Jombang Dilanda Amuk Api Dahsyat: Gudang Jagung Ludes Dilalap Jago Merah, Kelalaian Pembakaran Sisa Bonggol Diduga Pemicu Bencana

Jombang, sebuah kabupaten yang dikenal dengan kekayaan pertaniannya, kembali diuji dengan sebuah insiden kebakaran hebat yang melanda gudang penyimpanan jagung. Peristiwa tragis ini terjadi pada Kamis, 16 Oktober 2025, siang bolong, di Dusun Pedes, Desa Sukorejo, Kecamatan Perak, Kabupaten Jombang. Kobaran api yang membumbung tinggi dan asap tebal yang mengepul ke angkasa menjadi saksi bisu amuk si jago merah yang meluluhlantakkan sebuah gudang berukuran 4 x 6 meter persegi, menghanguskan isinya dan menyisakan kerugian yang ditaksir tidak sedikit. Insiden ini tidak hanya menyisakan puing-puing, tetapi juga menjadi peringatan keras akan bahaya kelalaian dalam pengelolaan sisa-sisa pertanian yang mudah terbakar.
Desa Sukorejo, dengan karakteristik pedesaan yang kental, sebagian besar masyarakatnya menggantungkan hidup pada sektor pertanian. Jagung adalah salah satu komoditas utama yang banyak dibudidayakan di daerah ini. Gudang penyimpanan jagung, seperti yang terbakar ini, merupakan fasilitas vital bagi para petani atau pengumpul untuk menyimpan hasil panen mereka sebelum didistribusikan atau diolah lebih lanjut. Meskipun berukuran relatif kecil, gudang tersebut diperkirakan menyimpan tumpukan jagung kering yang padat, menjadikannya bom waktu yang siap meledak jika terpapar api. Kondisi jagung yang kering, ditambah dengan struktur bangunan yang mungkin terbuat dari material mudah terbakar, menciptakan lingkungan yang sangat rentan terhadap kebakaran.
Menurut penjelasan Komandan Damkar Jombang, Syamsul Bahri, investigasi awal mengarah pada satu dugaan kuat: kebakaran berawal dari pembakaran sisa bonggol jagung yang tidak terkendali. "Kobaran api berasal dari gudang jagung, diduga munculnya api saat pembakaran sisa bonggol jagung hingga tidak terkendali," terang Syamsul Bahri. Praktik pembakaran sisa-sisa pertanian, seperti bonggol jagung, daun kering, atau jerami, memang lazim dilakukan oleh petani untuk membersihkan lahan atau mengurangi volume sampah. Namun, tanpa pengawasan ketat dan antisipasi yang memadai, praktik ini bisa menjadi bumerang yang memicu bencana. Angin kencang, cuaca kering, atau percikan api yang melompat ke material mudah terbakar di sekitarnya adalah faktor-faktor yang seringkali membuat api sulit dikendalikan. Dalam kasus ini, diduga kuat bahwa percikan api dari pembakaran bonggol jagung di area dekat gudang, entah karena tertiup angin atau kurangnya jarak aman, berhasil mencapai tumpukan jagung kering di dalam gudang, memicu reaksi berantai yang tak terhindarkan.
Pukul 11.50 WIB menjadi titik awal bencana ini. Beberapa warga Dusun Pedes adalah orang-orang pertama yang menyadari adanya kepulan asap dan kemudian kobaran api yang mulai terlihat dari dalam gudang jagung. Saksi mata menceritakan, awalnya asap yang muncul tidak terlalu tebal, namun tak lama kemudian, api mulai membesar dengan cepat, menjalar ke seluruh bagian gudang. Kepanikan segera menyelimuti warga sekitar. Tanpa pikir panjang, beberapa warga dengan sigap berusaha memadamkan api menggunakan alat seadanya. Ember berisi air, karung basah, bahkan pasir, dikerahkan dalam upaya putus asa untuk menghentikan laju api. Namun, usaha heroik mereka pada pukul 12.00 WIB itu ternyata sia-sia. Api yang sudah terlalu besar dan menjalar dengan cepat, ditambah dengan sifat mudah terbakar dari jagung kering, membuat api tak kunjung padam. "Warga berusaha mencoba memadamkan api dengan alat seadanya, tapi api tidak kunjung padam dan api semakin menjalar dan membesar," tambah Syamsul Bahri, menggambarkan betapa dahsyatnya kobaran api tersebut.
Melihat kondisi yang semakin mengkhawatirkan dan api yang terus membesar, salah seorang karyawan pabrik yang lokasinya tidak jauh dari tempat kejadian segera mengambil inisiatif. Dengan rasa panik namun tetap sigap, ia segera menghubungi Pos Pemadam Kebakaran (Damkar) Kabupaten Jombang. Laporan darurat ini menjadi kunci penanganan lebih lanjut, mengingat sumber daya dan keahlian yang dimiliki warga terbatas. Tim Damkar Jombang, yang dikenal dengan respons cepat dan profesionalismenya, segera merespons panggilan tersebut.
Tak butuh waktu lama, sekitar pukul 12.15 WIB, satu unit fire pumper truck (truk pemadam) dan satu unit supply truck (truk penyulplai air) diberangkatkan dari markas menuju lokasi kejadian. Sirine yang meraung-raung memecah kesunyian siang itu, menandakan adanya situasi darurat. Para petugas Damkar, dengan perlengkapan lengkap dan mental baja, melaju cepat menembus lalu lintas, berpacu dengan waktu untuk mencapai Dusun Pedes. Perjalanan menuju lokasi kebakaran di daerah pedesaan seringkali tidak mudah, namun semangat untuk menyelamatkan aset dan mencegah kerugian yang lebih besar menjadi pendorong utama.
Tepat pukul 12.35 WIB, tim Damkar akhirnya tiba di lokasi kebakaran. Pemandangan mengerikan langsung tersaji di depan mata mereka: gudang jagung yang telah dilalap api sepenuhnya, kepulan asap hitam pekat membumbung tinggi, dan panas yang menyengat. Tanpa membuang waktu, para petugas segera menyusun strategi pemadaman. Selang-selang air segera digelar, dan semburan air bertekanan tinggi mulai diarahkan ke titik-titik api. Proses pemadaman ini bukan pekerjaan mudah. Jagung kering yang terbakar seringkali menyisakan bara api di bagian dalam tumpukan, yang bisa kembali menyala jika tidak dipadamkan secara tuntas. Oleh karena itu, tim Damkar tidak hanya melakukan pemadaman, tetapi juga pembasahan menyeluruh di area kebakaran untuk memastikan tidak ada lagi titik api yang berpotensi menyala kembali. Asap tebal dan panas yang menyengat menjadi tantangan tersendiri bagi petugas yang berjibaku di garis depan.
Hampir dua jam lamanya tim Damkar berjuang keras melawan amuk api. Keringat bercucuran, namun semangat mereka tak pernah padam. Ketekunan dan keahlian mereka akhirnya membuahkan hasil. Pukul 13.50 WIB, api berhasil dipadamkan sepenuhnya. Asap tebal perlahan menipis, digantikan oleh uap air dari proses pembasahan. Gudang yang tadinya berdiri kokoh kini tinggal puing-puing hangus, dan sisa-sisa jagung yang terbakar berserakan. Setelah memastikan seluruh area aman dari potensi kebakaran lanjutan, seluruh proses penanganan kebakaran dinyatakan selesai dengan baik. Tim Damkar kemudian kembali ke markas, meninggalkan lokasi yang kini membutuhkan proses pemulihan.
Keberhasilan pemadaman api ini tidak lepas dari kerja sama dan koordinasi yang apik dari berbagai pihak. Selain tim Damkar yang menjadi ujung tombak penanganan, ada juga keterlibatan aktif dari pihak Kepolisian yang mengamankan lokasi dan memulai penyelidikan penyebab kebakaran. Personel Koramil turut serta memberikan dukungan logistik dan membantu mengatur kerumunan warga. Perangkat desa juga berperan penting dalam koordinasi dengan warga dan penyediaan informasi yang dibutuhkan. Tentu saja, peran serta warga sekitar yang awalnya mencoba memadamkan api dan kemudian membantu dalam upaya evakuasi serta penyediaan informasi, juga sangat berarti. Sinergi ini menunjukkan bahwa dalam menghadapi bencana, kolaborasi adalah kunci utama untuk mengatasi situasi darurat.
Kebakaran gudang jagung di Dusun Pedes, Desa Sukorejo, ini menjadi pengingat yang sangat penting akan kewaspadaan terhadap potensi bahaya kebakaran di lingkungan sekitar, terutama yang melibatkan bahan-bahan mudah terbakar seperti jagung dan sisa-sisa pertanian. Ada beberapa pelajaran berharga yang dapat dipetik dari insiden ini. Pertama, pentingnya pengelolaan sampah pertanian dengan cara yang aman dan terkontrol. Jika pembakaran memang harus dilakukan, pastikan ada jarak aman yang memadai dari bangunan atau material mudah terbakar lainnya, serta selalu ada pengawasan penuh dan alat pemadam sederhana siap sedia. Kedua, kesadaran masyarakat akan pentingnya sistem pelaporan kebakaran yang cepat dan akurat. Semakin cepat laporan diterima oleh pihak berwenang, semakin besar peluang api dapat dipadamkan sebelum menjalar lebih luas dan menyebabkan kerugian yang lebih besar.
Pemerintah daerah melalui dinas terkait juga diharapkan dapat lebih aktif dalam memberikan edukasi dan sosialisasi mengenai pencegahan kebakaran, khususnya di wilayah pertanian. Sosialisasi tentang tata cara pembakaran sampah yang aman, pembangunan gudang dengan standar keamanan kebakaran yang lebih baik, serta penyediaan fasilitas pemadam kebakaran sederhana di tingkat desa, dapat menjadi langkah-langkah preventif yang efektif. Kejadian ini mungkin telah menyebabkan kerugian materiil yang tidak sedikit bagi pemilik gudang dan para petani yang menyimpan jagungnya di sana, namun diharapkan juga dapat menjadi momentum untuk meningkatkan kesadaran kolektif akan pentingnya keselamatan dan pencegahan kebakaran demi keberlanjutan pertanian dan keamanan masyarakat Jombang.
Sumber: rakyatindependen.id