Perusakan Kantor PDIP Magetan, Diana Sasa Sebut Pelaku Pengecut

Salah satu suara yang lantang mengecam tindakan tersebut adalah Diana Amaliyah Verawatiningsih, seorang kader muda PDI Perjuangan yang dikenal vokal dan memiliki komitmen tinggi terhadap prinsip-prinsip partai. Dalam pernyataannya yang penuh ketegasan, Diana Sasa, demikian ia akrab disapa, menegaskan bahwa tindakan vandalisme ini jauh melampaui sekadar perusakan properti. Menurutnya, ini adalah sebuah agresi terhadap marwah partai, yang selama ini menjadi garda terdepan dalam menyuarakan aspirasi rakyat, serta terhadap semangat perjuangan yang telah mengakar kuat dalam sejarah PDI Perjuangan. Kantor partai, dalam konteks ini, bukan hanya sebuah bangunan fisik, melainkan representasi dari cita-cita, ideologi, dan kerja keras ribuan kader serta jutaan simpatisan yang percaya pada jalan perjuangan partai.
“Sebagai kader PDI Perjuangan, saya mengecam dengan tegas tindakan vandalisme yang dilakukan oleh pihak tak dikenal terhadap Kantor DPC PDI Perjuangan Magetan. Tindakan tersebut bukan hanya bentuk perusakan fasilitas, tetapi juga serangan terhadap marwah partai yang selama ini berdiri kokoh di atas nilai-nilai ideologi, gotong royong, dan perjuangan untuk rakyat,” tegas Diana Sasa dengan nada serius, sembari menyoroti dampak psikologis dan politis dari insiden tersebut. Ia menambahkan bahwa insiden ini merupakan pengingat akan tantangan yang kerap dihadapi partai-partai politik dalam menjalankan fungsi demokrasi mereka, terutama ketika berhadapan dengan kelompok yang enggan menggunakan jalur dialog dan musyawarah.
Lebih lanjut, Diana Sasa tidak ragu melabeli tindakan para pelaku sebagai perbuatan pengecut dan tidak beradab. Penilaian ini didasarkan pada cara-cara yang ditempuh oleh pelaku, yang memilih jalur destruktif dan anonim daripada menyampaikan perbedaan pendapat atau kritik secara terbuka, santun, dan konstruktif. Dalam sebuah sistem demokrasi, perbedaan pandangan adalah hal yang lumrah dan bahkan esensial. Namun, perbedaan tersebut seharusnya disalurkan melalui mekanisme yang sah dan beradab, seperti diskusi, debat publik, atau melalui kotak suara, bukan dengan merusak fasilitas umum atau properti partai politik. Tindakan semacam ini justru merusak fondasi demokrasi itu sendiri, yang mengedepankan dialog dan persaingan gagasan, bukan kekerasan atau intimidasi.
“Demokrasi seharusnya menjadi ruang bagi siapa pun untuk beradu gagasan, beradu program, dan beradu visi untuk kemajuan bangsa. Bukan melampiaskan kebencian dengan cara-cara destruktif yang hanya akan memperkeruh suasana dan memecah belah persatuan. Tindakan pengecut semacam ini tidak memiliki tempat dalam masyarakat yang beradab dan demokratis,” imbuhnya, menggarisbawahi pentingnya menjaga etika politik dan menjunjung tinggi nilai-nilai musyawarah mufakat. Ia juga menyoroti bahwa tindakan anarkis seperti ini seringkali muncul dari frustrasi atau ketidakmampuan untuk bersaing secara sehat dalam ranah politik.
Diana Sasa juga mengingatkan kembali akar sejarah PDI Perjuangan yang lahir dari rahim rakyat dan dibesarkan oleh kerja nyata para kader di lapangan, yang tak kenal lelah melayani dan memperjuangkan hak-hak masyarakat kecil. Oleh karena itu, serangan terhadap kantor partai bukan hanya serangan fisik, tetapi juga serangan simbolis terhadap semangat juang rakyat yang diwakili oleh partai. Setiap goresan atau kerusakan pada dinding kantor partai adalah goresan pada hati rakyat yang telah mempercayakan suaranya kepada PDI Perjuangan. Hal ini menegaskan bahwa kantor partai adalah lebih dari sekadar gedung, melainkan sebuah pusat aktivitas politik, sosial, dan budaya yang menjadi rumah bagi aspirasi masyarakat.
Dalam menghadapi situasi ini, Diana Sasa juga menyampaikan keyakinannya yang teguh bahwa aparat penegak hukum akan bertindak cepat dan tegas dalam mengusut tuntas pelaku serta motif di balik aksi vandalisme tersebut. Penegakan hukum yang transparan dan akuntabel sangat krusial untuk mencegah terulangnya insiden serupa dan untuk memastikan bahwa setiap pelanggaran hukum mendapatkan konsekuensi yang setimpal. Kegagalan dalam mengungkap pelaku dapat menciptakan preseden buruk dan merusak kepercayaan publik terhadap sistem peradilan. Ia berharap agar proses penyelidikan dapat berjalan tanpa intervensi dan menghasilkan keadilan bagi semua pihak.
Meskipun demikian, Diana Sasa menyerukan kepada seluruh kader dan simpatisan PDI Perjuangan di Magetan dan seluruh Indonesia agar tetap tenang dan tidak terprovokasi. Respons yang bijak dan terukur adalah kunci untuk menjaga stabilitas dan mencegah eskalasi konflik. Provokasi hanya akan menguntungkan pihak-pihak yang ingin melihat perpecahan dan kekacauan. “Marwah partai justru akan terjaga ketika kita merespons dengan kepala dingin, disiplin, dan keyakinan bahwa kebenaran ada di pihak kita. Kita harus menunjukkan kematangan politik dan ketaatan pada hukum,” ujarnya, menekankan pentingnya menjaga persatuan dan soliditas internal partai dalam menghadapi tekanan eksternal.
Ia menegaskan, PDI Perjuangan tidak akan gentar menghadapi tekanan maupun teror dalam bentuk apa pun. Sejarah panjang perjuangan partai, yang telah melewati berbagai cobaan dan tantangan, telah menempa setiap kader untuk tetap berdiri tegak memperjuangkan kebenaran, keadilan, dan kepentingan rakyat. Dari era Orde Baru yang represif hingga dinamika politik reformasi, PDI Perjuangan telah membuktikan ketangguhannya dalam menghadapi intimidasi dan diskriminasi. Pengalaman pahit di masa lalu justru menjadi cambuk untuk semakin memperkuat tekad dan komitmen partai dalam menjaga prinsip-prinsip demokrasi dan keadilan sosial.
Perjuangan ini bukan hanya tentang mempertahankan kantor atau fasilitas, melainkan tentang mempertahankan ideologi Pancasila, semangat gotong royong, dan komitmen terhadap kepentingan "wong cilik". Tindakan vandalisme ini justru akan semakin membakar semangat juang kader PDI Perjuangan untuk lebih solid dan militan dalam menghadapi tantangan politik ke depan. Partai ini, dengan segala sejarah dan perjuangannya, adalah simbol ketahanan rakyat Indonesia dalam menghadapi segala bentuk penindasan.
Diana Sasa juga menyoroti pentingnya pendidikan politik bagi masyarakat agar lebih memahami nilai-nilai demokrasi dan menghindari tindakan-tindakan anarkis. Ia berharap agar insiden ini dapat menjadi momentum untuk memperkuat kesadaran kolektif akan pentingnya menjaga ruang-ruang demokrasi agar tetap sehat dan kondusif untuk dialog. Kekerasan dalam bentuk apapun, termasuk vandalisme, tidak akan pernah menjadi solusi untuk permasalahan politik, melainkan hanya akan menambah daftar panjang masalah yang harus diselesaikan.
Dengan segala tantangan yang ada, PDI Perjuangan berkomitmen untuk terus menjadi pilar demokrasi di Indonesia, menyuarakan aspirasi rakyat, dan berjuang untuk keadilan sosial. “PDI Perjuangan tidak akan surut satu langkah pun dalam menjaga persatuan, kedaulatan, dan kehormatan bangsa. Kami akan terus berdiri tegak bersama rakyat, menghadapi setiap rintangan dengan semangat gotong royong dan keyakinan pada jalan kebenaran,” pungkasnya, menandaskan bahwa insiden ini justru akan semakin menguatkan tekad partai untuk terus berkarya dan berjuang demi kemajuan bangsa dan negara. Kantor DPC PDI Perjuangan Magetan, meskipun sempat menjadi sasaran aksi pengecut, akan segera pulih dan kembali menjadi pusat perjuangan yang kokoh.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id.