Kegagalan Tim Nasional (Timnas) Indonesia untuk mengamankan tiket ke Piala Dunia 2026 telah memicu berbagai reaksi dari kalangan pengamat sepak bola, baik di dalam maupun luar negeri. Salah satu sorotan tajam datang dari Keesh Sundaresan, seorang pengamat sepak bola terkemuka asal Malaysia, yang mengungkapkan kekecewaannya atas kegagalan Garuda dan mempertanyakan sejumlah keputusan strategis yang diambil oleh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) terkait dengan perubahan di kursi kepelatihan.
Keesh, yang dikenal aktif mengikuti perkembangan sepak bola di kawasan Asia Tenggara, termasuk Indonesia, menyampaikan pandangannya melalui akun media sosial X (sebelumnya Twitter). Ia menyatakan kesedihannya atas pupusnya harapan Indonesia untuk tampil di Piala Dunia 2026, mengingat perjuangan panjang dan progres signifikan yang telah ditunjukkan oleh Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir. Terlebih lagi, Indonesia menjadi satu-satunya wakil dari ASEAN yang berhasil menembus babak keempat kualifikasi, menunjukkan potensi besar yang dimiliki oleh Skuad Garuda.
"Mimpi Piala Dunia bagi Indonesia resmi berakhir. Sebuah proses yang dimulai dua tahun lalu, kini harus berakhir dengan patah hati malam ini," tulis Keesh dalam cuitannya, menggambarkan betapa terpukulnya ia dengan hasil yang diraih oleh Timnas Indonesia.
Namun, lebih dari sekadar mengungkapkan kekecewaan, Keesh juga menyoroti satu aspek penting yang menurutnya perlu dievaluasi secara mendalam oleh PSSI, yaitu keputusan untuk mengganti pelatih Shin Tae-yong (STY) dengan Patrick Kluivert. Menurutnya, perubahan di kursi kepelatihan merupakan langkah yang berisiko, terutama mengingat STY telah membangun fondasi yang kuat dan berhasil membawa Timnas Indonesia menunjukkan peningkatan performa yang signifikan.
"Akan mudah menyalahkan kesalahan individu atau kondisi emosional para pemain hari ini. Namun, ada pertanyaan yang jauh lebih besar untuk diajukan," ujar Keesh, mengisyaratkan bahwa akar permasalahan kegagalan Timnas Indonesia mungkin terletak pada keputusan strategis yang diambil oleh PSSI.
Lebih lanjut, Keesh mengajukan serangkaian pertanyaan kritis yang menyoroti keraguannya terhadap keputusan PSSI untuk mengganti STY dengan Kluivert. Ia mempertanyakan apakah keputusan tersebut benar-benar tepat, apakah bijaksana untuk merombak proyek yang sudah berjalan dengan baik, dan apakah Kluivert merupakan sosok yang tepat untuk melanjutkan tongkat estafet kepelatihan dari STY.
"Apakah melepas STY merupakan keputusan yang tepat? Apakah bijak merombak proyek yang sudah berjalan? Sekalipun itu keputusan yang benar, apakah Patrick Kluivert sosok yang tepat?" tanya Keesh, menyiratkan bahwa PSSI perlu mempertimbangkan secara matang implikasi dari setiap keputusan yang diambil, terutama yang berkaitan dengan perubahan fundamental dalam tim.
Keesh juga mempertanyakan rekam jejak Kluivert sebagai seorang pelatih, apakah ia memiliki pengalaman dan kemampuan yang memadai untuk menangani Timnas Indonesia, serta apakah staf kepelatihan yang dibentuk oleh Kluivert benar-benar memahami sepak bola Asia dan mampu memaksimalkan potensi para pemain.
"Apakah ia memiliki rekam jejak yang diperlukan? Apakah staf kepelatihan benar-benar memahami sepak bola Asia? Apakah skema yang ia terapkan mampu memaksimalkan potensi dari para talenta yang ada? Pertanyaan-pertanyaan ini memang harus dijawab. Tapi, itu bisa menunggu," ungkap Keesh, menekankan bahwa evaluasi terhadap keputusan PSSI perlu dilakukan secara komprehensif dan objektif, meskipun saat ini mungkin bukan waktu yang tepat untuk membahasnya secara terbuka.
Meskipun mengkritik keputusan PSSI terkait dengan pergantian pelatih, Keesh tetap memberikan apresiasi yang tinggi atas perjuangan dan perjalanan panjang Timnas Indonesia untuk semakin dekat dengan mimpinya. Ia mengakui bahwa para pemain telah memberikan yang terbaik dan menunjukkan semangat juang yang luar biasa, meskipun pada akhirnya belum berhasil mencapai tujuan yang diharapkan.
Analisis yang disampaikan oleh Keesh Sundaresan ini menjadi refleksi penting bagi PSSI dan seluruh stakeholder sepak bola Indonesia. Kegagalan Timnas Indonesia di kualifikasi Piala Dunia 2026 harus dijadikan momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap berbagai aspek, mulai dari strategi pembinaan pemain muda, kualitas kompetisi domestik, hingga pengambilan keputusan strategis di tingkat federasi.
Keputusan untuk mengganti pelatih, misalnya, harus didasarkan pada pertimbangan yang matang dan analisis yang mendalam, bukan hanya sekadar mengikuti tren atau tekanan dari pihak-pihak tertentu. PSSI perlu memiliki visi yang jelas dan strategi jangka panjang yang terukur untuk mengembangkan sepak bola Indonesia secara berkelanjutan.
Selain itu, PSSI juga perlu meningkatkan transparansi dan akuntabilitas dalam setiap pengambilan keputusan, sehingga masyarakat dapat memahami dasar pemikiran dan rasionalitas di balik setiap kebijakan yang diambil. Hal ini akan membantu membangun kepercayaan publik dan menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan sepak bola Indonesia.
Lebih dari sekadar mencari kambing hitam atas kegagalan di kualifikasi Piala Dunia 2026, PSSI perlu fokus pada upaya membangun fondasi yang kuat bagi sepak bola Indonesia di masa depan. Investasi pada pembinaan pemain muda, peningkatan kualitas kompetisi domestik, dan pengembangan infrastruktur sepak bola merupakan langkah-langkah penting yang perlu dilakukan untuk mewujudkan mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia di masa mendatang.
Dengan evaluasi yang jujur dan komprehensif, serta komitmen untuk melakukan perbaikan di berbagai aspek, sepak bola Indonesia memiliki potensi besar untuk bangkit dan meraih prestasi yang lebih tinggi di kancah internasional. Kegagalan di kualifikasi Piala Dunia 2026 harus menjadi pelajaran berharga untuk tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan, dan untuk terus berjuang mewujudkan mimpi seluruh masyarakat Indonesia untuk melihat Garuda terbang tinggi di panggung dunia.
Penting untuk dicatat bahwa pergantian pelatih memang merupakan keputusan yang krusial dalam dunia sepak bola. Dampaknya bisa sangat besar, baik positif maupun negatif, tergantung pada berbagai faktor, termasuk kualitas pelatih pengganti, kesiapan tim untuk beradaptasi dengan strategi baru, dan dukungan dari seluruh elemen tim. Oleh karena itu, PSSI perlu mempertimbangkan dengan cermat setiap keputusan terkait dengan perubahan di kursi kepelatihan, dan memastikan bahwa keputusan tersebut didasarkan pada analisis yang objektif dan visi yang jelas untuk masa depan sepak bola Indonesia.
Selain itu, PSSI juga perlu membangun komunikasi yang efektif dengan seluruh stakeholder sepak bola Indonesia, termasuk para pemain, pelatih, klub, suporter, dan media. Dengan komunikasi yang baik, PSSI dapat membangun kepercayaan dan dukungan dari seluruh elemen tim, serta menciptakan iklim yang kondusif bagi perkembangan sepak bola Indonesia.
Pada akhirnya, kesuksesan sepak bola Indonesia tidak hanya bergantung pada kualitas pemain dan pelatih, tetapi juga pada kualitas kepemimpinan dan manajemen di tingkat federasi. PSSI perlu memiliki pemimpin yang visioner, profesional, dan berintegritas, yang mampu membawa sepak bola Indonesia menuju arah yang lebih baik. Dengan kerja keras, dedikasi, dan komitmen dari seluruh elemen tim, mimpi Indonesia untuk tampil di Piala Dunia di masa mendatang bukan tidak mungkin untuk diwujudkan.