Nasional

Ketika Cincin Berubah Bencana: Kisah Dramatis Penyelamatan Santri Jombang oleh Damkar

Sebuah kisah tak terduga datang dari Pondok Al Muhibbin Tambakberas, Jombang, mengungkap bagaimana sebuah benda kecil yang seharusnya menjadi perhiasan, justru berubah menjadi sumber kepanikan dan penderitaan. Brian Mersa, remaja berusia 14 tahun, tidak pernah menyangka bahwa cincin titanium yang melingkar di jari tangannya akan menjadi ancaman serius yang membutuhkan intervensi tim penyelamat profesional. Cincin yang awalnya ia kenakan mungkin dengan bangga atau sekadar iseng, perlahan berubah menjadi jerat logam yang tak terhindarkan, mengunci jari manisnya dalam cengkeraman yang menyakitkan.

Awalnya, ketidaknyamanan itu mungkin dianggap sepele. Brian, seorang santri yang berasal dari Sidoarjo, mencoba berbagai cara yang lazim untuk melepaskan cincin itu. Ia menariknya, memutarnya, bahkan mungkin menggunakan sabun atau minyak seperti saran umum yang sering didengar. Namun, cincin titanium yang dikenal karena kekuatan dan daya tahannya, menolak untuk bergeming. Logam itu seakan menyatu dengan kulitnya, membentuk sebuah belenggu yang tak terlihat namun terasa nyata. Setiap usaha yang ia lakukan hanya menambah rasa sakit, memperparah pembengkakan yang mulai terlihat jelas di jari manisnya. Waktu berlalu, dan kondisi jari Brian semakin mengkhawatirkan. Pembengkakan terus membesar, warna kulit di sekitar cincin mulai berubah, dan denyutan nyeri yang konstan menjadi alarm bagi Brian. Rasa panik mulai menjalar. Di tengah kesibukan aktivitas pondok dan suasana malam yang mulai sunyi, Brian merasa terisolasi oleh masalahnya sendiri, terjebak dalam rasa sakit dan ketidakberdayaan. Malam mulai beranjak, membawa serta kegelapan dan keputusasaan bagi Brian. Remaja itu meringis dalam diam, berusaha memutar logam keras di jarinya. Berkali-kali dicoba, namun cincin itu tetap tak bergeming, semakin erat seolah ia adalah bagian tak terpisahkan dari tulangnya. Rasa sakit semakin mengganggu, menguras energi dan konsentrasinya, sementara pembengkakan di jari Brian semakin membesar, menciptakan kekhawatiran akan kerusakan permanen. Ketidakberdayaan yang memuncak akhirnya memaksa Brian untuk menelan rasa malu dan kecemasannya. Ia tahu ia tidak bisa mengatasi ini sendirian. Keputusan untuk meminta bantuan, yang mungkin terlihat sederhana bagi sebagian orang dewasa, adalah momen penuh kecemasan dan keberanian bagi seorang santri muda yang mungkin merasa enggan merepotkan atau dianggap ceroboh. Ia tahu bahwa risiko kerusakan pada jarinya lebih besar daripada rasa malu sementara.

Maka, pada Kamis malam yang tidak akan terlupakan, tepatnya tanggal 30 Oktober 2025, sekitar pukul 20.25 WIB, Brian bersama pengasuh pondoknya mengambil langkah krusial. Mereka memutuskan untuk tidak menuju klinik atau rumah sakit biasa, melainkan langsung menuju Pos Pemadam Kebakaran (Damkar) Jombang. Keputusan ini didasari pemahaman bahwa Damkar memiliki peralatan khusus dan keahlian untuk menangani benda keras yang terjebak, jauh melampaui kemampuan fasilitas medis umum dalam kasus seperti ini. Kedatangan mereka di pos Damkar disambut oleh tim yang sigap, terdiri dari Ronaldo, Mas’oed, dan Andur. Wajah cemas Brian dan jari yang membengkak segera menjelaskan urgensi situasi. Cincin titanium, meskipun terlihat kecil, ternyata memberikan tantangan yang cukup berat bagi tim Damkar Jombang. Mereka tahu bahwa penanganan yang salah bisa berakibat fatal bagi jari Brian, mulai dari luka goresan hingga kerusakan saraf yang serius.

Begitu menerima laporan, tim Damkar Jombang segera bergerak cepat, namun penuh hati-hati. Mereka melakukan penilaian awal, memeriksa jenis cincin, tingkat pembengkakan, dan risiko yang mungkin timbul. Cincin titanium, dengan kekerasan logamnya, bukanlah tugas yang bisa diselesaikan dengan pemotong cincin biasa. Tim memutuskan untuk menggunakan alat gerinda mini, sebuah alat presisi yang dirancang untuk memotong material keras dengan kontrol yang tinggi. Namun, penggunaan gerinda pada bagian tubuh manusia membutuhkan tingkat keahlian, ketelitian, dan protokol keselamatan yang sangat ketat. Prosesnya pun tidak mudah. Tim Damkar Jombang tahu betapa pentingnya ketelitian dalam setiap langkah. Tanpa pengamanan yang tepat, sedikit saja kelalaian bisa berisiko melukai jari Brian secara serius. Mereka menyiapkan area kerja yang steril mungkin dan memastikan Brian merasa senyaman mungkin, meskipun ketegangan jelas terasa di udara.

Mas’oed, salah satu anggota tim Damkar yang bertugas, menjelaskan detail prosedur yang mereka lakukan. "Proses memotong cincin dengan gerinda mini harus hati-hati. Kami terus menyiramnya dengan air supaya cincin yang terikat tidak panas dan tidak melukai kulit," katanya. Panas yang dihasilkan oleh gesekan gerinda bisa membakar kulit Brian atau memperburuk pembengkakan. Oleh karena itu, penyiraman air secara kontinu menjadi kunci untuk menjaga suhu tetap stabil dan meminimalkan risiko luka bakar. Selain itu, mereka juga menambahkan pelat pelindung tipis, biasanya terbuat dari logam atau bahan keras lainnya, yang diselipkan di antara cincin dan kulit jari Brian. Pelat ini berfungsi sebagai barikade fisik, melindungi kulit dari kontak langsung dengan mata gerinda yang tajam, sekaligus memberikan ruang aman bagi alat untuk bekerja.

Ketika Cincin Berubah Bencana: Kisah Dramatis Penyelamatan Santri Jombang oleh Damkar

Brian, dengan mata yang berkali-kali terpejam menahan ketegangan dan rasa takut, merasakan setiap getaran gerinda saat tim Damkar bekerja dengan presisi tinggi. Suara bising gerinda, percikan api kecil yang sesekali terlihat (meskipun sudah diminimalisir dengan air), dan bau logam yang terbakar bercampur dengan kekhawatiran yang mendalam. Selama 20 menit penuh, proses itu berlangsung perlahan, setiap detik terasa seperti keabadian bagi Brian. Namun, berkat kesabaran, keterampilan yang mumpuni, dan koordinasi yang baik dari tim Damkar, cincin yang semula mengikat erat itu akhirnya berhasil dipotong. Sebuah celah kecil, kemudian meluas, dan akhirnya cincin itu terlepas dari jari Brian.

Wajah Brian yang semula tegang dan pucat kini berubah menjadi senyum lega, meskipun rasa sakit di jarinya belum sepenuhnya hilang. Jari manisnya yang sudah bengkak dan merah segera dibersihkan dan diperiksa untuk memastikan tidak ada luka serius akibat proses pemotongan. "Alhamdulillah, semua berjalan lancar. Tidak ada luka serius, dan Brian bisa pulang dengan lega," tambah Ronaldo, anggota tim Damkar Jombang yang ikut dalam proses heroik tersebut, menunjukkan kelegaan yang sama dengan Brian. Momen itu adalah bukti nyata dari dedikasi dan profesionalisme tim Damkar.

Syamsul Bahri, Komandan PMK (Pemadam Kebakaran) Jombang, yang juga menjabat sebagai Kasi Pencegahan dan Kesiapsiagaan BPBD Jombang, mengungkapkan bahwa kejadian ini menunjukkan perubahan besar dalam peran Damkar di masyarakat. Seiring waktu, tugas mereka semakin beragam, dari penanganan kebakaran yang menjadi inti fungsi mereka, hingga kejadian-kejadian darurat yang tak terduga seperti ini. "Tugas Damkar bukan hanya soal api," ujar Syamsul, "tapi juga soal keterampilan, keberanian, dan kesiapan dalam menghadapi segala situasi darurat." Ia menyoroti bagaimana Damkar kini menjadi garda terdepan dalam berbagai jenis insiden, mulai dari penanganan kecelakaan lalu lintas, evakuasi hewan peliharaan yang terjebak di tempat-tempat sulit, membantu warga yang terkunci di dalam rumah, hingga penanganan bencana alam seperti pohon tumbang atau banjir, dan bahkan melepaskan cincin yang sulit dilepaskan seperti kasus Brian ini. Hal ini menegaskan bahwa Damkar adalah salah satu pilar penting dalam sistem keamanan dan keselamatan masyarakat, selalu siap sedia dengan berbagai keahlian dan peralatan untuk melayani.

Bagi Brian Mersa, malam itu adalah pelajaran berharga tentang bagaimana hal-hal kecil, seperti sebuah cincin, bisa membawa cerita besar dalam kehidupan. Ini adalah pengingat akan kerapuhan manusia dan pentingnya mencari bantuan saat dihadapkan pada kesulitan. Dan bagi para anggota Damkar Jombang, setiap panggilan, sekecil apapun itu, adalah momen untuk mengabdikan diri—tak hanya untuk menyelamatkan, tetapi juga untuk memberikan rasa aman dan harapan, bahkan dalam situasi yang paling tak terduga sekalipun. Mereka adalah pahlawan tanpa tanda jasa yang selalu siap siaga, memastikan bahwa komunitas mereka aman, satu cincin yang terlepas, satu nyawa yang terselamatkan, pada satu waktu.

rakyatindependen.id

Ketika Cincin Berubah Bencana: Kisah Dramatis Penyelamatan Santri Jombang oleh Damkar

Related Articles