Mahasiswa UMM Sulap Sampah Plastik Jadi Media Belajar Inovatif untuk Anak Berkebutuhan Khusus: ScrapSculpt Mengubah Tantangan Menjadi Peluang.

Di tengah sorotan akan pentingnya pendidikan inklusif dan pengelolaan sampah yang berkelanjutan, inovasi cemerlang muncul dari sekelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang (UMM). Mereka berhasil mengembangkan media pembelajaran revolusioner bernama "ScrapSculpt," yang mengubah sampah plastik daur ulang menjadi alat yang efektif dan menyenangkan bagi anak-anak berkebutuhan khusus (ABK), khususnya dalam mengatasi kesulitan membedakan huruf. Inisiatif ini tidak hanya memberikan solusi praktis bagi dunia pendidikan, tetapi juga menginspirasi kepedulian lingkungan sejak usia dini.
Program yang dijalankan dengan penuh dedikasi di SD Muhammadiyah 9 Malang ini merupakan wujud nyata dari Program Kreativitas Mahasiswa bidang Pengabdian kepada Masyarakat (PKM-PM). Tim yang solid ini terdiri dari mahasiswa-mahasiswa berprestasi dari Program Studi PGSD, yaitu Nadia Aurellia Rahmadani, Lusyana Agustin, Tarisa Cindy Fatmawati, dan Fenni Amelia Wijaya. Mereka mendapatkan bimbingan dan arahan berharga dari dosen berpengalaman, Dr. Dyah Worowirastri Ekowati, M.Pd., yang mendukung penuh pengembangan ide kreatif ini.
Latar belakang lahirnya ScrapSculpt berakar dari keprihatinan mendalam terhadap media pembelajaran yang seringkali kurang spesifik dan tidak adaptif terhadap kebutuhan unik ABK. Padahal, banyak ABK menghadapi tantangan yang signifikan, terutama dalam membedakan persepsi huruf (distingsi huruf), yang merupakan fondasi krusial dalam proses belajar membaca. Tim mahasiswa UMM menyadari bahwa pendekatan pembelajaran yang inovatif dan inklusif sangat dibutuhkan untuk membantu ABK meraih potensi maksimal mereka.
"Kami ingin memberikan pengalaman belajar yang tidak hanya efektif, tetapi juga menyenangkan dan memotivasi bagi anak-anak dalam mengenal huruf," ungkap Nadia Aurellia Rahmadani, ketua tim yang penuh semangat. "Dengan memanfaatkan plastik sebagai bahan utama media pembelajaran, kami juga berupaya menanamkan kesadaran dan kepedulian terhadap lingkungan sejak dini. Kami percaya bahwa pendidikan dan keberlanjutan lingkungan dapat berjalan beriringan."
ScrapSculpt bukan sekadar media pembelajaran biasa. Ia dirancang dengan cermat untuk mengintegrasikan metode mnemonik, sebuah teknik yang terbukti efektif dalam membantu mengingat informasi dengan mengaitkannya pada gambar, cerita, atau asosiasi yang konkret dan mudah diingat. Bagi ABK yang seringkali kesulitan memproses informasi abstrak, metode mnemonik ini mengubah huruf yang sulit menjadi sesuatu yang lebih nyata, bermakna, dan relevan dengan pengalaman mereka sehari-hari.
Sejak Juli 2025, tim mahasiswa UMM telah aktif mendampingi 18 siswa ABK dan empat guru pendamping di SD Muhammadiyah 9 Malang. Proses pembelajaran dengan ScrapSculpt dilakukan melalui beberapa tahap yang terstruktur dan interaktif:
Pengenalan Konsep Dasar Huruf: Siswa diperkenalkan dengan konsep dasar huruf menggunakan media ScrapSculpt yang dirancang secara visual menarik dan taktil. Mereka dapat menyentuh, merasakan, dan memanipulasi huruf-huruf yang terbuat dari daur ulang plastik, sehingga memperkuat pemahaman mereka tentang bentuk dan karakteristik masing-masing huruf.
Pembelajaran Kontekstual: Huruf-huruf kemudian dikaitkan dengan benda-benda konkret di sekitar siswa. Misalnya, huruf "A" dihubungkan dengan "apel," huruf "B" dengan "bola," dan seterusnya. Dengan mengaitkan huruf dengan objek yang familiar, siswa dapat lebih mudah mengingat dan mengasosiasikan huruf dengan makna yang relevan.
Permainan Edukatif Berbasis Mnemonik: Siswa diajak untuk berpartisipasi dalam berbagai permainan edukatif yang dirancang khusus untuk memperkuat daya ingat mereka. Permainan ini melibatkan penggunaan gambar, cerita, dan asosiasi yang menarik, sehingga membuat proses belajar menjadi lebih menyenangkan dan efektif.
Refleksi dan Evaluasi: Setelah setiap sesi pembelajaran, siswa diajak untuk melakukan refleksi bersama untuk mengevaluasi efektivitas kegiatan. Mereka berbagi pengalaman, memberikan umpan balik, dan mengidentifikasi area-area yang perlu ditingkatkan. Proses refleksi ini membantu siswa untuk mengembangkan kesadaran diri dan kemampuan metakognitif.
Kehadiran program ScrapSculpt ini disambut dengan antusias dan dukungan penuh dari pihak sekolah. Kepala SD Muhammadiyah 9 Malang, Arip Hidayat, M.Pd.I., memberikan apresiasi yang tinggi terhadap inovasi yang telah diciptakan oleh mahasiswa UMM. Menurutnya, ScrapSculpt merupakan sarana pembelajaran alternatif yang sangat berharga dan relevan dalam mendukung kebutuhan siswa, sejalan dengan komitmen sekolah dalam menyediakan pendidikan inklusif yang berkualitas.
"Kami sangat terkesan dengan dedikasi dan kreativitas yang ditunjukkan oleh tim mahasiswa UMM," ujar Arip Hidayat. "ScrapSculpt telah memberikan dampak positif yang signifikan bagi siswa-siswa ABK kami. Mereka menjadi lebih termotivasi untuk belajar, lebih mudah memahami konsep huruf, dan lebih percaya diri dalam berinteraksi dengan teman-teman mereka."
Program ScrapSculpt tidak hanya berhenti pada tahap implementasi. Tim PKM-PM telah merencanakan serangkaian kegiatan berkelanjutan untuk memastikan keberlanjutan dan dampak jangka panjang dari program ini. Kegiatan tersebut meliputi:
Monitoring Perkembangan Siswa: Tim secara berkala memantau perkembangan siswa ABK dalam kemampuan membedakan huruf dan membaca. Data yang dikumpulkan digunakan untuk mengevaluasi efektivitas program dan melakukan penyesuaian yang diperlukan.
Evaluasi Program: Tim melakukan evaluasi komprehensif terhadap seluruh aspek program, mulai dari desain media pembelajaran, metode pengajaran, hingga dampak terhadap siswa. Evaluasi ini melibatkan partisipasi dari siswa, guru, dan orang tua, sehingga memberikan gambaran yang holistik tentang keberhasilan program.
Penyusunan Buku Pedoman: Tim menyusun buku pedoman yang berisi panduan lengkap tentang cara menggunakan ScrapSculpt dalam pembelajaran ABK. Buku pedoman ini ditujukan untuk guru pendamping khusus dan pihak-pihak lain yang tertarik untuk menerapkan metode ini.
Dosen pembimbing, Dyah Worowirastri Ekowati, menambahkan bahwa program ScrapSculpt adalah cerminan nyata dari kontribusi mahasiswa dalam menjawab permasalahan di masyarakat. "Mahasiswa tidak hanya belajar teori di kelas, tetapi juga mempraktikkan pengetahuan mereka untuk menjawab permasalahan yang nyata di masyarakat," tuturnya. "Kami berharap bahwa inovasi ini dapat menginspirasi mahasiswa lain untuk mengembangkan solusi-solusi kreatif yang bermanfaat bagi masyarakat luas."
Inovasi ScrapSculpt ini bukan hanya sekadar proyek mahasiswa, tetapi juga merupakan investasi berharga dalam masa depan pendidikan inklusif dan keberlanjutan lingkungan. Dengan mengubah sampah plastik menjadi media pembelajaran yang inovatif, mahasiswa UMM telah menunjukkan bahwa keterbatasan dapat diubah menjadi peluang, dan bahwa setiap anak, termasuk ABK, berhak mendapatkan pendidikan yang berkualitas dan relevan dengan kebutuhan mereka.
Keberhasilan ScrapSculpt juga menjadi bukti bahwa kolaborasi antara perguruan tinggi, sekolah, dan masyarakat dapat menghasilkan solusi-solusi yang transformatif. Dengan menggabungkan pengetahuan akademis, pengalaman praktis, dan kepedulian sosial, kita dapat menciptakan dunia yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan berkeadilan bagi semua.
Kisah inspiratif dari mahasiswa UMM ini mengingatkan kita bahwa inovasi tidak harus selalu datang dari teknologi canggih atau investasi besar. Terkadang, ide-ide sederhana yang lahir dari kepedulian dan kreativitas dapat memberikan dampak yang luar biasa. ScrapSculpt adalah contoh nyata bagaimana sampah plastik, yang seringkali dianggap sebagai masalah, dapat diubah menjadi sumber daya yang berharga untuk pendidikan dan keberlanjutan lingkungan.
Semoga inovasi ScrapSculpt ini dapat terus berkembang dan menginspirasi lebih banyak orang untuk berkontribusi dalam menciptakan dunia yang lebih baik bagi generasi mendatang. Mari kita dukung dan apresiasi karya-karya kreatif anak bangsa yang peduli terhadap pendidikan inklusif dan keberlanjutan lingkungan. Karena di tangan generasi muda yang kreatif dan berdedikasi, masa depan yang lebih cerah dan berkelanjutan dapat kita wujudkan bersama.