Kota Madiun diguncang oleh sebuah misteri yang menyelimuti hilangnya seorang gadis muda, Renanda Maharani Kharisma Wardhana (20), warga Kelurahan Tawangrejo, Kecamatan Kartoharjo. Sejak Senin malam, 4 November 2025, Renanda tak kunjung kembali ke rumah setelah berpamitan untuk mengaji. Sebuah kejadian yang awalnya dianggap biasa, kini telah memasuki hari kesembilan pencarian, menyisakan duka mendalam dan tanda tanya besar bagi keluarga serta pihak berwenang. Ibu Renanda, Winda Purwati, dengan suara bergetar dan mata sembap, membagikan kronologi peristiwa yang mengubah hidup keluarganya menjadi sebuah penantian panjang yang penuh kecemasan.
Pada hari Senin yang nahas itu, sekitar pukul 20.30 WIB, Renanda berpamitan kepada kedua orang tuanya. Seperti malam-malam biasanya, ia akan pergi mengaji ke sebuah tempat yang rutin dikunjunginya. Tidak ada firasat aneh yang dirasakan Winda maupun sang suami. Renanda adalah anak tunggal yang dikenal pendiam, penurut, dan tidak memiliki masalah berarti di rumah maupun lingkungan sosialnya. Setelah pamit mengaji, ia sempat mengatakan akan mampir ke Toko Samudra untuk membeli sabun, sebuah keperluan rumah tangga yang juga sering ia lakukan. Dengan mengendarai sepeda listrik kesayangannya, merek Goda berwarna hijau toska, Renanda meninggalkan rumah, tidak menyadari bahwa itu adalah kali terakhir orang tuanya melihatnya.
Waktu terus berjalan. Jarum jam menunjukkan pukul 23.00 WIB, namun Renanda belum juga kembali. Kekhawatiran mulai merayap di hati Winda. Ia mencoba menghubungi ponsel Renanda, namun tidak ada jawaban. Pikirannya mulai gelisah, namun ia mencoba menepis prasangka buruk, berharap anaknya mungkin masih sibuk mengaji atau ada urusan mendadak. Namun, ketika jam menunjukkan tengah malam, pukul 00.00 WIB, Renanda tetap tidak muncul. Firasat buruk semakin kuat. Winda dan suaminya segera bergegas menuju lokasi pengajian yang biasa dikunjungi Renanda. Setibanya di sana, suasana sudah sepi. "Saya tunggu sampai jam 11 malam belum datang. Sampai jam 12 juga belum datang. Saya ke tempat ngajinya, tapi anaknya sudah tidak ada," tutur Winda, mengenang malam pilu itu, saat ditemui wartawan pada Rabu, 13 November 2025.
Sejak malam itu, kehidupan keluarga kecil di Tawangrejo itu berubah total. Hari-hari mereka dipenuhi dengan pencarian tanpa henti. Winda dan suaminya, yang sama-sama merasakan kepedihan mendalam, tak kenal lelah menyisir setiap sudut Kota Madiun dan wilayah sekitarnya. Mereka mengendarai sepeda motor, menyusuri gang-gang sempit, bertanya kepada setiap orang yang mereka temui, mulai dari lokasi pengajian, Alun-alun Kota Madiun yang biasanya ramai, masjid-masjid besar, hingga ke daerah-daerah tetangga seperti Caruban, Nglames, dan Sidorejo. Setiap jejak, setiap informasi sekecil apa pun, mereka ikuti dengan harapan menemukan Renanda. "Saya sama bapaknya keliling naik motor, sampai ke tiap gang kami cari. Bahkan sudah hubungi semua saudara, tapi belum ketemu," imbuh Winda dengan suara bergetar, air mata kembali membasahi pipinya.
Pencarian yang dilakukan secara mandiri oleh keluarga ini memakan banyak energi dan menguras emosi. Setiap telepon yang berdering membawa secercah harapan, namun seringkali berakhir dengan kekecewaan. Mereka mencoba menghubungi teman-teman Renanda, guru mengajinya, bahkan menyebarkan informasi hilangnya Renanda melalui media sosial dengan harapan jangkauan pencarian bisa lebih luas. Namun, hingga sembilan hari berlalu, Renanda tetap menjadi misteri. Tidak ada pesan, tidak ada kabar, hanya keheningan yang mencekam. Kondisi Renanda yang pendiam membuat keluarga semakin bingung, karena ia bukanlah tipe anak yang sering bepergian jauh atau memiliki masalah yang disembunyikan. Kehilangan ini terasa semakin berat karena Renanda adalah anak tunggal, permata hati keluarga Wardhana.
Menanggapi laporan yang akhirnya masuk ke meja kepolisian, Kanit Reskrim Polsek Kartoharjo, AKP Satriyo Teguh Pranowo, membenarkan bahwa pihaknya telah menerima laporan orang hilang dari keluarga Renanda. Laporan ini menjadi titik awal bagi pihak berwajib untuk turun tangan membantu keluarga dalam upaya pencarian. "Begitu laporan masuk, kami langsung membuat pengumuman ke masyarakat dan melakukan penyelidikan di titik-titik terakhir keberadaan korban," terang AKP Satriyo. Proses penyelidikan segera dimulai dengan intensitas tinggi, mengingat waktu yang telah berlalu sejak hilangnya Renanda.
Pihak kepolisian tidak hanya mengandalkan pengumuman, tetapi juga melakukan serangkaian tindakan taktis. Mereka mulai dengan memeriksa rekaman kamera pengawas (CCTV) di sekitar rute yang mungkin dilewati Renanda, mulai dari rumahnya, jalur menuju tempat mengaji, hingga ke arah Toko Samudra. Setiap detail kecil dari rekaman dianalisis dengan cermat, mencari petunjuk yang mungkin terlewatkan. Selain itu, tim penyidik juga melakukan wawancara mendalam dengan keluarga, tetangga, teman-teman Renanda, serta siapa pun yang mungkin memiliki informasi terkait keberadaannya. Penyisiran wilayah juga diperluas, berkoordinasi dengan Polsek di wilayah-wilayah perbatasan Kota Madiun dan kabupaten sekitarnya. AKP Satriyo menambahkan bahwa pihaknya telah menerima beberapa laporan terkait kemunculan sosok dengan ciri-ciri serupa di beberapa wilayah. Setiap laporan tersebut ditindaklanjuti dengan cepat dan cermat, meskipun hingga kini belum ada yang mengarah pada penemuan Renanda.
"Kami terus mempersempit area pencarian dari lingkar besar hingga ke titik-titik kecil. Kami juga bekerja sama dengan unit-unit lain dan masyarakat untuk memperluas jangkauan informasi. Mudah-mudahan segera ditemukan," pungkas AKP Satriyo, menunjukkan komitmen kepolisian dalam menangani kasus ini. Tantangan dalam pencarian ini cukup besar, mengingat area yang luas dan minimnya petunjuk langsung. Namun, pihak kepolisian optimistis dan terus berupaya maksimal. Mereka juga mengimbau masyarakat untuk tetap waspada dan segera melaporkan jika menemukan informasi sekecil apa pun yang berkaitan dengan Renanda.
Saat terakhir terlihat, Renanda mengenakan gamis berwarna merah marun yang menjadi salah satu pakaian favoritnya. Ciri-ciri ini sangat penting untuk disebarluaskan agar masyarakat dapat dengan mudah mengenalinya. Selain gamis dan sepeda listrik Goda hijau toska, Renanda juga dikenal memiliki postur tubuh sedang, rambut hitam lurus, dan kulit sawo matang. Sosoknya yang pendiam namun ramah, membuat kepergiannya tanpa jejak ini semakin mengundang keprihatinan banyak pihak. Berita hilangnya Renanda juga telah menyebar luas di berbagai platform media sosial, memicu gelombang simpati dan doa dari masyarakat yang turut prihatin. Banyak warganet yang ikut membagikan informasi Renanda, berharap kekuatan kolektif dapat membantu menemukan gadis muda ini.
Bagi Winda dan suaminya, setiap hari adalah perjuangan melawan rasa cemas dan harapan yang kadang pupus. Mereka tidak bisa tidur nyenyak, tidak bisa makan dengan tenang. Setiap sudut rumah mengingatkan mereka pada putri semata wayangnya. Foto-foto Renanda kini menjadi pengingat pahit akan kebahagiaan yang mendadak direnggut. "Kami sekeluarga sangat menunggu. Mohon bantuan semua pihak agar anak kami bisa segera ditemukan," tutup Winda, dengan mata berkaca-kaca, memohon belas kasihan dan bantuan dari seluruh lapisan masyarakat. Ia berharap, keajaiban akan terjadi, dan Renanda bisa kembali pulang dalam keadaan selamat.
Keluarga berharap bagi siapa pun yang mengetahui keberadaan Renanda Maharani Kharisma Wardhana agar segera menghubungi nomor darurat kepolisian 110 atau langsung menghubungi Polsek Kartoharjo di nomor telepon (0351) 456789 (nomor fiktif untuk tujuan contoh). Informasi sekecil apa pun dapat menjadi kunci penting dalam mengungkap misteri hilangnya Renanda dan mengembalikannya ke pelukan keluarganya yang kini hidup dalam kegelisahan tiada henti. rakyatindependen.id
