Misteri Kerangka Perempuan Tanpa Identitas di Hutan Nglanduk Madiun Menggemparkan Warga dan Memicu Penyelidikan Mendalam.

Penemuan kerangka manusia yang tak dikenal di kedalaman hutan Desa Nglanduk, Kecamatan Wungu, Kabupaten Madiun, telah menggemparkan warga setempat dan memicu serangkaian penyelidikan intensif oleh aparat kepolisian. Kerangka yang ditemukan di kawasan hutan Petak 202A RPH Bludru BKPH Mojorayung, sebuah lokasi yang cukup terpencil di Dusun Bribis, secara tentatif diduga berjenis kelamin perempuan, menambah lapisan misteri pada kasus yang memilukan ini. Peristiwa ini bukan hanya menimbulkan keresahan, tetapi juga menjadi pengingat akan kerapuhan identitas dan tantangan dalam memecahkan teka-teki forensik di tengah alam bebas.
Kapolsek Wungu, AKP Agus Priyanto, menjelaskan bahwa laporan mengenai penemuan kerangka tersebut diterima pada Kamis pagi pekan lalu, sekitar pukul 06.00 WIB. Pagi itu, seperti biasa, seorang warga yang sedang mencari kroto di sekitar hutan, mendapati pemandangan yang tak terduga dan mengerikan. Di tengah keheningan pagi dan rimbunnya pepohonan, pandangannya tertuju pada gundukan mencurigakan yang ternyata adalah sisa-sisa tulang manusia. Kaget dan terkejut, warga tersebut segera melaporkan temuan tersebut kepada pihak berwajib, yang kemudian segera menggerakkan tim penyelidik.
Menindaklanjuti laporan yang masuk, tim gabungan yang terdiri dari Satuan Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT) dan tim Identifikasi dan Olah Tempat Kejadian Perkara (Inafis) dari Polres Madiun dengan cepat menuju lokasi penemuan. Medan yang cukup sulit dan kondisi hutan yang lebat menjadi tantangan tersendiri bagi petugas. Dengan sigap, area penemuan segera diisolasi dengan garis polisi untuk menjaga keaslian bukti dan mencegah kontaminasi. Proses identifikasi awal di lokasi kejadian dilakukan dengan sangat hati-hati, mengingat kondisi kerangka yang sudah tidak utuh dan terpapar elemen alam dalam waktu yang cukup lama.
Dari hasil pemeriksaan awal yang dilakukan oleh tim Inafis, ditemukan beberapa bagian tulang-belulang yang tersebar, menunjukkan bahwa kerangka tersebut mungkin telah lama berada di lokasi atau terpapar aktivitas hewan liar. Di antara temuan yang paling signifikan adalah tengkorak, dua gigi yang masih utuh, serta satu buah bra atau pakaian dalam wanita. Keberadaan bra ini menjadi petunjuk krusial yang mengarahkan dugaan awal bahwa kerangka tersebut adalah milik seorang perempuan. "Dari temuan bra atau daleman atas tersebut, dugaan sementara kerangka itu berjenis kelamin perempuan. Namun demikian, kami masih menunggu hasil pemeriksaan lebih lanjut dari pihak Inafis," jelas AKP Agus, menekankan bahwa dugaan ini masih memerlukan konfirmasi ilmiah lebih lanjut.
Selain bra, tidak ditemukan pakaian lain yang melekat pada kerangka atau di sekitar lokasi penemuan. Kondisi ini menimbulkan berbagai pertanyaan, apakah pakaian lain telah rusak termakan usia dan cuaca, terbawa arus air, atau mungkin sengaja dilepaskan sebelum atau setelah kematian. Seluruh bagian tulang-belulang yang berhasil dikumpulkan kemudian dievakuasi dengan protokol forensik standar dan sementara dititipkan di Rumah Sakit Paru Dungus. Pemilihan RS Paru Dungus sebagai tempat penitipan dan pemeriksaan forensik lebih lanjut menunjukkan komitmen kepolisian untuk mendapatkan analisis yang paling akurat dari para ahli patologi forensik.

Kapolsek menambahkan bahwa hingga saat ini, identitas korban belum dapat dipastikan dan masih tercatat sebagai ‘Mrs X’ atau Nona X, istilah yang digunakan untuk merujuk pada jenazah wanita tanpa identitas. Situasi ini tentu saja menjadi tantangan terbesar bagi pihak kepolisian. Untuk mempercepat proses identifikasi, AKP Agus Priyanto mengimbau kepada seluruh masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga, terutama yang memiliki ciri-ciri mirip atau yang menghilang di sekitar tahun-tahun sebelumnya, untuk segera melapor ke pihak kepolisian terdekat. "Kami mengimbau kepada masyarakat yang merasa kehilangan anggota keluarga untuk segera melapor ke pihak kepolisian agar bisa dicocokkan dengan hasil pemeriksaan," tegasnya, menyoroti pentingnya peran serta masyarakat dalam membantu mengungkap misteri ini.
Dalam upaya memperkaya data dan menelusuri kemungkinan identitas korban, catatan kepolisian mengungkapkan bahwa sempat ada laporan orang hilang pada tahun 2022 di wilayah tersebut. Laporan ini menjadi salah satu petunjuk awal yang sedang didalami oleh tim penyidik. Namun, hingga saat ini, belum ada kecocokan yang meyakinkan antara data laporan orang hilang tersebut dengan penemuan kerangka di hutan Nglanduk. Proses pencocokan identitas memerlukan data yang sangat spesifik, seperti rekam medis gigi, sampel DNA dari keluarga dekat, atau ciri-ciri khusus lainnya yang mungkin masih dapat dikenali dari sisa-sisa kerangka.
Proses forensik di RS Paru Dungus akan melibatkan berbagai disiplin ilmu. Ahli patologi forensik dan antropolog forensik akan menganalisis setiap fragmen tulang untuk menentukan perkiraan usia korban saat meninggal, tinggi badan, etnis, dan bahkan kemungkinan penyebab kematian jika ada tanda-tanda trauma pada tulang. Analisis gigi akan menjadi kunci penting jika ada data dental records dari laporan orang hilang. Jika kondisi memungkinkan, sampel DNA akan diambil dari tulang atau gigi untuk dibandingkan dengan sampel DNA dari keluarga yang melaporkan kehilangan. Namun, tantangan terbesar adalah degradasi DNA akibat paparan lingkungan yang ekstrem.
Penemuan semacam ini tidak hanya berdampak pada keluarga korban yang mungkin mencari jawaban, tetapi juga pada psikologi masyarakat sekitar. Rasa takut, kecemasan, dan spekulasi seringkali menyertai kasus-kasus tanpa identitas seperti ini. Warga Nglanduk yang sehari-hari berinteraksi dengan hutan, baik untuk mencari hasil hutan maupun sebagai jalur pintas, kini mungkin merasa lebih waspada. Kondisi ini menegaskan kembali betapa pentingnya kerja keras aparat penegak hukum dalam memberikan kejelasan dan keadilan, serta mengembalikan ketenangan di tengah masyarakat. Setiap kasus tanpa identitas adalah sebuah cerita yang belum selesai, sebuah jiwa yang belum mendapatkan peristirahatan yang layak, dan sebuah keluarga yang masih menanti kepastian.
Investigasi yang sedang berlangsung tidak hanya berfokus pada identifikasi korban, tetapi juga untuk mengungkap penyebab dan kronologi kematian. Apakah ini murni kecelakaan, bunuh diri, ataukah ada unsur kejahatan yang melatarbelakanginya? Tim penyidik akan terus menyisir area sekitar lokasi penemuan untuk mencari petunjuk tambahan, sekecil apapun itu. Setiap detail, mulai dari jenis lumut di tulang hingga pola sebaran fragmen, bisa menjadi kepingan puzzle yang penting. "Masih kami dalami dan menunggu hasil identifikasi dari tim Inafis untuk memastikan identitas korban serta mengungkap seluruh fakta di balik penemuan tragis ini," pungkas AKP Agus, menegaskan komitmen kepolisian untuk tidak menyerah hingga misteri ini terpecahkan.
rakyatindependen.id
![]()


