Keberhasilan gemilang telah diukir oleh tim Persebaya U-11 yang baru-baru ini menorehkan prestasi membanggakan dengan menjuarai ajang Asian Football 7 League di Thailand. Sebuah pencapaian yang tidak hanya membawa pulang trofi, namun juga menegaskan komitmen kuat Persebaya dalam pengembangan sepak bola usia dini. Di balik gemerlapnya kemenangan tersebut, Manajer Persebaya U-11, Ditto Widyandi, dengan tegas menyatakan fokus utamanya adalah pada pembinaan jangka panjang yang mengedepankan pendekatan holistik, di mana program parenting menjadi salah satu pilar fundamentalnya.
Kemenangan di turnamen internasional sekelas Asian Football 7 League bukanlah sekadar kebetulan. Ini adalah buah dari dedikasi dan kerja keras yang sistematis, dimulai dari pemilihan bakat, latihan intensif, hingga dukungan penuh dari berbagai pihak. Perjalanan tim Persebaya U-11 di Thailand patut diacungi jempol. Mereka menunjukkan semangat juang yang tinggi, kekompakan tim yang luar biasa, serta kemampuan teknis yang mumpuni dalam menghadapi lawan-lawan tangguh dari berbagai negara Asia. Setiap pertandingan menjadi ajang pembelajaran berharga, mengasah mental kompetisi anak-anak di usia yang masih sangat muda. Dari babak penyisihan hingga partai final yang menegangkan, para pemain muda Persebaya menunjukkan determinasi untuk meraih kemenangan, sambil tetap menjunjung tinggi sportivitas. Gelar juara ini tidak hanya mengharumkan nama Persebaya, tetapi juga bangsa Indonesia di kancah sepak bola internasional usia dini.
Namun, bagi Ditto Widyandi, euforia kemenangan ini hanyalah refleksi dari visi yang lebih besar. Ia menekankan bahwa pembinaan usia dini tidak boleh hanya berorientasi pada hasil akhir atau kemenangan sesaat. Sebaliknya, fokus harus diletakkan pada proses, pengembangan karakter, dan penanaman fondasi yang kokoh bagi masa depan para pemain. "Untuk usia dini, perlu ada kerja sama antara pelatih dan orang tua," ungkap Ditto. Baginya, peran pelatih memang krusial di lapangan, namun dukungan dan lingkungan di luar lapangan yang dibentuk oleh orang tua sama pentingnya, bahkan tak jarang lebih menentukan. Filosofi ini menjadi inti dari pendekatan Persebaya Development.
Ditto menjelaskan bahwa kerja sama solid antara pelatih, pemain, dan orang tua adalah kunci utama keberhasilan. Pelatih bertanggung jawab penuh dalam aspek teknis, taktik, dan fisik di lapangan. Mereka merancang program latihan yang sesuai dengan usia, mengedepankan kegembiraan bermain, serta mengembangkan skill dasar dan pemahaman taktik secara bertahap. Para pelatih Persebaya Development dibekali dengan kurikulum yang komprehensif, memastikan bahwa setiap anak mendapatkan porsi latihan yang tepat tanpa membebani mereka dengan tekanan yang berlebihan. Mereka diajarkan untuk mencintai sepak bola, bukan sekadar memenangkannya.
Sementara itu, di luar lapangan, peran orang tua menjadi sangat vital. "Dukungan emosional dan peran aktif keluarga sangat diperlukan," tambah Ditto. Ia melihat bahwa banyak tantangan dalam pembinaan usia dini justru datang dari lingkungan keluarga, baik itu dalam bentuk tekanan berlebihan, harapan yang tidak realistis, atau kurangnya pemahaman tentang kebutuhan anak-anak di usia pertumbuhan. Oleh karena itu, Persebaya Development tidak hanya fokus pada pelatihan anak-anak, tetapi juga merangkul orang tua melalui program parenting yang terstruktur.
Program parenting ini dirancang secara khusus untuk membekali orang tua dengan pengetahuan dan pemahaman yang tepat tentang bagaimana mendukung perjalanan sepak bola anak-anak mereka. Lokakarya reguler dan sesi edukasi diadakan dengan melibatkan psikolog olahraga, ahli gizi, dan praktisi pendidikan anak. Topik yang dibahas sangat beragam, mulai dari pentingnya asupan gizi seimbang untuk performa atlet muda, menjaga kondisi fisik dan mental anak, hingga bagaimana mengelola emosi dan ekspektasi orang tua sendiri. "Kami menyusun program parenting agar orang tua memahami bagaimana mendukung anak-anaknya, termasuk menjaga asupan gizi dan kondisi fisik," jelas Ditto. Program ini juga mengajarkan orang tua tentang pentingnya sportivitas, etika, dan nilai-nilai positif yang harus ditanamkan sejak dini. Tujuannya adalah menciptakan ekosistem yang kondusif di mana anak-anak bisa berkembang secara optimal, baik sebagai pemain maupun sebagai individu.
Persebaya, melalui Persebaya Development, telah memiliki kurikulum khusus dalam pembinaan pemain muda yang melampaui sekadar teknik bermain bola. Kurikulum tersebut menekankan keseimbangan antara tiga pilar utama: kemampuan teknis, disiplin, dan karakter.
Pertama, kemampuan teknis diajarkan secara fundamental, mulai dari penguasaan bola, passing, dribbling, hingga shooting, dengan metode latihan yang menyenangkan dan interaktif. Anak-anak didorong untuk berani bereksperimen dan mengembangkan kreativitas mereka di lapangan.
Kedua, disiplin menjadi pondasi penting. Ini mencakup disiplin waktu, disiplin dalam mengikuti instruksi pelatih, disiplin dalam menjaga pola hidup sehat, serta disiplin dalam berinteraksi dengan rekan setim dan lawan. Disiplin bukan hanya tentang ketaatan, tetapi juga tentang membentuk kebiasaan baik yang akan bermanfaat sepanjang hidup.
Ketiga, dan yang tak kalah penting, adalah karakter. Persebaya Development sangat menekankan pembentukan karakter positif seperti sportivitas, kerja sama tim, kepemimpinan, kerendahan hati dalam kemenangan, dan ketahanan mental dalam menghadapi kekalahan. Program ini juga melibatkan orang tua sebagai bagian integral dalam proses pembentukan mental dan etika atlet muda, memastikan nilai-nilai ini tidak hanya diajarkan di lapangan, tetapi juga diperkuat di rumah.
Selain fokus pada pembinaan internal, Ditto Widyandi juga menyampaikan rencana jangka panjang Persebaya Development untuk memperluas partisipasi dalam turnamen internasional. Ia menilai bahwa ajang seperti Asian Football 7 League bukan hanya sekadar kompetisi, melainkan sebuah platform krusial yang memberikan pengalaman berharga bagi pemain muda dalam menghadapi kompetisi global. "Kami berharap ada lebih banyak event internasional agar anak-anak mendapat jam terbang dan pengalaman luar biasa," tutur Ditto.
Pengalaman bertanding melawan tim dari negara lain membuka wawasan para pemain muda tentang gaya bermain yang berbeda, meningkatkan adaptasi mereka terhadap lingkungan baru, serta membangun kepercayaan diri untuk bersaing di level yang lebih tinggi. Ini adalah investasi jangka panjang untuk masa depan sepak bola Indonesia. Setiap perjalanan internasional, setiap interaksi dengan budaya yang berbeda, dan setiap tantangan di lapangan adalah bagian dari proses pendidikan yang tak ternilai harganya.
Visi Persebaya Development tidak berhenti pada kemenangan di satu turnamen. Target yang lebih besar adalah agar Persebaya Development bisa terus berkembang dan berkiprah lebih luas di level Asia, bahkan dunia. Hal ini mencakup upaya untuk terus meningkatkan kualitas kurikulum, mengembangkan fasilitas latihan, serta memperluas jaringan kerja sama dengan akademi sepak bola di negara lain. Dengan demikian, Persebaya tidak hanya ingin menjadi klub yang berprestasi di tingkat senior, tetapi juga menjadi pencetak talenta-talenta muda berkualitas yang siap mengharumkan nama Indonesia di panggung internasional.
Ditto Widyandi mengakhiri pernyataannya dengan menegaskan kembali komitmen Persebaya untuk menjadi pelopor dalam pengembangan sepak bola usia dini yang holistik dan berkelanjutan. Kemenangan Persebaya U-11 di Thailand adalah penanda awal dari perjalanan panjang yang berfokus pada pembangunan manusia seutuhnya, bukan hanya sekadar atlet. Melalui kombinasi pelatihan teknis, penanaman disiplin dan karakter, serta dukungan penuh dari program parenting yang inovatif, Persebaya Development berharap dapat melahirkan generasi emas pesepak bola Indonesia yang tidak hanya jago di lapangan, tetapi juga memiliki mentalitas juara dan karakter yang kuat. Ini adalah investasi paling berharga bagi masa depan sepak bola nasional.
[way/ian]
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id
