Olahraga

PSM Makassar Dibayangi Sanksi Denda Ratusan Juta Rupiah Akibat Kekosongan Kursi Pelatih Kepala Pasca-Pengunduran Diri Bernardo Tavares

Manajemen PSM Makassar kini menghadapi tekanan besar setelah pengunduran diri mendadak Bernardo Tavares dari kursi pelatih kepala. Selain tantangan mencari sosok pengganti yang sepadan, klub berjuluk Juku Eja ini juga terancam sanksi denda yang tidak sedikit jika gagal menunjuk pelatih baru dalam waktu 30 hari sejak Tavares resmi meninggalkan tim.

Ancaman denda ini tertuang jelas dalam Pasal 19 Ayat 13 dan 14 Regulasi Super League 2025/2026, yang mengatur tentang kewajiban klub untuk segera menunjuk dan mendaftarkan pelatih kepala baru setelah terjadi pergantian. Regulasi ini dibuat untuk memastikan keberlangsungan kompetisi dan profesionalisme klub dalam mengelola tim.

Menurut regulasi tersebut, PSM Makassar wajib memberitahukan secara tertulis kepada PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) dan I.League (operator liga) paling lambat tiga hari setelah pengakhiran kontrak dengan Bernardo Tavares. Lebih lanjut, klub juga diberikan waktu maksimal 30 hari untuk mendaftarkan pelatih kepala baru yang memenuhi kualifikasi sesuai dengan Pasal 20 Regulasi Super League.

Jika PSM Makassar gagal memenuhi tenggat waktu 30 hari tersebut, sanksi denda sebesar Rp100 juta akan langsung dikenakan. Tidak hanya itu, jika dalam 30 hari berikutnya klub masih belum mendaftarkan pelatih kepala baru, denda tambahan sebesar Rp200 juta akan berlaku, dan terus bertambah secara kelipatan setiap periode 30 hari berikutnya.

Dengan demikian, total denda yang harus dibayarkan PSM Makassar bisa mencapai ratusan juta rupiah jika manajemen tidak segera bertindak cepat dan tepat dalam mencari pengganti Bernardo Tavares. Situasi ini tentu menjadi beban finansial yang cukup berat bagi klub, terutama di tengah persiapan menghadapi kompetisi yang semakin ketat.

Menanggapi situasi ini, pengamat sepak bola nasional, Akmal Marhali, mengatakan bahwa PSM Makassar harus segera bergerak cepat untuk mencari pelatih baru yang berkualitas dan sesuai dengan filosofi tim. Menurutnya, penunjukan pelatih bukan hanya sekadar memenuhi regulasi, tetapi juga untuk menjaga stabilitas tim dan meningkatkan performa di lapangan.

"PSM Makassar harus belajar dari pengalaman klub-klub lain yang terlambat menunjuk pelatih baru. Dampaknya bisa sangat signifikan terhadap performa tim, bahkan bisa mempengaruhi peluang untuk meraih gelar juara," ujar Akmal.

Akmal menambahkan, manajemen PSM Makassar harus mempertimbangkan beberapa faktor penting dalam memilih pelatih baru, seperti pengalaman, rekam jejak, kemampuan adaptasi dengan pemain, dan pemahaman tentang sepak bola Indonesia. Selain itu, pelatih baru juga harus memiliki visi yang jelas tentang bagaimana mengembangkan tim dan meningkatkan kualitas pemain.

PSM Makassar Dibayangi Sanksi Denda Ratusan Juta Rupiah Akibat Kekosongan Kursi Pelatih Kepala Pasca-Pengunduran Diri Bernardo Tavares

Sementara itu, manajemen PSM Makassar sendiri belum memberikan keterangan resmi terkait proses pencarian pelatih baru. Namun, beberapa sumber internal klub menyebutkan bahwa sejumlah nama pelatih lokal dan asing telah masuk dalam radar incaran.

Salah satu nama yang santer dikaitkan dengan PSM Makassar adalah mantan pelatih Timnas Indonesia U-19, Indra Sjafri. Indra Sjafri dinilai memiliki pengalaman yang cukup mumpuni dalam menangani tim muda dan mengembangkan pemain-pemain berbakat. Selain itu, ia juga dikenal memiliki hubungan yang baik dengan beberapa pemain PSM Makassar yang pernah menjadi anak asuhnya di Timnas U-19.

Selain Indra Sjafri, beberapa nama pelatih asing juga disebut-sebut menjadi kandidat potensial, seperti mantan pelatih klub Malaysia, Johor Darul Ta’zim, Benjamin Mora, dan mantan pelatih klub Thailand, Buriram United, Bozidar Bandovic. Kedua pelatih ini memiliki rekam jejak yang cukup baik di kompetisi Asia Tenggara dan dianggap memiliki kemampuan untuk membawa PSM Makassar bersaing di level yang lebih tinggi.

Namun, hingga saat ini belum ada kepastian mengenai siapa yang akan menjadi pelatih baru PSM Makassar. Manajemen klub masih terus melakukan evaluasi dan negosiasi dengan beberapa kandidat. Yang pasti, mereka harus segera mengambil keputusan agar tim tidak terancam sanksi denda dan dapat segera mempersiapkan diri menghadapi kompetisi yang semakin dekat.

Untuk sementara waktu, manajemen PSM Makassar telah menunjuk asisten pelatih Ahmad Amiruddin sebagai caretaker atau pelatih sementara. Ahmad Amiruddin akan bertugas memimpin latihan tim dan mempersiapkan strategi pertandingan sambil menunggu penunjukan pelatih kepala baru.

Penunjukan Ahmad Amiruddin sebagai caretaker diharapkan dapat menjaga stabilitas tim dan memberikan kesempatan bagi para pemain untuk tetap fokus berlatih dan meningkatkan performa. Namun, peran caretaker tentu tidak bisa menggantikan peran pelatih kepala secara permanen. PSM Makassar tetap membutuhkan sosok pelatih yang memiliki visi dan strategi yang jelas untuk membawa tim meraih kesuksesan.

Situasi yang dialami PSM Makassar ini menjadi pelajaran berharga bagi klub-klub lain di Indonesia. Regulasi yang dibuat oleh PSSI dan operator liga harus dipatuhi dan dihormati. Keterlambatan dalam menunjuk pelatih baru bukan hanya berpotensi merugikan tim secara finansial, tetapi juga dapat mempengaruhi performa di lapangan dan peluang untuk meraih gelar juara.

Oleh karena itu, klub-klub harus memiliki perencanaan yang matang dalam mengelola tim, termasuk dalam hal pergantian pelatih. Proses pencarian pelatih baru harus dilakukan secara profesional dan transparan, dengan mempertimbangkan berbagai faktor penting seperti pengalaman, rekam jejak, kemampuan adaptasi, dan visi tentang pengembangan tim.

Selain itu, klub juga harus menjalin komunikasi yang baik dengan PSSI dan operator liga agar tidak terjadi kesalahpahaman atau pelanggaran regulasi. Kepatuhan terhadap regulasi merupakan salah satu indikator profesionalisme klub dan komitmen untuk memajukan sepak bola Indonesia.

Kembali ke PSM Makassar, manajemen klub harus segera mengambil keputusan yang tepat dalam memilih pelatih baru. Waktu terus berjalan dan sanksi denda semakin mengancam. Lebih dari itu, para suporter setia Juku Eja tentu berharap agar tim kesayangan mereka dapat segera bangkit dan kembali bersaing di papan atas kompetisi.

Penunjukan pelatih baru yang berkualitas dan sesuai dengan filosofi tim menjadi kunci untuk mewujudkan harapan tersebut. PSM Makassar harus belajar dari pengalaman dan tidak mengulangi kesalahan yang sama di masa depan. Dengan perencanaan yang matang, manajemen yang profesional, dan dukungan dari seluruh elemen tim, PSM Makassar dapat kembali menjadi salah satu kekuatan utama sepak bola Indonesia.

Kasus PSM Makassar ini juga menjadi momentum bagi PSSI dan operator liga untuk terus meningkatkan kualitas regulasi dan pengawasan terhadap klub-klub peserta kompetisi. Regulasi yang jelas dan tegas akan menciptakan persaingan yang sehat dan profesional di antara klub-klub. Pengawasan yang ketat akan memastikan bahwa regulasi tersebut dipatuhi dan dijalankan dengan baik.

Dengan demikian, sepak bola Indonesia dapat terus berkembang dan mencapai prestasi yang lebih tinggi di tingkat regional maupun internasional. Profesionalisme klub, kepatuhan terhadap regulasi, dan dukungan dari seluruh elemen sepak bola Indonesia menjadi kunci untuk mewujudkan visi tersebut.

Saat ini, seluruh mata tertuju pada PSM Makassar. Apakah manajemen klub mampu mengatasi tekanan dan segera menunjuk pelatih baru yang berkualitas? Atau justru klub akan terjerat sanksi denda ratusan juta rupiah dan mengalami penurunan performa di lapangan? Waktu akan menjawabnya.

Related Articles