Jombang Berduka: Rumah Warga Ludes Dilalap Api Akibat Korsleting Listrik, Kerugian Material Fantastis

Minggu dini hari, 2 November 2025, menjadi saksi bisu musibah memilukan di Desa Nglele, Kecamatan Sumobito, Kabupaten Jombang. Sebuah rumah tinggal berukuran 10 x 12 meter milik Siti Atimah ludes dilalap si jago merah dalam insiden kebakaran hebat yang diduga dipicu oleh korsleting listrik. Peristiwa nahas yang terjadi sekitar pukul 00.01 WIB ini tidak hanya menyisakan puing-puing dan abu, tetapi juga meninggalkan duka mendalam serta kerugian material yang diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah.

Kisah pilu ini bermula saat keheningan malam di Desa Nglele terkoyak oleh teriakan panik. Sekitar pukul 00.01 WIB, seorang warga bernama Pak Mardi, yang rumahnya tak jauh dari kediaman Siti Atimah, pertama kali menyadari adanya kejanggalan. Matanya menangkap gumpalan asap tebal yang membumbung tinggi dari bagian atap rumah Siti Atimah. Awalnya samar, namun tak butuh waktu lama bagi asap itu untuk menebal, disusul oleh kilatan cahaya oranye yang menandakan kobaran api telah menjalar. Bau hangus yang menyengat segera menyeruak, mengindikasikan bahwa bahaya yang lebih besar sedang mengancam.

Dengan napas terengah-engah dan jantung berdebar kencang, Pak Mardi bergegas keluar dan berteriak meminta pertolongan, memecah kesunyian dini hari. Teriakan tersebut segera memancing warga lain untuk berdatangan, membawa ember, selang air seadanya, dan peralatan lain yang bisa mereka temukan. Semangat gotong royong membara, namun sayangnya, upaya heroik mereka tak sebanding dengan keganasan api yang sudah terlanjur membesar.

Kobaran api yang begitu cepat membesar, ditambah dengan embusan angin malam yang cukup kencang yang bertiup dari arah timur, membuat upaya pemadaman manual menjadi sia-sia. Lidah-lidah api melesat dengan cepat, melahap material rumah yang sebagian besar terbuat dari kayu, bambu, dan bahan mudah terbakar lainnya. Dalam hitungan menit, seluruh bagian atap dan dinding rumah sudah dikuasai api, menciptakan pemandangan mengerikan yang membuat warga hanya bisa menyaksikan dengan pasrah, khawatir api akan merembet ke rumah-rumah tetangga yang jaraknya cukup berdekatan. Suara genting yang pecah dan material kayu yang runtuh menambah dramatis suasana mencekam tersebut.

Menyadari bahwa situasi sudah di luar kendali dan membahayakan keselamatan, salah satu warga sigap menghubungi Pos Damkar Jombang. Laporan darurat diterima oleh Pos Damkar Mojoagung pada pukul 00.19 WIB. Tanpa menunda waktu, satu unit fire supply truck dan satu unit fire pumper truck segera diberangkatkan menuju lokasi kejadian di Desa Nglele. Respons cepat ini menunjukkan kesigapan tim pemadam kebakaran dalam menghadapi situasi darurat.

Suara sirene yang memekakkan telinga memecah keheningan malam, menjadi penanda datangnya harapan bagi warga yang putus asa. Begitu tiba di lokasi, tim pemadam kebakaran yang terlatih di bawah koordinasi Rizal Fajarianto, Anggota Pos Damkar Mojoagung, langsung bergerak cepat. Mereka segera mengidentifikasi titik-titik api utama dan menyusun strategi pemadaman. Selang-selang air bertekanan tinggi segera diaktifkan, menyemprotkan jutaan liter air ke pusat kobaran api. Fokus utama adalah mengisolasi api agar tidak merambat ke bangunan lain, sekaligus memadamkan sumber api di dalam rumah.

Rizal Fajarianto menjelaskan bahwa proses pemadaman bukanlah tugas yang mudah. "Proses pemadaman dan pembasahan berlangsung hingga dua jam," ujarnya. Tim bekerja tanpa henti, dengan peralatan lengkap dan keahlian yang mumpuni, memastikan setiap sudut yang terbakar benar-benar padam dan tidak ada bara api yang dapat menyulut kembali. "Rumah tersebut terdiri dari ruang tamu, ruang tengah, dan kamar tidur. Rumah beserta isinya ludes terbakar," imbuhnya dengan nada prihatin. Dokumen penting, perabotan rumah tangga seperti sofa, lemari, televisi, pakaian, hingga kenangan yang tersimpan di dalam rumah itu, semuanya musnah menjadi abu. Kondisi rumah pascakebakaran hanya menyisakan kerangka dinding yang hangus dan puing-puing berserakan, sebuah pemandangan yang menyayat hati.

Meskipun api berhasil dipadamkan sepenuhnya pada sekitar pukul 02.00 WIB, kerugian material yang ditimbulkan sangatlah besar. Pihak berwenang, termasuk kepolisian sektor Sumobito yang juga turut hadir di lokasi untuk mengamankan area dan memulai penyelidikan awal, menduga kuat bahwa penyebab kebakaran ini adalah korsleting listrik. Korsleting listrik seringkali menjadi pemicu utama kebakaran rumah tangga, terutama pada instalasi listrik yang sudah tua, tidak terawat, atau penggunaan perangkat elektronik yang berlebihan tanpa pengaman yang memadai. Faktor-faktor seperti kabel yang terkelupas, sambungan yang longgar, atau bahkan lonjakan daya listrik dapat memicu percikan api yang dengan cepat berubah menjadi kobaran besar jika mengenai material yang mudah terbakar.

Penyelidikan lebih lanjut masih akan dilakukan untuk memastikan penyebab pastinya. Tim Inafis dari Polres Jombang dijadwalkan akan melakukan olah TKP (Tempat Kejadian Perkara) dalam waktu dekat untuk mengumpulkan bukti-bukti forensik. Pemeriksaan akan mencakup kondisi instalasi listrik yang tersisa, sisa-sisa perangkat elektronik yang hangus, dan keterangan dari saksi-saksi mata, termasuk pemilik rumah, Siti Atimah. Beruntungnya, Siti Atimah saat kejadian tidak berada di rumah sehingga terhindar dari bahaya fisik. Ketiadaan korban jiwa atau luka-luka adalah satu-satunya hal positif di tengah musibah ini, meskipun kerugian material tidak terhitung.

Bagi Siti Atimah, musibah ini tentu merupakan pukulan berat. Rumah yang menjadi tempat bernaung dan menyimpan segala kenangan hidupnya kini hanya tinggal puing. Seluruh harta benda, mulai dari perabotan, pakaian, hingga surat-surat berharga, tak ada yang bisa diselamatkan. Estimasi awal kerugian material diperkirakan mencapai ratusan juta rupiah, sebuah jumlah yang sangat besar bagi kebanyakan keluarga di pedesaan Jombang untuk bisa membangun kembali dari awal. Trauma psikologis akibat kehilangan tempat tinggal dan seluruh isi rumah juga menjadi beban yang tak kalah beratnya.

Namun, di tengah duka yang mendalam, semangat kebersamaan dan gotong royong warga Desa Nglele patut diacungi jempol. Sejak api masih berkobar hingga proses pendinginan selesai, warga terus berdatangan memberikan dukungan moral dan bantuan seadanya. Tetangga menawarkan tempat tinggal sementara, sementara yang lain mulai mengumpulkan donasi kecil-kecilan untuk membantu Siti Atimah memulai kembali hidupnya dari nol. Beberapa pemuda bahkan secara sukarela membantu membersihkan puing-puing sisa kebakaran, menunjukkan solidaritas yang kuat di antara komunitas.

Kepala Desa Nglele, Bapak Sudirman, menyampaikan rasa prihatinnya atas musibah ini. "Kami sangat prihatin dengan musibah yang menimpa Ibu Siti Atimah. Ini adalah cobaan yang berat bagi beliau dan keluarga. Kami akan berupaya semaksimal mungkin untuk membantu beliau melalui berbagai jalur, baik dari pemerintah desa dengan menggalang bantuan awal, maupun mengajak partisipasi masyarakat luas. Kami yakin Ibu Siti Atimah tidak sendiri, seluruh warga desa akan bahu-membahu membantunya bangkit kembali," ujarnya dengan nada penuh empati, menggarisbawahi pentingnya dukungan komunitas dalam menghadapi bencana.

Insiden kebakaran ini juga menjadi pengingat penting bagi seluruh masyarakat akan bahaya laten korsleting listrik dan pentingnya kewaspadaan dini. Petugas Damkar Rizal Fajarianto, dalam kesempatan terpisah, mengimbau agar masyarakat lebih proaktif dalam menjaga keamanan instalasi listrik di rumah masing-masing. "Pastikan instalasi listrik Anda diperiksa secara berkala oleh tenaga ahli yang bersertifikat. Hindari penggunaan steker atau colokan yang bertumpuk-tumpuk, jangan biarkan kabel terkelupas atau terinjak, dan segera ganti jika ada peralatan listrik yang rusak atau mengeluarkan bau gosong," pesannya. Ia juga menekankan pentingnya tidak membiarkan peralatan elektronik menyala tanpa pengawasan, terutama saat hendak meninggalkan rumah atau tidur.

Selain itu, penting juga untuk memiliki alat pemadam api ringan (APAR) di rumah, serta mengetahui nomor darurat pemadam kebakaran setempat. "Satu menit pertama dalam kebakaran adalah yang paling krusial. Jika api masih kecil, APAR bisa sangat membantu untuk mengendalikan situasi. Namun, jika api sudah membesar dan tidak bisa dikendalikan, jangan ragu untuk segera menghubungi kami di nomor darurat 113 atau kantor Damkar terdekat. Prioritaskan keselamatan diri dan keluarga," tambah Rizal, menekankan pentingnya respons cepat dan pengambilan keputusan yang tepat saat menghadapi kebakaran. Edukasi mengenai bahaya kebakaran dan cara penanganannya perlu terus digalakkan, terutama di daerah-daerah padat penduduk atau rumah-rumah dengan struktur bangunan yang rentan terhadap api, untuk meminimalkan risiko dan kerugian di masa mendatang.

Kini, setelah kobaran api padam, yang tersisa hanyalah reruntuhan dan kenangan yang menghanguskan. Namun, semangat gotong royong dan kepedulian masyarakat Jombang diharapkan mampu menjadi pilar kekuatan bagi Siti Atimah untuk bangkit kembali. Pihak kepolisian masih terus mendalami kasus ini, sementara bantuan dan dukungan terus mengalir, menandakan bahwa di balik musibah, selalu ada harapan dan solidaritas yang tak pernah padam.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Exit mobile version