Pasuruan Bergerak: Dinkes Ungkap Rendahnya Aktivitas Fisik Warga, Ajak Masyarakat Manfaatkan Program Cek Kesehatan Gratis untuk Hidup Lebih Optimal

Kota Pasuruan menghadapi tantangan serius dalam bidang kesehatan masyarakat, di mana tingkat aktivitas fisik warganya tergolong masih rendah. Temuan ini merupakan salah satu hasil signifikan dari pelaksanaan program nasional Cek Kesehatan Gratis (CKG) yang gencar dilakukan oleh Dinas Kesehatan setempat. Program komprehensif ini, yang telah berjalan selama beberapa bulan terakhir, didesain untuk menjangkau dan memeriksa kondisi kesehatan seluruh kelompok usia, mulai dari bayi baru lahir hingga para lansia, mencerminkan komitmen pemerintah daerah terhadap kesehatan preventif. Data awal ini menjadi alarm penting bagi upaya kesehatan publik di masa mendatang.
Hingga tanggal 25 Oktober 2025, cakupan pelaksanaan CKG di Kota Pasuruan tercatat baru mencapai 35,5 persen dari total target penduduk yang diharapkan. Angka ini, meskipun menunjukkan progres, masih jauh dari ideal dan menandakan perlunya intensifikasi upaya. Data tersebut dihimpun secara cermat dari seluruh pusat kesehatan masyarakat (puskesmas) yang tersebar merata di empat kecamatan di wilayah Kota Pasuruan, memastikan representasi yang cukup luas dari populasi kota. Setiap puskesmas berperan sebagai garda terdepan dalam pengumpulan data krusial ini, yang pada akhirnya akan membentuk peta kesehatan masyarakat Pasuruan.
Kepala Dinas Kesehatan Kota Pasuruan, Shierly Marlena, dalam keterangannya mengungkapkan bahwa total masyarakat yang telah berpartisipasi dan mengikuti program CKG hingga saat ini mencapai 79.007 jiwa. Angka ini masih jauh dari target keseluruhan yang ditetapkan, yakni 222.334 jiwa. "Hasil awal yang kami peroleh dari program CKG ini cukup mengkhawatirkan," ujar Shierly. "Data menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat Kota Pasuruan kurang melakukan aktivitas fisik secara teratur. Lebih lanjut, kami juga menemukan prevalensi kasus obesitas dan hipertensi yang cukup signifikan di berbagai kelompok usia, yang tentunya saling berkaitan erat dengan gaya hidup kurang aktif." Temuan ini menggarisbawahi urgensi intervensi kesehatan yang lebih masif dan terarah.
Kondisi kurangnya aktivitas fisik bukan sekadar masalah gaya hidup, melainkan pemicu utama berbagai penyakit tidak menular (PTM) yang serius. Obesitas, misalnya, meningkatkan risiko penyakit jantung, diabetes tipe 2, stroke, dan bahkan beberapa jenis kanker. Hipertensi, atau tekanan darah tinggi, merupakan faktor risiko utama untuk penyakit jantung dan stroke. Ketika Shierly Marlena menyoroti temuan ini, ia tidak hanya berbicara tentang angka, tetapi juga tentang potensi beban kesehatan yang akan ditanggung individu dan sistem kesehatan di masa depan jika tidak ada perubahan perilaku yang signifikan. CKG menjadi alat vital untuk mendeteksi dini kondisi-kondisi ini, memberikan kesempatan untuk intervensi sebelum penyakit berkembang menjadi lebih parah.
Lebih lanjut, data CKG juga memberikan gambaran rinci mengenai partisipasi berdasarkan kelompok usia, menyoroti area mana yang membutuhkan perhatian lebih. Untuk bayi baru lahir, pelaksanaan CKG telah mencapai 43,3 persen dari target 65 persen. Meskipun mendekati target, angka ini menunjukkan bahwa masih ada celah dalam memastikan semua bayi mendapatkan pemeriksaan kesehatan esensial sejak dini. Pada kelompok anak pra-sekolah, capaiannya mencapai 46,9 persen dari target 50 persen, menunjukkan tingkat partisipasi yang relatif baik namun masih perlu didorong. Pemeriksaan pada usia dini sangat penting untuk memantau tumbuh kembang, imunisasi, dan deteksi dini masalah kesehatan yang dapat mempengaruhi perkembangan anak.

Namun, untuk kelompok usia dewasa dan lansia, persentase partisipasi menunjukkan angka yang lebih rendah dan mengkhawatirkan. Kelompok dewasa baru mencapai 27,7 persen dari total target, sedangkan lansia sedikit lebih tinggi dengan 32,99 persen. Angka-angka ini menjadi sorotan utama karena kelompok dewasa dan lansia merupakan kelompok yang paling rentan terhadap PTM yang diakibatkan oleh gaya hidup, termasuk kurangnya aktivitas fisik. Rendahnya partisipasi pada kelompok ini berarti banyak kasus PTM yang mungkin tidak terdeteksi hingga stadium lanjut, membuat penanganan menjadi lebih sulit dan mahal. Ini juga menunjukkan adanya hambatan dalam akses atau kesadaran akan pentingnya pemeriksaan kesehatan rutin di kalangan usia produktif dan lanjut.
Menurut Shierly, capaian partisipasi CKG yang belum memenuhi target nasional untuk sejumlah kelompok umur ini adalah sesuatu yang harus segera ditingkatkan. "Kami tidak bisa berpuas diri dengan angka saat ini," tegasnya. "Kami terus berupaya keras untuk menjangkau seluruh lapisan masyarakat agar partisipasi dalam program ini bisa meningkat secara signifikan. Setiap individu yang berpartisipasi berarti satu langkah maju dalam membangun Kota Pasuruan yang lebih sehat dan produktif." Peningkatan partisipasi bukan hanya sekadar angka, tetapi cerminan dari peningkatan kesadaran dan tindakan nyata masyarakat terhadap kesehatan mereka sendiri.
Dinas Kesehatan Kota Pasuruan telah menyiapkan berbagai strategi inovatif dan proaktif untuk memperluas jangkauan layanan CKG. Salah satu pendekatan utama adalah dengan memperbanyak kegiatan skrining di tempat-tempat umum yang strategis dan mudah diakses oleh masyarakat luas. Pasar tradisional, sekolah, dan perkantoran menjadi lokasi prioritas untuk kegiatan ini. Dengan membawa layanan kesehatan langsung ke tempat-tempat di mana masyarakat beraktivitas sehari-hari, Dinkes berharap dapat menghilangkan hambatan akses dan waktu, sehingga masyarakat merasa lebih mudah untuk mengakses pemeriksaan. Inisiatif ini juga bertujuan untuk mengintegrasikan pemeriksaan kesehatan sebagai bagian alami dari rutinitas harian warga.
Selain itu, strategi penting lainnya adalah menggandeng organisasi kemasyarakatan dan kader kesehatan yang sudah memiliki ikatan kuat dengan warga. Kader kesehatan, yang seringkali merupakan tokoh masyarakat yang dihormati dan dipercaya, berperan krusial dalam mengedukasi dan mengajak warga secara langsung untuk aktif mengikuti pemeriksaan. Kolaborasi dengan berbagai organisasi kemasyarakatan, mulai dari PKK, karang taruna, hingga kelompok pengajian, diharapkan dapat memperkuat pesan kesehatan dan memperluas jangkauan sosialisasi program. "Kami sangat mendorong kolaborasi lintas sektor ini," kata Shierly. "Kami percaya bahwa dengan sinergi yang kuat antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi, hasilnya bisa lebih optimal dan dampaknya lebih berkelanjutan."
Kolaborasi lintas sektor ini mencakup berbagai pihak, tidak hanya organisasi kemasyarakatan, tetapi juga pihak swasta, lembaga pendidikan, dan bahkan tokoh agama. Misalnya, melibatkan sektor pendidikan untuk mengadakan skrining di sekolah dapat menanamkan kesadaran kesehatan sejak dini. Melibatkan perusahaan swasta melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dapat memperluas sumber daya dan jangkauan layanan. Tokoh agama dapat menggunakan mimbar mereka untuk menyebarkan pesan tentang pentingnya menjaga kesehatan sebagai bagian dari ajaran kebaikan. Pendekatan holistik ini menciptakan ekosistem dukungan kesehatan yang komprehensif, di mana setiap elemen masyarakat merasa memiliki peran dalam meningkatkan derajat kesehatan bersama.
Shierly Marlena menegaskan bahwa program CKG bukan sekadar pemeriksaan rutin biasa. Lebih dari itu, CKG merupakan bagian integral dan sangat penting dari upaya deteksi dini penyakit serta pemetaan risiko kesehatan masyarakat secara keseluruhan. Data yang terkumpul dari program ini menjadi fondasi yang tak ternilai harganya dalam perencanaan kebijakan kesehatan di Kota Pasuruan. "Hasil CKG ini sangat berguna untuk menentukan arah program kesehatan daerah yang lebih tepat sasaran," jelasnya. "Dengan data yang akurat, kami dapat mengelola sumber daya yang terbatas secara lebih efisien dan sesuai dengan kebutuhan riil masyarakat, bukan hanya berdasarkan asumsi."
Deteksi dini melalui CKG memungkinkan identifikasi penyakit pada tahap awal, di mana peluang kesembuhan lebih tinggi dan biaya pengobatan lebih rendah. Misalnya, mendeteksi hipertensi atau diabetes pada fase pre-penyakit memberikan kesempatan untuk intervensi gaya hidup yang dapat mencegah atau menunda onset penyakit sepenuhnya. Pemetaan risiko kesehatan masyarakat berarti mengidentifikasi kelompok-kelompok paling rentan, wilayah dengan prevalensi penyakit tertentu yang tinggi, atau faktor risiko lingkungan yang perlu ditangani. Informasi ini memungkinkan Dinkes untuk merancang program-program intervensi yang sangat spesifik dan efektif, mulai dari kampanye edukasi yang ditargetkan hingga pembangunan fasilitas olahraga komunitas.
Dengan adanya data yang komprehensif dari CKG, pemerintah daerah dapat membuat keputusan yang berbasis bukti. Hal ini bisa berarti alokasi anggaran yang lebih cerdas untuk program pencegahan PTM, pengembangan infrastruktur yang mendukung gaya hidup aktif seperti taman kota atau jalur sepeda, atau bahkan penyesuaian kurikulum pendidikan kesehatan di sekolah. Data CKG juga membantu dalam memantau tren kesehatan dari waktu ke waktu, memungkinkan Dinkes untuk mengevaluasi efektivitas program yang sedang berjalan dan melakukan penyesuaian jika diperlukan. Ini adalah siklus berkelanjutan dari deteksi, analisis, intervensi, dan evaluasi demi kesehatan masyarakat yang lebih baik.
Di akhir pernyataannya, Shierly Marlena mengimbau seluruh warga Kota Pasuruan untuk lebih peduli terhadap gaya hidup sehat, terutama dengan memperbanyak aktivitas fisik harian. "Jangan tunggu sampai sakit dulu baru tergerak untuk periksa kesehatan," pungkasnya. "Jauh lebih baik untuk mencegah penyakit dengan mengadopsi gaya hidup yang aktif dan secara rutin memanfaatkan program CKG yang telah kami sediakan. Kesehatan adalah investasi terbaik bagi masa depan kita semua, baik secara individu maupun sebagai komunitas." Pesan ini menekankan tanggung jawab pribadi dalam menjaga kesehatan, sekaligus mengingatkan bahwa fasilitas dan dukungan telah tersedia untuk membantu warga mencapai tujuan tersebut.
Meningkatkan aktivitas fisik tidak selalu berarti harus pergi ke gym atau melakukan olahraga berat. Langkah-langkah kecil seperti berjalan kaki lebih sering, menggunakan tangga daripada lift, berkebun, atau melakukan pekerjaan rumah tangga secara aktif sudah dapat memberikan dampak positif. Konsistensi adalah kunci, dan menjadikan aktivitas fisik sebagai bagian tak terpisahkan dari rutinitas harian dapat secara signifikan mengurangi risiko PTM. Bersama dengan partisipasi aktif dalam CKG, warga Kota Pasuruan memiliki kesempatan untuk bersama-sama membangun komunitas yang lebih sehat, produktif, dan sejahtera. Program CKG adalah jembatan menuju pemahaman yang lebih baik tentang kesehatan diri dan komunitas, serta katalisator untuk perubahan gaya hidup yang lebih baik.
rakyatindependen.id

 
 



