Olahraga

PSM Makassar Absen dari Layar Kaca: Misteri di Balik Minimnya Siaran Langsung Hingga Pekan ke-5 Super League 2025/2026

Ketidakmunculan pertandingan PSM Makassar dalam siaran langsung televisi hingga pekan kelima Super League 2025/2026 telah memicu gelombang protes dari para suporter setia dan pecinta sepak bola di Sulawesi Selatan. Pertanyaan besar pun muncul: mengapa tim kebanggaan mereka seolah "dihilangkan" dari layar kaca? Manajer PSM Makassar, Muhammad Nur Fajri, mencoba memberikan titik terang di tengah kebingungan ini, mengungkapkan komunikasi yang telah dilakukan dengan operator liga, PT Liga Indonesia Baru (LIB), serta spekulasi yang berkembang di internal tim.

Kekecewaan mendalam dirasakan oleh para suporter yang haus akan aksi Wiljan Pluim dan kawan-kawan. Bagi mereka, menyaksikan langsung perjuangan tim kesayangan adalah bagian tak terpisahkan dari dukungan dan kecintaan terhadap PSM Makassar. Absennya siaran langsung bukan hanya menghilangkan kesempatan untuk menikmati pertandingan, tetapi juga menimbulkan perasaan diabaikan dan kurang dihargai. Semangat "Ewako PSM" yang membara seolah terhalang oleh tirai gelap ketidakjelasan.

Muhammad Nur Fajri menjelaskan bahwa pihaknya telah menyampaikan keluhan dan pertanyaan terkait minimnya siaran langsung PSM Makassar kepada PT LIB. Namun, jawaban yang diterima belum memberikan kejelasan yang memuaskan. PT LIB berdalih bahwa keputusan terkait penayangan pertandingan berada di tangan pihak "brokester," istilah yang merujuk pada pemegang hak siar. Dengan kata lain, operator liga hanya mengikuti skema yang telah ditetapkan oleh pihak yang memiliki kendali atas distribusi konten televisi.

Penjelasan ini justru menimbulkan pertanyaan baru. Siapakah sebenarnya pihak "brokester" yang dimaksud? Bagaimana mekanisme pemilihan pertandingan yang akan ditayangkan? Apakah ada faktor-faktor tertentu yang membuat PSM Makassar "kurang menarik" bagi pemegang hak siar? Pertanyaan-pertanyaan ini terus bergulir di kalangan suporter, menciptakan atmosfer ketidakpastian dan spekulasi.

Nur Fajri menambahkan bahwa PSM Makassar sebenarnya memiliki jatah siaran langsung, termasuk saat bermain di kandang lawan. Namun, jatah tersebut seolah tidak dimanfaatkan secara optimal. Hal ini menimbulkan kecurigaan bahwa ada faktor lain yang mempengaruhi keputusan penayangan. Apakah performa PSM Makassar di musim lalu, yang mungkin mempengaruhi rating televisi, menjadi pertimbangan utama? Ataukah ada faktor-faktor non-teknis yang ikut bermain?

Lebih lanjut, Nur Fajri mengungkapkan bahwa penayangan pertandingan secara langsung tidak memberikan keuntungan finansial langsung bagi PSM Makassar. Klub tidak menerima dana tambahan dari hak siar. Kontribusi atau subsidi yang diberikan oleh operator liga kepada seluruh klub, baik yang memiliki basis penggemar besar maupun kecil, jumlahnya sama. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang keadilan dan insentif bagi klub-klub yang memiliki daya tarik tinggi bagi penonton televisi. Mengapa klub seperti PSM Makassar, yang memiliki sejarah panjang dan basis suporter yang fanatik, tidak mendapatkan kompensasi yang lebih besar atas potensi komersial yang mereka miliki?

Kondisi ini menciptakan dilema bagi PSM Makassar. Di satu sisi, klub ingin memberikan yang terbaik bagi para suporter dengan tampil di layar kaca. Di sisi lain, penayangan pertandingan tidak memberikan manfaat finansial yang signifikan. Klub seolah terjebak dalam situasi yang kurang menguntungkan, di mana popularitas dan daya tarik tidak sejalan dengan keuntungan yang diperoleh.

Untuk memahami lebih dalam permasalahan ini, perlu dilakukan analisis yang komprehensif terhadap berbagai faktor yang mempengaruhi keputusan penayangan pertandingan sepak bola di Indonesia. Faktor-faktor tersebut meliputi:

PSM Makassar Absen dari Layar Kaca: Misteri di Balik Minimnya Siaran Langsung Hingga Pekan ke-5 Super League 2025/2026

  1. Rating Televisi: Rating televisi merupakan salah satu faktor utama yang dipertimbangkan oleh pemegang hak siar. Pertandingan yang diprediksi akan menarik banyak penonton akan lebih diprioritaskan untuk ditayangkan. Rating dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti popularitas tim, kualitas pertandingan, jadwal pertandingan, dan persaingan dengan program televisi lainnya.

  2. Potensi Iklan: Pemegang hak siar mendapatkan pendapatan dari penjualan iklan selama pertandingan. Pertandingan yang ditonton oleh banyak orang akan menarik minat pengiklan, sehingga pemegang hak siar dapat menjual slot iklan dengan harga yang lebih tinggi. Potensi iklan dipengaruhi oleh demografi penonton, minat penonton, dan daya beli penonton.

  3. Biaya Produksi: Penayangan pertandingan sepak bola membutuhkan biaya produksi yang tidak sedikit. Biaya tersebut meliputi biaya pengambilan gambar, biaya penyuntingan, biaya transmisi, dan biaya personel. Pemegang hak siar akan mempertimbangkan biaya produksi sebelum memutuskan untuk menayangkan suatu pertandingan.

  4. Jadwal Pertandingan: Jadwal pertandingan yang padat dapat mempengaruhi keputusan penayangan. Pemegang hak siar harus memilih pertandingan mana yang akan ditayangkan dengan mempertimbangkan ketersediaan slot waktu dan potensi penonton.

  5. Hubungan dengan Klub: Hubungan antara pemegang hak siar dengan klub juga dapat mempengaruhi keputusan penayangan. Klub yang memiliki hubungan baik dengan pemegang hak siar mungkin akan mendapatkan prioritas untuk ditayangkan.

  6. Kebijakan Liga: Kebijakan liga terkait hak siar juga dapat mempengaruhi keputusan penayangan. Liga dapat menetapkan aturan tentang jumlah pertandingan yang harus ditayangkan, pembagian pendapatan hak siar, dan mekanisme pemilihan pertandingan.

Dalam kasus PSM Makassar, perlu diteliti lebih lanjut apakah faktor-faktor di atas menjadi penyebab minimnya siaran langsung. Apakah rating televisi PSM Makassar dianggap kurang menarik? Apakah potensi iklan dari pertandingan PSM Makassar tidak memenuhi ekspektasi pemegang hak siar? Apakah ada kendala biaya produksi yang membuat penayangan pertandingan PSM Makassar kurang menguntungkan? Atau apakah ada faktor-faktor lain yang belum terungkap?

Selain itu, perlu juga dipertimbangkan aspek historis dan kultural. PSM Makassar adalah klub dengan sejarah panjang dan tradisi yang kuat. Klub ini memiliki basis suporter yang fanatik dan loyal. Semangat "Ewako PSM" telah menjadi bagian dari identitas masyarakat Sulawesi Selatan. Mengabaikan potensi komersial dan kultural PSM Makassar adalah sebuah kesalahan besar.

Untuk mengatasi permasalahan ini, perlu dilakukan dialog yang konstruktif antara PSM Makassar, PT LIB, dan pemegang hak siar. Dialog ini harus melibatkan semua pihak yang berkepentingan, termasuk perwakilan suporter. Tujuan dari dialog ini adalah untuk mencari solusi yang adil dan menguntungkan bagi semua pihak.

Beberapa solusi yang dapat dipertimbangkan antara lain:

  • Transparansi: PT LIB dan pemegang hak siar harus memberikan informasi yang transparan tentang mekanisme pemilihan pertandingan yang akan ditayangkan. Kriteria pemilihan harus jelas dan objektif, sehingga tidak menimbulkan kecurigaan dan ketidakpuasan.

  • Kompensasi: Klub-klub yang memiliki daya tarik tinggi bagi penonton televisi, seperti PSM Makassar, harus mendapatkan kompensasi yang lebih besar dari hak siar. Kompensasi ini dapat digunakan untuk meningkatkan kualitas tim, mengembangkan infrastruktur, dan meningkatkan kesejahteraan pemain.

  • Kerjasama: PSM Makassar dapat menjalin kerjasama yang lebih erat dengan pemegang hak siar. Kerjasama ini dapat berupa promosi bersama, pengembangan konten digital, dan penyelenggaraan acara-acara yang melibatkan suporter.

  • Inovasi: PT LIB dan pemegang hak siar harus berinovasi dalam menyajikan pertandingan sepak bola. Inovasi ini dapat berupa penggunaan teknologi baru, pengembangan format pertandingan yang lebih menarik, dan peningkatan kualitas produksi.

  • Keterlibatan Suporter: Suporter harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan terkait hak siar. Suporter dapat memberikan masukan tentang pertandingan mana yang ingin mereka saksikan, format pertandingan yang mereka sukai, dan kualitas produksi yang mereka harapkan.

Dengan dialog yang konstruktif, solusi yang adil, dan inovasi yang berkelanjutan, diharapkan permasalahan minimnya siaran langsung PSM Makassar dapat diatasi. Para suporter dapat kembali menikmati aksi tim kesayangan di layar kaca, dan PSM Makassar dapat terus berkontribusi dalam memajukan sepak bola Indonesia. Semangat "Ewako PSM" harus terus berkobar, tidak terhalang oleh tirai gelap ketidakjelasan. PSM Makassar harus tetap menjadi bagian penting dari industri sepak bola Indonesia, tidak hanya di lapangan hijau, tetapi juga di layar kaca.

Related Articles