Nasional

Pamekasan Diterjang Banjir dan Bencana Ekstrem: Ribuan Warga Terdampak, Seruan Waspada Mengemuka.

Pamekasan, sebuah kabupaten yang dikenal dengan kekayaan budaya dan pertaniannya di Pulau Madura, Jawa Timur, kembali diuji oleh kekuatan alam. Pada Rabu, 5 November 2025, hujan deras dengan intensitas tinggi yang mengguyur wilayah Pamekasan dan sekitarnya sepanjang hari, memicu serangkaian bencana alam, dengan banjir menjadi ancaman utama yang melumpuhkan sebagian area perkotaan. Peristiwa ini tidak hanya merendam permukiman dan fasilitas umum, tetapi juga menimbulkan kekhawatiran serius akan dampak jangka panjang terhadap kehidupan masyarakat dan infrastruktur daerah.

Titik-titik paling parah yang terdampak banjir di wilayah perkotaan Pamekasan meliputi Desa Jalmak dan Desa Teja, serta Kelurahan Gladak Anyar dan Kelurahan Patemon. Empat wilayah ini, yang merupakan pusat kepadatan penduduk dan aktivitas ekonomi, secara langsung merasakan dampak genangan air yang datang tiba-tiba. Ketinggian air bervariasi, mulai dari 30 hingga 70 centimeter, merendam rumah-rumah warga, fasilitas publik, jalan raya utama, hingga area pertanian yang menjadi tulang punggung perekonomian lokal. Situasi ini mengganggu aktivitas sehari-hari dan memaksa ribuan warga untuk berjuang menghadapi kondisi darurat.

Akhmad Dhofir Rosidi, Plt Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Pamekasan, menyampaikan bahwa genangan air mulai memasuki rumah warga sejak dini hari. "Ketinggian genangan air variatif, antara 30 hingga 70 centimeter (cm) merendam rumah warga, jalan raya hingga area pertanian," ujarnya pada Kamis, 6 November 2025, sehari setelah bencana terjadi. Ia menambahkan, kondisi ini memaksa sebagian warga untuk segera mengevakuasi barang-barang berharga mereka ke tempat yang lebih tinggi, mengantisipasi potensi kenaikan debit air yang lebih ekstrem jika hujan tak kunjung reda. Keputusan evakuasi dini ini mencerminkan trauma masyarakat akan banjir-banjir sebelumnya yang kerap melanda Pamekasan.

Dampak banjir kali ini terasa begitu mendalam. Di Desa Jalmak, misalnya, puluhan rumah yang berada di dataran rendah terendam hingga setinggi pinggang orang dewasa. Warga harus bergotong royong mengangkat perabotan dan peralatan elektronik ke tempat yang aman. Anak-anak sekolah terpaksa diliburkan karena akses jalan menuju sekolah terputus oleh genangan air. Kondisi serupa terjadi di Desa Teja, di mana areal persawahan yang baru ditanami padi ikut terendam, menimbulkan kerugian besar bagi petani yang baru saja memulai musim tanam. Harapan akan panen yang baik kini terancam oleh lumpur dan genangan air.

Kelurahan Gladak Anyar dan Patemon, yang merupakan area padat penduduk di pusat kota, juga tidak luput dari amukan banjir. Jalan-jalan protokol yang biasanya ramai kini sepi dan digenangi air kecoklatan. Beberapa toko dan warung terpaksa tutup, menghentikan roda perekonomian lokal. Para pedagang kecil yang bergantung pada pendapatan harian merasa terpukul dengan kondisi ini. Kendaraan roda dua maupun roda empat kesulitan melintas, bahkan beberapa di antaranya mogok akibat nekat menerobos genangan air yang cukup tinggi. Transportasi umum lumpuh total, mengisolasi beberapa wilayah dari akses perkotaan.

Pamekasan Diterjang Banjir dan Bencana Ekstrem: Ribuan Warga Terdampak, Seruan Waspada Mengemuka.

Menanggapi situasi darurat ini, BPBD Pamekasan segera menerjunkan tim tanggap bencana ke lokasi terdampak. Tim gabungan yang terdiri dari personel BPBD, TNI, Polri, relawan, dan perangkat desa, bekerja tanpa henti untuk melakukan pendataan akurat mengenai jumlah korban dan kerugian materiil. Selain itu, mereka juga membantu proses evakuasi warga yang terjebak atau membutuhkan pertolongan, terutama lansia dan anak-anak. Pemantauan intensif terhadap potensi banjir susulan menjadi prioritas utama, mengingat kondisi cuaca yang masih tidak menentu dan ancaman hujan deras yang mungkin kembali datang sewaktu-waktu.

"Tentu kami juga terus berkoordinasi dengan perangkat desa dan relawan untuk memastikan keselamatan warga dan menyalurkan bantuan awal," jelas Akhmad Dhofir Rosidi. Bantuan awal yang disalurkan meliputi kebutuhan pokok seperti makanan siap saji, air bersih, selimut, dan obat-obatan. Posko-posko pengungsian sementara juga didirikan di beberapa lokasi aman, seperti balai desa atau gedung serbaguna, untuk menampung warga yang rumahnya tidak layak huni atau terlalu berisiko untuk ditinggali selama banjir. Tim medis juga disiagakan untuk memberikan pelayanan kesehatan kepada warga yang mengalami sakit atau luka-luka.

Selain bantuan fisik, dukungan psikososial juga mulai dipertimbangkan, terutama bagi anak-anak dan lansia yang mungkin mengalami trauma akibat bencana. Pengalaman kehilangan harta benda dan ketidakpastian masa depan seringkali meninggalkan bekas mendalam pada kondisi psikologis penyintas. BPBD dan dinas terkait berupaya untuk memastikan bahwa penanganan pasca-bencana tidak hanya berfokus pada pemulihan fisik, tetapi juga pada pemulihan mental dan emosional masyarakat.

Meskipun saat ini beberapa titik genangan air sudah mulai surut, BPBD Pamekasan tetap mengimbau warga agar tetap waspada terhadap berbagai kemungkinan hujan lanjutan. Kondisi tanah yang sudah jenuh air dan sistem drainase yang mungkin belum sepenuhnya pulih dari tumpukan sampah atau sedimen, dapat mempercepat terjadinya banjir kembali. "Tidak kalah penting kami juga mengingatkan agar warga selalu menjaga kebersihan saluran air dengan tidak membuang sampah sembarangan, guna mencegah penyumbatan drainase," pungkas Dhofir Rosidi. Pesan ini menjadi krusial, mengingat salah satu faktor penyebab banjir di Pamekasan adalah kebiasaan membuang sampah sembarangan yang menyumbat aliran sungai dan gorong-gorong.

Upaya jangka panjang untuk mengatasi masalah banjir di Pamekasan juga menjadi fokus pemerintah daerah. Normalisasi sungai, pembangunan tanggul penahan air, serta perbaikan dan pembangunan sistem drainase yang lebih modern dan efektif, adalah beberapa opsi yang sedang dipertimbangkan. Edukasi masyarakat mengenai pentingnya menjaga lingkungan dan mitigasi bencana juga terus digalakkan. Keterlibatan aktif masyarakat dalam program-program kebersihan lingkungan dan pemeliharaan infrastruktur air diharapkan dapat menciptakan Pamekasan yang lebih tangguh terhadap bencana hidrometeorologi.

Banjir di perkotaan Pamekasan ini hanyalah sebagian kecil dari rangkaian bencana alam yang terjadi akibat intensitas hujan deras yang melanda wilayah Pamekasan secara menyeluruh. Peristiwa yang tercatat sebagai cuaca ekstrem ini juga melanda beberapa desa di enam kecamatan berbeda di wilayah setempat, menunjukkan kerentanan Pamekasan terhadap perubahan iklim dan kondisi geografisnya.

Di Dusun Palduding, Desa Plakpak, Kecamatan Pagantenan, dilaporkan terjadi longsor kecil yang menimpa tebing di dekat permukiman warga. Meskipun tidak menimbulkan korban jiwa, longsor tersebut merusak sebagian akses jalan desa dan mengancam beberapa rumah di bawahnya. Warga diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, terutama saat hujan deras berlangsung, karena potensi longsor susulan masih sangat tinggi.

Sementara itu, di Desa Ceguk, Kecamatan Tlanakan, dan Desa Poto’an Laok, Kecamatan Palengaan, angin kencang disertai hujan deras merobohkan beberapa pohon dan merusak atap rumah warga. Kejadian ini menimbulkan kepanikan di kalangan masyarakat, namun beruntung tidak ada korban luka serius yang dilaporkan. BPBD Pamekasan bersama warga dan relawan segera membersihkan puing-puing pohon yang tumbang dan membantu memperbaiki kerusakan ringan pada rumah-rumah warga.

Di Desa Murtajih, Kecamatan Pademawu, juga terjadi genangan air yang cukup signifikan, meskipun tidak separah di wilayah perkotaan. Genangan ini mengganggu aktivitas pertanian dan menghambat akses jalan desa. Kejadian ini menunjukkan bahwa hampir seluruh wilayah Pamekasan memiliki risiko terhadap bencana hidrometeorologi, baik itu banjir, longsor, maupun angin kencang.

Rangkaian bencana ini menjadi pengingat pahit bagi Pamekasan akan urgensi untuk meningkatkan kesiapsiagaan dan mitigasi bencana. Perubahan iklim global yang menyebabkan pola cuaca menjadi lebih ekstrem, seperti curah hujan yang tidak terprediksi dan intensitasnya yang tinggi, menuntut adaptasi yang cepat dan komprehensif dari pemerintah daerah dan masyarakat. Pembangunan infrastruktur yang ramah lingkungan, pengelolaan tata ruang yang bijak, serta peningkatan kapasitas sumber daya manusia dalam menghadapi bencana, adalah langkah-langkah vital yang harus terus diupayakan.

Meskipun tantangan yang dihadapi Pamekasan begitu besar, semangat gotong royong dan kepedulian antarwarga menjadi kekuatan utama dalam menghadapi cobaan ini. Solidaritas masyarakat Madura yang dikenal kuat, terbukti mampu meringankan beban para korban dan mempercepat proses pemulihan. Dengan kolaborasi antara pemerintah, masyarakat, dan berbagai pihak terkait, Pamekasan diharapkan dapat bangkit lebih kuat dan lebih tangguh dari setiap bencana yang melanda. Proses pemulihan pasca-banjir ini akan memakan waktu dan membutuhkan dukungan berkelanjutan, namun dengan tekad yang kuat, Pamekasan akan kembali pulih dan terus berkembang.

rakyatindependen.id

Pamekasan Diterjang Banjir dan Bencana Ekstrem: Ribuan Warga Terdampak, Seruan Waspada Mengemuka.

Related Articles

X

UPDATE YOUR LICENSE

YOUR LICENSE IS EXPIRED, FOR MORE UPDATE YOU MUST RENEW THE LICENSE

YOUR THEME HAVE VULNERABILITY PROBLEM, UPDATE THIS THEME

- Security Fix: Cross Site Scripting (XSS) vulnerability. - Security Fix: Local File Inclusion vulnerability. - Security Fix: PHP Object Injection vulnerability. - Update: Jannah Extensions plugin updated to version 1.1.5 - And Improvements and minor bug fixes.

Update License