Nasional

Pendakian Baru di Kabupaten Tuban, Jejak Lestari Rengel Sajikan Puncak Baswara

Kabupaten Tuban, Jawa Timur, selama ini memang dikenal luas sebagai salah satu primadona pesisir Pantai Utara (Pantura) dengan keindahan bahari yang memikat. Namun, siapa sangka, di balik citra maritimnya yang kuat, Bumi Wali ini menyimpan harta karun alam berupa bentangan perbukitan kapur yang tak kalah memukau, menawarkan petualangan baru bagi para pecinta alam dan penjelajah. Keberadaan lanskap karst yang unik ini membuktikan bahwa Tuban memiliki dimensi wisata alam yang jauh lebih kaya dari sekadar pantai.

Secara geografis, Tuban adalah anomali yang menarik. Wilayahnya dihiasi oleh formasi gunung atau perbukitan kapur yang tersebar hampir di setiap sudut, meliputi kecamatan-kecamatan seperti Semanding, Grabagan, Rengel, Tambakboyo, Jatirogo, dan masih banyak lagi. Fenomena geologis ini jugalah yang melahirkan julukan khas bagi Tuban: "Kota Seribu Goa." Ribuan goa alami yang terbentuk dari proses pelarutan batuan kapur selama jutaan tahun menjadi bukti kekayaan bawah tanah Tuban yang luar biasa, seringkali belum banyak terjamah.

Namun, di tengah keindahan dan potensi geologis ini, terdapat pula tantangan besar. Melimpahnya cadangan batu kapur secara alami menjadikan area pertambangan kapur merajalela di berbagai wilayah, termasuk di Kecamatan Rengel yang memang terkenal sebagai sentra penambangan. Aktivitas ini, jika tidak dikelola dengan bijak, dapat mengancam kelestarian alam dan keindahan bentang alam yang telah terbentuk sejak lama. Meskipun demikian, di Rengel, di antara bekas-bekas tambang yang menandai jejak eksploitasi manusia, masih tersimpan pesona perbukitan kapur yang asri dan menawan, menanti untuk ditemukan dan dilestarikan.

Di sinilah peran penting sebuah gerakan pemuda lokal bernama Jejak Lestari Rengel muncul. Dengan semangat kebersamaan dan kecintaan terhadap alam, mereka mengubah kawasan perbukitan kapur yang awalnya hanya dikenal sebagai area tambang menjadi destinasi pendakian yang patut dicoba. Inisiatif ini dengan cepat menarik perhatian publik dan kini tengah viral menjadi perbincangan hangat di berbagai platform media sosial. Daya tarik Puncak Baswara, demikian nama puncak tertinggi di kawasan ini, tak hanya terletak pada keindahan alamnya yang eksotis, tetapi juga pada misi edukasi yang diusungnya. Jejak Lestari Rengel berkomitmen untuk memberikan wawasan mendalam tentang ekosistem perbukitan kapur serta secara aktif menggalakkan gerakan reboisasi di bekas area tambang. Upaya ini merupakan langkah konkret untuk mengembalikan kondisi alam yang sempat rusak dan menumbuhkan kembali kehidupan hijau di lahan-lahan yang telah dieksploitasi.

Naufal Ilham, Ketua Jejak Lestari Rengel, menceritakan bahwa komunitas pecinta alam ini berawal dari kebiasaan mereka berolahraga di kawasan perbukitan kapur di Desa/Kecamatan Rengel, Kabupaten Tuban. Dari kegiatan rutin tersebut, muncullah ide cemerlang untuk mengajak masyarakat luas menikmati keindahan Bukit Pencit, yang kini lebih dikenal sebagai Puncak Baswara. Lebih dari sekadar ajakan mendaki, Naufal dan timnya juga ingin mensosialisasikan aksi penolakan terhadap tambang liar yang kian mengancam kelestarian alam Rengel. "Alhamdulillah, meski baru berjalan dua bulan ini, antusiasme masyarakat lumayan banyak," ungkap Naufal Ilham dengan nada optimis pada Minggu (12/10/2025). Pernyataan ini menunjukkan betapa cepatnya respon positif yang diterima oleh inisiatif mereka, menandakan adanya kerinduan masyarakat akan wisata alam yang berkonsep lestari.

Pendakian Baru di Kabupaten Tuban, Jejak Lestari Rengel Sajikan Puncak Baswara

Bersama 13 anggota tim lainnya yang dipimpin oleh Naufal Ilham, dengan Fyypo Alfa Wijaya sebagai Wakil Ketua, serta para anggota seperti Husna, Fillah, Nafa, Renita, Rakka, Cecep, Ubed, Rizal, Galih, Rudi, Lubab, Ardi, Alenta, dan Hafidz Ridho, mereka bahu-membahu setiap hari Sabtu dan Minggu untuk membuka jasa pendakian ke Puncak Baswara. Dengan tarif terjangkau sebesar Rp 15 ribu per orang, para pendaki tidak hanya mendapatkan pengalaman mendaki yang tak terlupakan, tetapi juga fasilitas berupa air minum, sesi foto dan video dokumentasi, serta kesempatan untuk berpartisipasi langsung dalam aksi penanaman pohon dan perawatan alam. Kontribusi kecil dari setiap pendaki ini menjadi bagian integral dari upaya konservasi yang lebih besar, menjadikan setiap langkah pendakian memiliki makna ekologis. "Banyak pesertanya, kemarin yang paling jauh dari Banyuwangi dan lainnya ada dari Kabupaten Tuban, Lamongan, dan Bojonegoro," terang Ilham, menunjukkan jangkauan daya tarik Puncak Baswara yang meluas hingga luar kabupaten.

Saat tim rakyatindependen.id mencoba menelusuri jalur pendakian bersama Jejak Lestari Rengel, beberapa persiapan penting dianjurkan bagi para pendaki. Medan yang cukup terjal dengan dominasi bebatuan kapur memerlukan penggunaan sepatu gunung yang kokoh untuk stabilitas dan keamanan. Trekking pole atau tongkat pendakian juga sangat disarankan untuk membantu menjaga keseimbangan, terutama saat menanjak atau menuruni jalur licin. Selain itu, membawa logistik yang cukup seperti air minum dan camilan ringan adalah keharusan, mengingat tidak adanya warung atau penjual makanan di sepanjang jalur pendakian.

Sebelum memulai petualangan menuju Puncak Baswara, para pendaki berkumpul di Basecamp Jejak Lestari Rengel. Dari sini, perjalanan dimulai dengan berjalan kaki menuju Goa Ngerong. Goa ini menawarkan pengalaman unik dengan pemandangan banyaknya ikan yang berenang di aliran airnya serta koloni kelelawar yang bergelantungan di langit-langit goa, memberikan gambaran sekilas tentang kekayaan ekosistem bawah tanah Tuban. Setelah mengagumi keindahan Goa Ngerong, jalur pendakian berlanjut menanjak ke bukit pertama menuju Pos 1 Oro-Oro Dakon. Di pos ini, para pendaki disuguhkan pemandangan kontras antara sisa-sisa bekas tambang dan sebuah pohon tunggal yang tumbuh cantik, menjadi spot foto andalan yang sarat makna. "Dulu di sini ada satu batu unik yang berlubang-lubang menyerupai dakon, tapi kini sudah tinggal kenangan, makanya dinamakan Oro-Oro Dakon," jelas Ilham, menambahkan cerita sejarah di balik nama pos tersebut yang kini hanya bisa dikenang.

Dari Pos 1, perjalanan dilanjutkan menuju Pos 2 Watu Tunggal. Di titik ini, para pendaki sudah berada di atas bukit, menikmati pemandangan hutan hijau yang masih asri membentang luas. Kehadiran sebuah batu tunggal yang berdiri kokoh menjadi daya tarik utama dan spot foto ikonik di pos ini, melambangkan keteguhan dan keunikan alam. Selanjutnya, pendakian berlanjut ke Pos 3 Watu Panggung, sebuah titik transisi sebelum menghadapi tantangan terakhir.

Dari Watu Panggung, para pendaki harus menyeberangi jalan raya yang menghubungkan arah Grabagan dan Rengel untuk menuju Puncak Baswara. Namun, sebelum mencapai puncak impian, ada satu rintangan terakhir yang harus ditaklukkan: "Tanjakan Asu." Tanjakan ini dikenal karena medannya yang sangat terjal dengan bebatuan yang cukup menantang. Di sinilah mental para pendaki diuji; semangat pantang menyerah harus dikobarkan. Meskipun melelahkan, saat menengok ke belakang, pemandangan indah yang terhampar luas akan segera membayar lunas segala peluh dan keletihan. "Jadi kenapa namanya Tanjakan Asu, di bawah bukit ada sebuah gubuk yang terdapat hewan anjing, kalau orang Jawa menyebutnya asu, sehingga kita saat menaiki tanjakan ini akan mendengar suara guk-guk," imbuh Naufal Ilham, memberikan penjelasan unik di balik nama tanjakan yang cukup membuat penasaran.

Setelah berhasil melewati Tanjakan Asu yang legendaris, para pendaki akhirnya mencapai Puncak Baswara dengan ketinggian 390 Meter Diatas Permukaan Laut (MDPL). Meskipun ketinggian ini mungkin terlihat "pendek" dibandingkan gunung-gunung lain di Indonesia, para pendaki tidak boleh meremehkan perbukitan kapur ini. Karakteristik medan yang terjal, licin, dan penuh bebatuan kapur menuntut kewaspadaan tinggi dan persiapan keamanan yang matang. Pentingnya keselamatan selalu menjadi prioritas utama Jejak Lestari Rengel.

Dalam upaya memastikan kenyamanan dan keamanan para pendaki, Jejak Lestari Rengel juga menjalin kerja sama erat dengan Karang Taruna Desa setempat. "Kami juga bekerjasama dengan Karang Taruna Desa setempat, apabila Pendaki merasa kelelahan bisa naik ojek dengan tarif Rp 10 ribu saja sampai Basecamp," pungkas Naufal Ilham. Kolaborasi ini menunjukkan semangat gotong royong dan pemberdayaan masyarakat lokal, sekaligus memberikan solusi praktis bagi pendaki yang mungkin mengalami kelelahan setelah menaklukkan Puncak Baswara. Inisiatif Jejak Lestari Rengel ini tidak hanya membuka potensi wisata baru di Tuban, tetapi juga menjadi model inspiratif bagaimana pariwisata dapat berjalan seiring dengan upaya konservasi dan pemberdayaan komunitas lokal. Puncak Baswara, dengan segala tantangan dan keindahannya, kini menjadi permata tersembunyi Tuban yang siap menyambut petualang dan pejuang lingkungan dari berbagai penjuru.

[dya/but]
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id

Pendakian Baru di Kabupaten Tuban, Jejak Lestari Rengel Sajikan Puncak Baswara

Related Articles