Nasional

Mensos Gus Ipul Pimpin Komitmen Negara: Santri Korban Ponpes Al-Khoziny Bangkit dengan Dukungan Penuh dan Jaminan Masa Depan

Sidoarjo, Jawa Timur – Dalam sebuah kunjungan yang sarat makna dan harapan, Menteri Sosial (Mensos) Saifullah Yusuf, atau yang akrab disapa Gus Ipul, didampingi oleh Komisi Nasional Disabilitas (KND), menyambangi kediaman Syaifur Rosi Abdillah, seorang santri yang menjadi korban pilu ambruknya bangunan Pondok Pesantren Al-Khoziny di Buduran, Desa Sumokali, Kecamatan Candi, Sidoarjo. Kunjungan pada Selasa (2/1) siang itu bukan sekadar formalitas, melainkan penegasan komitmen penuh negara untuk memastikan pemulihan dan masa depan yang cerah bagi Rosi, yang kini harus beradaptasi dengan kondisi baru setelah salah satu kakinya diamputasi akibat tertimpa reruntuhan.

Insiden tragis yang terjadi pada Senin, 29 September lalu, sekitar pukul 15.00 WIB, saat para santri tengah menunaikan salat Ashar, telah mengubah sekejap masa depan Rosi. Beban lantai empat yang baru dicor diduga menjadi penyebab utama runtuhnya struktur bangunan, menimpa puluhan santri yang berada di lantai dasar. Rosi, salah satu korban yang paling parah, menunjukkan ketabahan luar biasa di tengah ujian berat ini. Semangatnya yang tak padam menjadi inspirasi bagi banyak pihak, memicu gelombang dukungan dan perhatian dari berbagai elemen masyarakat, terutama pemerintah.

Sekitar pukul 10.00 WIB, Gus Ipul tiba di kediaman Rosi, disambut dengan suasana haru bercampur optimisme. Dengan senyum ramah dan tatapan penuh empati, ia duduk di samping tempat tidur Rosi, meluangkan waktu untuk berbicara hangat dengan sang santri dan keluarganya. Interaksi tersebut tidak hanya menghadirkan kehangatan personal, tetapi juga membawa pesan kuat tentang kehadiran negara. Gus Ipul memastikan bahwa seluruh kebutuhan Rosi, mulai dari layanan kesehatan yang komprehensif, pendampingan sosial berkelanjutan, hingga jaminan pendidikan agar masa depannya tetap terjaga, akan dipenuhi sepenuhnya oleh pemerintah.

"Alhamdulillah, kondisi adik kita Rosi terus membaik. Semangatnya luar biasa. Ia adalah contoh nyata keteguhan hati anak muda yang tidak menyerah pada keadaan, bahkan setelah mengalami musibah yang begitu berat," ujar Gus Ipul dengan nada penuh apresiasi. Ia menekankan bahwa Rosi adalah simbol ketahanan, dan negara tidak akan membiarkannya berjuang sendirian.

Mensos menjelaskan bahwa penanganan musibah ini merupakan implementasi langsung dari arahan Presiden Prabowo Subianto, yang menginstruksikan seluruh unsur pemerintah untuk bekerja bersama. Sinergi lintas kementerian dan lembaga menjadi kunci utama, melibatkan Kementerian Sosial (Kemensos), Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Kemenko PMK), Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Badan SAR Nasional (Basarnas), pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten, hingga Komisi Nasional Disabilitas (KND). "Presiden berpesan agar semua bergerak bersama, bahu-membahu. Semua hadir untuk memastikan korban tidak sendirian dan mendapatkan penanganan yang holistik," tegas Gus Ipul, menunjukkan komitmen puncak dari kepemimpinan nasional.

Mensos Gus Ipul Pimpin Komitmen Negara: Santri Korban Ponpes Al-Khoziny Bangkit dengan Dukungan Penuh dan Jaminan Masa Depan

Kemensos, sebagai garda terdepan dalam perlindungan sosial, telah dan akan terus berkoordinasi erat dengan Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Pemerintah Kabupaten Sidoarjo. Koordinasi ini mencakup penyediaan dukungan perlindungan sosial yang mencakup berbagai aspek kehidupan Rosi. Bantuan sekolah berkelanjutan, yang meliputi beasiswa, alat tulis, seragam, dan kebutuhan pendidikan lainnya, dipastikan agar Rosi dapat melanjutkan studinya tanpa hambatan finansial. Selain itu, kebutuhan pokok sehari-hari keluarga Rosi juga menjadi perhatian utama, termasuk bantuan pangan, sandang, dan jaminan kesehatan yang mencakup seluruh biaya perawatan medis serta terapi pasca-amputasi.

Lebih dari sekadar penanganan darurat, Kemensos juga telah menyiapkan program rehabilitasi sosial yang komprehensif. Program ini dirancang untuk membantu Rosi dan keluarganya beradaptasi dengan kehidupan baru pasca-musibah. "Yang paling penting adalah semangat anaknya tetap hidup, dan keluarga siap menerima serta mendukung sepenuhnya. Rehabilitasi sosial tidak hanya fokus pada pemulihan fisik semata, tapi juga menyentuh aspek hati, psikologis, dan lingkungan sosial agar Rosi dapat kembali berinteraksi dengan percaya diri," papar Gus Ipul, menyoroti pendekatan holistik dalam pemulihan. Ini termasuk konseling psikologis untuk Rosi dan keluarganya, pelatihan keterampilan sosial, serta pendampingan untuk mengatasi stigma atau hambatan yang mungkin timbul.

Dalam kesempatan yang sama, Komisioner Komisi Nasional Disabilitas (KND), Jonna Aman Damanik, turut menegaskan bahwa kondisi kedisabilitasan bukanlah akhir dari perjalanan hidup seseorang. Ia memastikan bahwa negara hadir sebagai penjamin masa depan korban, memastikan bahwa setiap individu, termasuk Rosi, memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang dan berkontribusi. "Kami memastikan bahwa proses rehabilitasi dan intervensi medis yang diberikan tidak akan menghambat masa depan anak-anak, justru harus menjadi katalisator agar masa depan mereka menjadi lebih baik dan lebih bermakna," ujarnya dengan penuh keyakinan.

Jonna juga memberikan detail penting mengenai bantuan kaki palsu fungsional yang akan didapatkan Rosi. Kaki palsu ini bukan sekadar alat bantu gerak biasa, melainkan dirancang khusus untuk mengembalikan mobilitas dan kepercayaan diri Rosi secara optimal. "Kalau adik Rosi kehilangan kaki kiri, maka tugas kami adalah memastikan alat bantu yang tepat, yang tidak hanya estetis tetapi juga fungsional, untuk mengurangi hambatan itu. Setelahnya, akan ada pelatihan adaptasi tubuh dan mobilitas intensif agar ia bisa kembali beraktivitas dengan percaya diri, mengejar impiannya tanpa merasa terkekang," jelas Jonna. Proses pembuatan kaki palsu fungsional ini diperkirakan akan berlangsung sekitar tiga bulan, dengan pendampingan penuh dari Sentra Rehabilitasi Sosial Kementerian Sosial, yang akan melibatkan tim ahli prostetik, fisioterapis, dan psikolog.

Musibah ambruknya Pondok Pesantren Al-Khoziny menjadi pengingat penting akan urgensi standar keselamatan bangunan, terutama fasilitas publik seperti pondok pesantren yang menampung banyak orang. Dugaan sementara bahwa beban lantai empat yang baru dicor menyebabkan struktur pondasi tidak kuat menahan tekanan, menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak. Pemerintah daerah dan instansi terkait diharapkan dapat melakukan audit keselamatan bangunan secara berkala, tidak hanya di pondok pesantren tetapi juga di fasilitas pendidikan lainnya, untuk mencegah terulangnya insiden serupa.

Kunjungan Gus Ipul ini bukan hanya tentang Syaifur Rosi Abdillah semata, tetapi juga tentang pesan yang lebih luas: bahwa pemerintah akan selalu hadir untuk rakyatnya, terutama mereka yang sedang menghadapi musibah dan kesulitan. Komitmen untuk memberikan dukungan penuh dan komprehensif ini diharapkan dapat menjadi fondasi bagi Rosi untuk bangkit, menatap masa depan dengan optimisme, dan membuktikan bahwa keterbatasan fisik tidak akan menghalangi seseorang untuk meraih cita-citanya. Negara memastikan, Rosi tidak sendirian dalam perjalanan panjang pemulihannya.

Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Mensos Gus Ipul Pimpin Komitmen Negara: Santri Korban Ponpes Al-Khoziny Bangkit dengan Dukungan Penuh dan Jaminan Masa Depan

Related Articles