Membuka Lembaran Baru Industri Buah Nasional: Akademi Buah Nusantara dan UPN Jatim Bersinergi Cetak Generasi Ahli Buah Tropis Berkelas Dunia

Jombang – Sebuah langkah monumental bagi kemajuan sektor pertanian Indonesia, khususnya dalam industri buah, telah diukir melalui penandatanganan Nota Kesepahaman (MOU) antara Akademi Buah Nusantara (ABN) dan Universitas Pembangunan Nasional (UPN) Veteran Jawa Timur. Acara bersejarah ini berlangsung di Kampus UPN Surabaya pada Rabu, 15 Oktober 2025, menandai dimulainya kolaborasi strategis yang diharapkan akan merevolusi pengelolaan buah tropis dan subtropis di tanah air. Kemitraan ini bukan sekadar formalitas, melainkan fondasi kokoh untuk mempersiapkan pembukaan ABN pada tahun ajaran baru 2026-2027, dengan misi utama mencetak generasi ahli yang siap membawa Indonesia menjadi pemain utama di pasar buah global.
Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.MT., IPU, Rektor UPN Jawa Timur, menegaskan komitmen penuh UPN sebagai mitra pertama dan pendamping akademik ABN. Dalam pidatonya yang penuh optimisme, Prof. Akhmad Fauzi menyoroti potensi besar yang dimiliki ABN, yang ia yakini akan tumbuh pesat berkat semangat visioner para pendirinya. “UPN Veteran Jawa Timur merasa terhormat dapat menjadi bagian integral dari perjalanan Akademi Buah Nusantara. Kami melihat adanya semangat yang luar biasa dari para inisiator ABN, sebuah semangat yang didasari oleh kecintaan pada kekayaan alam Indonesia dan keinginan kuat untuk memajukan bangsa melalui sektor pertanian,” ujarnya. Komitmen ini mencerminkan keselarasan visi antara UPN, sebagai institusi pendidikan tinggi yang berorientasi pada pembangunan nasional, dan ABN, yang bertekad menghasilkan sumber daya manusia unggul di bidang pengelolaan buah.
Prof. Akhmad Fauzi juga menyoroti relevansi sistem pendidikan ABN yang mengedepankan model vokasi dengan porsi 70% praktik dan 30% teori. Menurutnya, pendekatan ini sangat sesuai dengan kebutuhan riil dunia industri saat ini, yang semakin menuntut lulusan dengan keterampilan praktis yang mumpuni. “Kurikulum yang berorientasi praktik adalah kunci untuk mencetak tenaga ahli yang siap kerja. Di era yang serba cepat dan kompetitif ini, industri membutuhkan individu yang tidak hanya kaya akan teori, tetapi juga cekatan dalam aplikasi lapangan. Model 70% praktik dan 30% teori yang diusung ABN adalah jawaban atas tantangan tersebut, memastikan lulusan mereka benar-benar siap menghadapi dinamika industri buah modern,” jelas Prof. Akhmad, menekankan pentingnya keseimbangan antara pengetahuan akademis dan keahlian praktis.
Kolaborasi ini tidak hanya mendapat dukungan dari UPN, tetapi juga dari berbagai akademisi terkemuka lainnya. Kehadiran para cendekiawan dari UPN, Universitas Airlangga (Unair), dan tentu saja ABN, dalam acara penandatanganan MOU tersebut, menjadi indikator kuat akan pentingnya sinergi antar institusi untuk memajukan sektor pertanian Indonesia secara holistik. Nama-nama besar seperti Prof. Ni’matuzahroh, Dr. Moch. Afandi, Ir. Djoko Setyono, Ir. Aspur, dan Muhammad As’ad turut hadir, menunjukkan dukungan mereka yang tak tergoyahkan terhadap inisiatif ambisius ini. Kehadiran mereka menegaskan bahwa upaya memajukan industri buah nasional adalah tanggung jawab kolektif yang membutuhkan partisipasi aktif dari berbagai elemen masyarakat akademis dan profesional.
Prof. Reza Tirtawinata, salah satu pimpinan Akademi Buah Nusantara, memberikan gambaran yang lebih mendalam mengenai urgensi pendirian ABN. Ia memaparkan bahwa Indonesia, dengan anugerah lebih dari 1500 jenis buah yang tersebar dari Sabang hingga Merauke, sesungguhnya memiliki potensi agribisnis buah yang luar biasa besar. Namun, realitasnya, Indonesia masih tertinggal jauh dalam hal pengelolaan dan ekspor buah dibandingkan negara-negara tetangga seperti Thailand, Vietnam, dan Malaysia. “Meskipun kita memiliki kekayaan buah yang tak terhingga, manajemen pasca-panen, inovasi produk, serta strategi ekspor kita masih jauh di bawah standar kompetitor regional. Negara-negara tetangga kita telah membuktikan bahwa dengan pengelolaan yang tepat, buah dapat menjadi komoditas ekspor unggulan yang mendatangkan devisa besar,” ungkap Prof. Reza dengan nada prihatin.
Prof. Reza menegaskan bahwa ABN tidak akan berfokus pada hortikultura umum, melainkan secara spesifik pada pengembangan buah tropis dan subtropis. Pilihan fokus ini bukan tanpa alasan. Buah-buahan tropis dan subtropis Indonesia, seperti manggis, durian, salak, rambutan, alpukat, dan nangka, memiliki cita rasa dan karakteristik unik yang sangat diminati di pasar internasional. Namun, potensi ini belum sepenuhnya tergali karena keterbatasan pengetahuan, teknologi, dan sumber daya manusia yang ahli dalam pengelolaan spesifik jenis buah-buahan tersebut. “ABN akan menjadi pionir dalam pendidikan vokasi yang mendalam dan spesifik, mencetak para ahli yang benar-benar memahami seluk-beluk setiap jenis buah, dari pembibitan hingga pemasaran internasional,” tambahnya.
Visi ABN sungguh ambisius dan berjangka panjang: menjadikan Indonesia sebagai negara eksportir buah terbesar di dunia. Target yang ditetapkan adalah pada tahun 2045, Indonesia tidak hanya mampu menyamai, tetapi bahkan melampaui negara-negara ASEAN lainnya dalam industri buah global. Ini bukan sekadar impian, melainkan sebuah rencana strategis yang didukung oleh keyakinan akan potensi tak terbatas Indonesia. “Jawa Timur, sebagai salah satu produsen buah terbesar di Indonesia, akan menjadi episentrum bagi gerakan ini. Peran ABN sangat krusial dalam melahirkan anak-anak muda ahli madya buah yang akan menjadi tulang punggung industri ini di masa depan, mengisi kekosongan tenaga profesional yang selama ini kita rasakan,” papar Prof. Reza, menyoroti peran strategis Jawa Timur dan lulusan ABN.
Sistem pendidikan di ABN dirancang secara komprehensif untuk membekali mahasiswa dengan pengetahuan mendalam dan keterampilan praktis yang relevan agar mereka siap terjun langsung ke dunia industri buah. Konsep pembelajaran ini tidak hanya terbatas pada teori di kelas, melainkan sangat mengedepankan pembelajaran berbasis lapangan. Mahasiswa akan mendapatkan kesempatan emas untuk berinteraksi langsung dengan para petani buah, mengunjungi perkebunan modern, serta terlibat dalam seluruh mata rantai nilai industri buah, mulai dari proses budidaya, panen, pasca-panen, pengemasan, hingga strategi pemasaran dan ekspor.
Lebih dari itu, ABN juga akan menerapkan sistem asrama, sebuah pendekatan yang tidak hanya mendukung pengembangan keterampilan praktis tetapi juga membentuk karakter mahasiswa. Kehidupan berasrama diharapkan mampu menumbuhkan nilai-nilai kedisiplinan, kemandirian, tanggung jawab, serta kemampuan bekerja sama dalam tim. Lingkungan asrama juga akan menjadi wadah inkubasi bagi ide-ide inovatif dan semangat kewirausahaan di kalangan mahasiswa. Mereka akan didorong untuk mengembangkan proyek-proyek inovatif, menciptakan produk-produk olahan buah bernilai tambah, dan bahkan merintis startup di bidang agribisnis buah.
Melalui kolaborasi strategis antara Akademi Buah Nusantara dan UPN Veteran Jawa Timur ini, diharapkan Indonesia akan lebih mampu mengelola dan memanfaatkan potensi buah tropis dan subtropis yang melimpah ruah. Dengan hadirnya generasi ahli buah yang kompeten, Indonesia akan memiliki daya saing yang kuat di pasar global, tidak hanya sebagai pengekspor bahan mentah, tetapi juga sebagai produsen produk olahan buah bernilai tinggi. Kemitraan ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan pertanian Indonesia, yang tidak hanya akan meningkatkan pendapatan petani, tetapi juga menciptakan lapangan kerja baru, mendorong pertumbuhan ekonomi pedesaan, dan memperkuat ketahanan pangan nasional. ABN dan UPN Jawa Timur bersama-sama berkomitmen untuk menghasilkan generasi muda yang tidak hanya siap mengelola, tetapi juga memajukan industri buah Indonesia ke panggung dunia, mewujudkan visi Indonesia sebagai kiblat buah tropis global.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id