Kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan pemain asing PSM Makassar, Victor Luiz, dan seorang warga Makassar bernama Rahmat Syukri, mencapai babak akhir yang menggembirakan. Sempat memanas dan berujung pada laporan kepolisian, kedua belah pihak akhirnya sepakat menyelesaikan permasalahan ini secara kekeluargaan, menghasilkan perdamaian yang diwarnai senyum dan jabat tangan.
Ketegangan yang sempat mencuat ke publik ini bermula dari insiden yang terjadi di Jalan Opu Daeng Risadju, Kecamatan Mariso, pada Selasa, 23 September 2025. Rahmat Syukri (33), seorang warga Makassar, melaporkan dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh Victor Luiz, bek kiri PSM Makassar asal Brasil. Dalam laporan tersebut, Rahmat Syukri mengaku mengalami luka lebam di wajah dan sakit pada bagian kaki akibat insiden tersebut.
Kejadian bermula ketika mobil Mitsubishi Xpander bernomor polisi DD 1867 MO yang dikemudikan oleh Victor Luiz menepi di jalan tersebut. Belum jelas pemicu awalnya, namun keduanya terlibat konfrontasi yang berujung pada dugaan tindakan penganiayaan. Video yang merekam sebagian kejadian tersebut sempat viral di media sosial, memicu beragam reaksi dari warganet.
Rahmat Syukri, saat diwawancarai oleh fajar.co.id pada tanggal kejadian, mengungkapkan bahwa dirinya sempat didorong sebelum akhirnya dipukul oleh Victor Luiz. "Pipi kiri saya dipukul, ini masih membekas," ujarnya saat itu, menunjukkan bekas luka yang dialaminya.
Laporan dugaan penganiayaan ini kemudian ditindaklanjuti oleh pihak kepolisian Polrestabes Makassar. Namun, sebelum proses hukum berlanjut, kedua belah pihak sepakat untuk mencari solusi damai melalui jalur kekeluargaan. Langkah ini diambil dengan mempertimbangkan berbagai aspek, termasuk reputasi kedua belah pihak dan potensi dampak negatif yang mungkin timbul jika kasus ini berlanjut ke pengadilan.
Proses mediasi kekeluargaan ini difasilitasi oleh pihak kepolisian dan dihadiri oleh kedua belah pihak beserta perwakilan masing-masing. Rahmat Syukri didampingi oleh keluarganya, sementara Victor Luiz didampingi langsung oleh manajer tim PSM Makassar, Muhammad Nur Fajri. Kehadiran manajer tim menunjukkan keseriusan PSM Makassar dalam menyelesaikan permasalahan ini secara baik-baik.
Mediasi berlangsung dengan suasana yang konstruktif dan penuh kekeluargaan. Kedua belah pihak saling menyampaikan pendapat dan keluhan masing-masing dengan kepala dingin. Pihak kepolisian bertindak sebagai mediator yang membantu mencari titik temu dan solusi yang dapat diterima oleh kedua belah pihak.
Setelah melalui serangkaian diskusi dan negosiasi, akhirnya kedua belah pihak sepakat untuk berdamai. Kesepakatan damai ini dituangkan dalam surat pernyataan yang ditandatangani di atas materai oleh kedua belah pihak. Dalam surat pernyataan tersebut, Victor Luiz menyampaikan permohonan maaf atas tindakannya dan berjanji tidak akan mengulangi perbuatan serupa di kemudian hari. Sementara itu, Rahmat Syukri menerima permohonan maaf tersebut dan menyatakan tidak akan melanjutkan kasus ini ke ranah hukum.
Momen yang mengharukan terjadi setelah penandatanganan surat pernyataan damai. Victor Luiz dan Rahmat Syukri saling berjabat tangan dan tersenyum, menunjukkan bahwa kedua belah pihak telah benar-benar berdamai dan melupakan perselisihan yang terjadi. Momen ini diabadikan dalam foto yang kemudian beredar luas di media sosial, menjadi simbol perdamaian dan penyelesaian masalah secara kekeluargaan.
Manajer tim PSM Makassar, Muhammad Nur Fajri, menyampaikan apresiasi kepada semua pihak yang telah membantu proses mediasi ini hingga mencapai kesepakatan damai. Ia juga berharap kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk lebih berhati-hati dan mengedepankan penyelesaian masalah secara damai.
"Kami sangat bersyukur bahwa permasalahan ini dapat diselesaikan secara kekeluargaan. Kami berterima kasih kepada pihak kepolisian yang telah memfasilitasi mediasi ini, serta kepada kedua belah pihak yang telah bersedia membuka diri untuk berdamai," ujar Muhammad Nur Fajri.
Kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan Victor Luiz ini menjadi contoh positif tentang bagaimana penyelesaian masalah secara kekeluargaan dapat menjadi solusi yang efektif dan lebih baik daripada melalui jalur hukum. Dengan mengedepankan komunikasi yang baik, saling pengertian, dan keinginan untuk berdamai, kedua belah pihak dapat mencapai kesepakatan yang saling menguntungkan dan memulihkan hubungan yang sempat renggang.
Perdamaian ini juga memberikan dampak positif bagi PSM Makassar dan para pendukungnya. Kasus ini sempat menjadi perhatian publik dan berpotensi mengganggu konsentrasi tim dalam menghadapi kompetisi. Dengan selesainya kasus ini, Victor Luiz dapat kembali fokus pada tugasnya sebagai pemain sepak bola dan memberikan kontribusi terbaiknya bagi tim.
Selain itu, perdamaian ini juga menunjukkan bahwa PSM Makassar adalah tim yang menjunjung tinggi nilai-nilai kekeluargaan dan perdamaian. Tim ini tidak hanya fokus pada prestasi di lapangan, tetapi juga peduli terhadap hubungan baik dengan masyarakat sekitar.
Kasus ini juga menjadi pelajaran bagi para pemain sepak bola, khususnya pemain asing, untuk lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan masyarakat Indonesia. Perbedaan budaya dan bahasa dapat menjadi potensi terjadinya kesalahpahaman dan konflik. Oleh karena itu, penting bagi para pemain untuk selalu menjaga sikap dan menghormati adat istiadat setempat.
Secara keseluruhan, kasus dugaan penganiayaan yang melibatkan Victor Luiz dan Rahmat Syukri ini berakhir dengan happy ending. Perdamaian yang dicapai melalui jalur kekeluargaan ini menjadi contoh positif tentang bagaimana menyelesaikan masalah secara damai dan membangun hubungan yang harmonis antar sesama. Semoga kejadian ini menjadi pelajaran bagi semua pihak untuk selalu mengedepankan perdamaian dan kekeluargaan dalam menyelesaikan setiap permasalahan.