasi atau pengembangan fasilitas sekolah. Ini adalah model bisnis berkelanjutan yang menggabungkan pendidikan, inovasi, dan kemandirian finansial.
Aries Agung Paewai berharap karya siswa SMK NU Miftahul Huda ini menjadi inspirasi bagi sekolah vokasi lainnya di seluruh Indonesia untuk terus menciptakan ide dan inovasi yang bermanfaat dan dibutuhkan, baik oleh industri maupun masyarakat luas. Ia menekankan pentingnya kurikulum yang relevan, guru yang inovatif, dan dukungan penuh dari semua pihak untuk mewujudkan potensi maksimal siswa SMK. "Ini adalah contoh sempurna bagaimana pendidikan vokasi dapat menjadi motor penggerak pembangunan. Kita perlu lebih banyak lagi inovasi seperti ini, yang tidak hanya meningkatkan kompetensi siswa, tetapi juga memberikan dampak nyata bagi lingkungan sekitar," pungkasnya. Kisah Tower Crane Mobile dari Kepanjen ini adalah bukti nyata bahwa ketika kreativitas, kolaborasi, dan bimbingan yang tepat bersatu, tidak ada batasan untuk apa yang bisa dicapai oleh generasi muda Indonesia. Mereka bukan hanya calon pekerja, melainkan arsitek masa depan bangsa.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id