Misi Dagang Jatim-Sulteng Ukir Sejarah: Rp1,542 Triliun Terakumulasi, Khofifah Pimpin Penguatan Ekonomi Nasional Berkelanjutan

Surabaya (rakyatindependen.id) – Gubernur Jawa Timur, Khofifah Indar Parawansa, sekali lagi menorehkan prestasi gemilang yang patut dibanggakan. Melalui gelaran Misi Dagang dan Investasi antara Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Sulawesi Tengah, yang diselenggarakan di Best Western Plus Coco, Kota Palu, pada Sabtu, 18 Oktober 2025, terjadi lonjakan transaksi yang mencengangkan, mencapai rekor baru dalam upaya penguatan ekonomi antarwilayah. Kegiatan strategis ini sukses membukukan total transaksi final yang fantastis, yaitu sebesar Rp 1.542.632.334.000, atau lebih dari 1,5 triliun rupiah, per pukul 17.00 WITA. Angka monumental ini menunjukkan peningkatan drastis, lebih dari 14 kali lipat, dibandingkan dengan misi dagang sebelumnya yang dilaksanakan pada 23 Februari 2022, yang kala itu mencatatkan transaksi senilai Rp 104,92 miliar.
"Alhamdulillah, saat ditutup pukul 17.00 WITA, total transaksi mencapai Rp 1,542 Triliun lebih. Tercatat Jawa Timur berhasil menjual produk-produk unggulannya senilai Rp 1,297 triliun lebih, sekaligus melakukan pembelian dari Sulawesi Tengah senilai Rp 245,09 miliar. Pencapaian ini bukan sekadar angka, melainkan menjadi titik tolak yang kuat bagi kita untuk membangun penguatan bersama di semua sektor ekonomi," ujar Khofifah dengan nada optimis. Ia menambahkan bahwa misi dagang Jatim-Sulteng 2025 ini merupakan pelaksanaan kesembilan oleh Pemerintah Provinsi Jawa Timur di Tahun 2025, sekaligus menjadi misi dagang ke-45 yang sukses dipimpin oleh Pemprov Jatim di bawah kepemimpinan Gubernur Khofifah. Capaian fantastis ini, menurutnya, merupakan bukti nyata tingginya potensi ekonomi dan daya beli dari para pelaku usaha (Seller dan Buyer) dari kedua provinsi yang saling melengkapi.
Dalam misi dagang kali ini, sejumlah komoditas unggulan dari Jawa Timur tampil sebagai primadona transaksi, menunjukkan daya saing dan kualitas produk-produk lokal. Produk-produk yang diminati secara signifikan meliputi berbagai sektor vital. Dari sektor konstruksi dan infrastruktur, bahan bangunan menjadi salah satu komoditas utama yang banyak dicari. Sektor pertanian juga menunjukkan kekuatan dengan benih tanaman hortikultura berkualitas tinggi. Sementara itu, industri makanan dan minuman olahan mencatat transaksi besar untuk susu dan olahan daging, serta daging sapi segar. Kebutuhan pakan ternak juga terpenuhi dengan pakan ikan dan pakan udang dari Jatim. Daging ayam dan karkas ayam turut menjadi komoditas penting. Selain itu, produk-produk industri seperti mesin las dan mesin pengurai sabut kelapa menunjukkan inovasi teknologi dari Jatim. Tidak ketinggalan, buah-buahan segar seperti apel dan jeruk, bahan pangan pokok seperti beras dan tepung mocaf, serta pemanis alami berupa gula merah (brown sugar) juga laris manis. Terakhir, alat olahraga turut melengkapi daftar panjang komoditas yang diminati, mencerminkan kebutuhan akan gaya hidup sehat.
Di sisi lain, untuk memperkuat sinergi ekonomi dua arah, pelaku usaha Jawa Timur juga aktif melakukan transaksi pembelian atas sejumlah komoditas unggulan dari Sulawesi Tengah. Komoditas ini mencakup kopi arabika natura, yang dikenal dengan cita rasa khasnya, kelapa bulat, serta beragam hasil laut segar seperti ikan kembung, tuna, dan bandeng. Produk perkebunan seperti kelapa dan kemiri, serta rotan asalan yang menjadi bahan baku industri kerajinan, juga menjadi fokus pembelian, menunjukkan potensi besar Sulteng sebagai pemasok bahan baku berkualitas.
Gubernur Khofifah lebih lanjut menjelaskan bahwa, berdasarkan data Perdagangan Antar Wilayah Jawa Timur dengan seluruh Provinsi pada tahun 2022, total nilai Perdagangan Provinsi Jawa Timur dengan Provinsi Sulawesi Tengah mencapai angka Rp 4,693 triliun. Data ini terbagi menjadi nilai bongkar (pembelian dari Sulawesi Tengah) sebesar Rp 1,357 triliun dan nilai muat (penjualan ke Sulawesi Tengah) sebesar Rp 3,336 triliun. Dengan demikian, neraca perdagangan Jawa Timur terhadap Sulawesi Tengah mencatatkan surplus yang signifikan sebesar Rp 1,978 triliun, menegaskan posisi Jatim sebagai eksportir utama dalam hubungan dagang bilateral ini.
Analisis lebih mendalam terhadap komposisi perdagangan tahun 2022 menunjukkan bahwa lima komoditas utama yang dijual Jatim ke Sulteng adalah motor dan generator DC berdaya kurang dari atau sama dengan 37,5 watt, menyumbang 29,85% dari total penjualan; tembakau dan produk pengganti tembakau sebesar 22,17%; ubin dan paving keramik dengan 12,55%; lori crane dan mobil derek sebesar 8,99%; serta trailer dan semi-trailer lainnya yang berkontribusi 4,50%. "Secara keseluruhan, kelima komoditas utama ini memegang peranan krusial, berkontribusi sebesar 78% terhadap total penjualan Jawa Timur ke Sulawesi Tengah, menunjukkan dominasi Jatim dalam pasokan produk-produk industri dan manufaktur," jelas Khofifah.
Sementara itu, lima komoditas utama yang mendominasi pembelian Jawa Timur dari Sulawesi Tengah pada periode yang sama meliputi tanaman bahan wewangian, farmasi, dan insektisida dengan persentase yang sangat tinggi, yakni 91,52%; kakao sebesar 1,91%; kayu gelondongan non-konifera sebesar 1,88%; barang dari plastik untuk pengemasan sebesar 1,77%; dan buah-buahan tropis dan subtropis sebesar 1,74%. Komoditas-komoditas ini secara kolektif menyumbang 97,6 persen dari total pembelian Jawa Timur, menyoroti ketergantungan Jatim pada bahan baku dan produk pertanian tertentu dari Sulteng.
Di sisi lain, Gubernur Khofifah juga meyakini bahwa pertemuan Misi Dagang ini bukan sekadar berakhir pada transaksi jual beli semata. Lebih dari itu, ia berharap kerja sama yang telah tertuang dalam Perjanjian Kerja Sama (PKS) antar Perangkat Daerah di kedua provinsi akan terus berlanjut dan menghasilkan dampak yang berkelanjutan. Ia mencontohkan, Jawa Timur telah berhasil mengembangkan total 293 Desa Devisa yang telah mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI). Melalui SK oleh LPEI tersebut, Desa Devisa akan memperoleh berbagai nilai tambah yang signifikan, seperti pembinaan intensif, penguatan desain produk agar sesuai dengan tren pasar global, penguatan modal usaha, dan yang terpenting, akses pasar yang lebih luas.
"Sulawesi Tengah memiliki kekayaan budaya berupa kain tenun dan kain songket yang saya rasa akan memiliki kekuatan atau potensi besar untuk dijadikan Desa Devisa. Nantinya, desa-desa ini akan mendapatkan penguatan berupa akses market yang lebih luas, penguatan modal, dan bantuan dalam pengembangan desain sesuai dengan tren kebutuhan pasar global," jelas Khofifah, menyoroti bagaimana pengalaman Jatim bisa direplikasi di Sulteng untuk memberdayakan masyarakat pedesaan.
Potensi lain yang dinilai sangat memungkinkan untuk dikembangkan adalah penguatan Perhutanan Sosial. Khofifah meyakini bahwa program Perhutanan Sosial di Sulawesi Tengah masih bisa didorong dan ditingkatkan cakupannya serta volumenya, memberikan manfaat ekonomi dan ekologi yang lebih besar bagi masyarakat setempat. "Intinya, kita sama-sama berproses. Kita tidak boleh anti perubahan. Ditambah kehadiran jajaran Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Jatim dan Sulteng di sini sebagai penggerak ekonomi akan menjadi bagian penguat, bahkan lokomotif dari proses pembangunan di masing-masing daerah," lanjutnya, menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah dan sektor BUMD.
Kekuatan baru yang juga sangat berpotensi untuk dikembangkan adalah komoditas Durian Musang King yang berhasil tumbuh subur di Sulawesi Tengah. Gubernur Khofifah menuturkan, fakta menarik bahwa sekitar 85 persen kebutuhan Durian Musang King di Jawa Timur masih dipenuhi dari impor. Sementara itu, hasil panen Durian Musang King di Sulawesi Tengah telah mampu merambah pasar ekspor internasional. "Sehingga sangat dimungkinkan bahwa melalui pertemuan ini kemudian membuka pintu perdagangan baru, di mana Durian jenis Musang King dari Sulawesi Tengah sangat potensial untuk memenuhi kebutuhan pasar Jatim dan bahkan memperkuat posisi Indonesia di pasar durian global," ucapnya optimis, melihat peluang besar untuk mengurangi impor dan meningkatkan perdagangan domestik.
Di akhir sambutannya, Gubernur Khofifah berharap agar nantinya Provinsi Sulawesi Tengah akan mampu bertandang ke Jawa Timur untuk melakukan misi dagang serupa, menciptakan siklus kolaborasi yang berkelanjutan. "Banyak potensi-potensi yang kita temu kenali di dalam Misi Dagang ini. Sehingga kerja sama antar dinas dan antar Gubernur menjadi bagian penting untuk bisa kita tindak lanjuti bersama, demi kemajuan bersama," pesan Gubernur Khofifah. "Terima kasih kepada seluruh pelaku usaha yang turut hadir hari ini. Mudah-mudahan terus memberikan penguatan ekonomi dan kesejahteraan bagi masyarakat di kedua provinsi," katanya, mengapresiasi partisipasi aktif dari sektor swasta.
Sementara itu, Gubernur Sulawesi Tengah, Anwar Hafid, mengaku sangat optimis akan adanya hal-hal konkret yang bisa dikerjasamakan secara intensif antara Sulteng dan Jawa Timur. Sulteng, disebutnya, memiliki potensi sumber daya alam yang sangat besar, namun masih memerlukan pendampingan dan peningkatan kualitas produk serta sumber daya manusia agar dapat bersaing lebih baik. "Terima kasih sebesar-besarnya kepada Ibu Gubernur Khofifah yang telah menginisiasi kerja sama ini sehingga di samping punya potensi, kami juga bisa berkembang lebih baik lagi dan mendapatkan nilai tambah," ujar Gubernur Anwar. Ia bahkan mengaku sangat senang karena bisa bertemu dan belajar langsung dengan Gubernur Khofifah, terutama dalam hal bagaimana potensi-potensi lokal seperti Durian Musang King yang ada di Sulteng, nantinya bisa dikembangkan lebih lanjut untuk mendapatkan nilai tambah ekonomi yang maksimal.
Dalam kesempatan yang bersejarah itu, dilakukan Penandatanganan Perjanjian Kerja Sama (PKS) antara Organisasi Perangkat Daerah (OPD) Jatim dengan OPD Sulteng, sebagai bentuk penguatan sinergi dan kolaborasi antar kedua daerah di berbagai sektor. Penandatanganan dilakukan oleh perwakilan dari Disperindag Provinsi Jatim dan Provinsi Sulteng, Dinas Koperasi, UKM Provinsi Jatim dan Sulteng, Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Jatim dan Provinsi Sulteng, Dinas Peternakan Provinsi Jatim dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulteng, dan Dinas Perkebunan Provinsi Jatim dengan Dinas Perkebunan dan Peternakan Provinsi Sulteng.
Selanjutnya, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim dengan Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Provinsi Sulteng, Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Jatim dengan Dinas Pangan Daerah Provinsi Sulteng, Dinas PMD Provinsi Jatim dan Sulteng, Dinas Kehutanan Jatim dan Sulteng, DPMPTSP Jatim dan Sulteng, serta Diskominfo Jatim dan Sulteng. Penandatanganan PKS juga dilakukan antara Kamar Dagang dan Industri (KADIN), Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI), Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI), dan Forum Komunikasi Antar Sentra (FORKAS) dari Provinsi Jatim dan Sulteng, menandakan komitmen kuat dari sektor swasta dan organisasi pengusaha untuk turut serta dalam pengembangan ekonomi regional.
Sebagai informasi tambahan, dalam Misi Dagang Jatim-Sulteng ini juga mencatatkan nilai transaksi tertinggi oleh beberapa pelaku usaha yang menunjukkan skala investasi dan perdagangan yang luar biasa. Di antaranya adalah transaksi antara Asosiasi Pelaku Usaha Peternakan Jatim asal Mojokerto dengan Asosiasi Pelaku Usaha Peternakan Sulteng asal Kota Palu, dengan komoditi Susu Sapi, Daging Ayam, Daging Sapi, dan Daging Olahan senilai Rp 919 Miliar per tahun. Kemudian, transaksi antara CV. RUM SEAFOOD dengan CV. ANDI FITRI REZKIANA untuk komoditi 900 ton ikan kembung, 720 ton tuna loin, dan 300 ton bandeng, senilai Rp 96,3 miliar per tahun. Kedua transaksi ini menjadi bukti nyata potensi kolaborasi dan pasar yang sangat besar antara kedua provinsi.
[tok/suf]
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id