Nasional

Keajaiban di Tengah Tragedi: Korban Runtuhan Ponpes Al Khoziny Ditemukan dalam Posisi Sujud, Simbol Ketabahan Iman

Surabaya – Sebuah pemandangan yang menggetarkan hati dan sarat makna spiritual menyelimuti operasi pencarian korban di reruntuhan Pondok Pesantren (Ponpes) Al Khoziny, Buduran, Sidoarjo. Pada Rabu (1/10/2025), di tengah tumpukan puing-puing bangunan tiga lantai dan musala yang ambruk, salah satu korban meninggal dunia ditemukan dalam posisi sujud, sebuah gestur yang diyakini sebagai penanda ibadah terakhirnya sebelum musibah menimpa. Penemuan yang mengharukan ini menjadi simbol ketabahan iman sekaligus pengingat akan dahsyatnya bencana, yang kini telah memasuki hari ketiga pencarian.

Jasad korban, yang identitasnya belum diketahui secara pasti pada saat penemuan, dievakuasi oleh Tim SAR Gabungan sekitar pukul 14.22 WIB. Posisi sujud yang sempurna, seolah membeku dalam waktu, ditemukan berdekatan dengan lokasi Syehlendra Haical R. A. (13 tahun), seorang santri yang berhasil ditemukan selamat beberapa waktu sebelumnya. Kontras antara hidup dan mati, antara harapan dan duka, tergambar jelas di reruntuhan Al Khoziny. Momen ini tak pelak memicu gelombang emosi di antara para petugas penyelamat, banyak di antara mereka yang terdiam sejenak, merenungkan makna di balik gestur terakhir sang santri. Bagi sebagian, itu adalah pengingat akan takdir, bagi yang lain, sebuah dorongan moral untuk terus berjuang menemukan mereka yang masih terjebak, hidup atau mati.

Direktur Operasi Pencarian dan Pertolongan Basarnas RI, Laksamana Pertama TNI Yudhi Bramantyo, yang bertindak sebagai SAR Mission Coordinator (SMC), menjelaskan bahwa korban sujud tersebut ditemukan di sektor reruntuhan bangunan A1. "Korban sujud itu kan yang tadi (ditemukan siang). Iya, itu yang (statusnya) hitam (meninggal dunia) yang sebelahan sama Haical," terang Bramantyo pada Rabu (1/10/2025) malam, saat memberikan keterangan kepada awak media di posko utama. Penjelasan Bramantyo menggarisbawahi betapa dekatnya tragedi dan keajaiban dalam insiden ini.

Menurut Bramantyo, penemuan korban dalam posisi sujud itu terjadi secara tak terduga oleh petugas yang sedang mengikuti jalur evakuasi aman. Tim SAR awalnya berfokus pada upaya penyelamatan Haical, yang kondisinya memerlukan penanganan cepat. Namun, dalam proses membuka akses dan mengamankan jalur evakuasi menuju Haical, petugas menemukan jasad yang kini menjadi pusat perhatian publik tersebut. "Kita kan tadinya mau mengambil (Haical) itu. Karena tidak mau langsung ke Haical, tidak bisa (jalurnya dilewati) harus lewat situ, akhirnya kita tarik (temukan korban sujud) yang itu," ungkap Bramantyo, menggambarkan kompleksitas dan bahaya dalam setiap langkah operasi penyelamatan. Setiap pergerakan harus dihitung matang, mengingat struktur bangunan yang sangat tidak stabil dan risiko reruntuhan susulan.

Penemuan korban sujud ini menjadi titik balik penting dalam operasi pencarian di hari ketiga. Korban tersebut tercatat sebagai yang pertama ditemukan pada pencarian hari Rabu dan sekaligus menjadi korban ke-12 secara keseluruhan sejak musibah terjadi. Keberhasilan ini kemudian memicu serangkaian penemuan korban-korban lain, hingga total 18 korban berhasil dievakuasi pada pukul 20.22 WIB. Salah satu di antaranya adalah santri berinisial RSI, yang berhasil diselamatkan dalam kondisi hidup. "Berantai, kita kebut juga (pencarian). Akhirnya pada pukul 20.22 korban ke-18 berhasil kita evakuasi atas nama (inisial) RSI dalam kondisi selamat," kata Bramantyo, menunjukkan semangat dan determinasi tim SAR yang tidak pernah padam.

Keajaiban di Tengah Tragedi: Korban Runtuhan Ponpes Al Khoziny Ditemukan dalam Posisi Sujud, Simbol Ketabahan Iman

Pada pencarian hari ketiga ini, Bramantyo menambahkan, sejak Rabu pagi petugas telah berhasil mengevakuasi sebanyak tujuh korban. Dari jumlah tersebut, dua di antaranya ditemukan meninggal dunia, termasuk korban sujud yang mengharukan itu, dan dua lainnya berhasil diselamatkan dalam keadaan hidup. Angka ini memberikan gambaran tentang betapa intensifnya upaya yang dilakukan oleh Tim SAR Gabungan. Kondisi lapangan yang ekstrem, dengan tumpukan material beton, baja, dan kayu yang saling menjepit, membuat setiap proses evakuasi menjadi tantangan tersendiri yang menguras tenaga dan mental.

Proses pencarian dan evakuasi korban dilakukan dengan strategi manuver yang sangat hati-hati, termasuk membuat ‘tunnel’ atau parit di dasar tanah. Strategi ini sangat vital untuk menciptakan jalur aman bagi petugas agar bisa masuk ke celah-celah reruntuhan yang sempit dan berbahaya, sekaligus menghindari risiko runtuhan susulan. Dengan bantuan berbagai alat berat dan perlengkapan khusus seperti pemotong hidrolik, jackhammer, dan alat deteksi suara, Tim SAR Gabungan mengedepankan prinsip kehati-hatian demi keselamatan petugas dan korban. "Kita buka tunnel (parit) yang ke kanan itu. Beton kita potong teralis besinya biar terbuka agak lebar. Dan, tapi ya, kita bersyukurnya kondisi yang siang sampai malam ini dia (korban selamat) lebih fit lah, lebih bugar," ucap Bramantyo, menyoroti keberhasilan strategi tersebut dan kondisi korban selamat yang membaik.

Tantangan di lokasi kejadian bukan hanya terletak pada beratnya material dan sempitnya ruang gerak, tetapi juga pada kondisi lingkungan yang tidak bersahabat. Debu tebal yang terus-menerus beterbangan, bau amis yang kadang tercium dari reruntuhan, serta potensi gas beracun, semuanya menambah daftar risiko bagi tim penyelamat. Suara bising alat berat bercampur dengan teriakan instruksi dan sesekali keheningan yang mencekam, menciptakan suasana yang sulit dilukiskan dengan kata-kata. Tim gabungan yang terdiri dari Basarnas, TNI, Polri, BPBD, relawan, dan tenaga medis bekerja tanpa henti, silih berganti, demi satu tujuan: menemukan setiap jiwa yang mungkin masih terjebak.

Musibah runtuhnya gedung tiga lantai yang juga difungsikan sebagai musala di asrama putra Pondok Pesantren Al Khoziny di Buduran, Sidoarjo, ini terjadi pada Senin (29/9/2025) sore. Saat kejadian, diketahui ada ratusan santri yang sedang menunaikan salat Ashar berjemaah di gedung yang masih dalam tahap pembangunan tersebut. Fakta bahwa bangunan itu masih dalam konstruksi namun sudah digunakan untuk aktivitas massal seperti salat berjamaah, memunculkan pertanyaan besar mengenai standar keselamatan dan pengawasan pembangunan. Pihak berwenang diharapkan akan melakukan investigasi menyeluruh untuk mengungkap penyebab pasti runtuhnya bangunan dan menindaklanjuti potensi kelalaian.

Berdasarkan temuan dan data sementara Kantor SAR Surabaya hingga Rabu (1/10/2025) malam, tercatat 102 orang santri yang menjadi korban dalam peristiwa musibah ini. Dari jumlah tersebut, 18 orang telah berhasil dievakuasi, dengan lima di antaranya dilaporkan meninggal dunia, termasuk korban sujud yang kini menjadi simbol ketabahan. Sementara itu, diperkirakan masih ada puluhan korban lain yang terjebak di puing reruntuhan, dan operasi pencarian masih terus berlangsung dengan intensitas tinggi. Setiap jam yang berlalu adalah pertaruhan nyawa, dan setiap temuan, baik hidup maupun mati, menjadi pengingat akan beratnya tugas yang diemban oleh para pahlawan kemanusiaan di lapangan. Masyarakat Sidoarjo dan seluruh Indonesia terus mendoakan agar semua korban dapat segera ditemukan dan keluarga yang ditinggalkan diberikan ketabahan.

rakyatindependen.id

Keajaiban di Tengah Tragedi: Korban Runtuhan Ponpes Al Khoziny Ditemukan dalam Posisi Sujud, Simbol Ketabahan Iman

Related Articles