Sidoarjo Berduka: Gedung Pesantren Al-Khoziny Ambruk Saat Salat Asar, 83 Santri Terluka, Satu Gugur, Menyisakan Luka Mendalam.
Suasana duka yang amat mendalam dan pilu menyelimuti Lembaga Pesantren Al-Khoziny, yang berlokasi strategis di kawasan Buduran, Sidoarjo, Jawa Timur, menyusul insiden tragis ambruknya salah satu bangunan vital di lingkungan pesantren tersebut pada Senin (29/9/2025) sore. Musibah tak terduga ini terjadi pada momen yang sakral, saat para santri putra tengah bersiap-siap untuk menunaikan ibadah salat asar berjemaah di musala yang terletak di lantai dasar bangunan yang kini tinggal puing. Kejadian nahas ini secara tiba-tiba merenggut ketenangan sore hari, mengubah persiapan ibadah menjadi kepanikan massal dan upaya penyelamatan yang heroik.
Bangunan yang runtuh itu diketahui merupakan gedung bertingkat tiga yang baru saja memasuki tahap krusial dalam proses konstruksinya. Bagian paling atas gedung sedang dalam proses pengecoran untuk pembangunan lantai berikutnya, menunjukkan bahwa struktur tersebut masih dalam tahap pengembangan dan belum sepenuhnya kokoh. Ironisnya, di bawah proyek pembangunan yang belum rampung itu, lantai dasar gedung telah difungsikan sebagai musala, sebuah tempat ibadah yang seharusnya menjadi oase ketenangan dan keamanan. Hingga saat laporan ini disusun, penyebab pasti dari robohnya bangunan megah namun rapuh tersebut masih menjadi misteri yang mendalam dan belum dapat dipastikan secara definitif oleh pihak berwenang. Spekulasi awal berkisar pada berbagai kemungkinan, mulai dari kegagalan struktur akibat kualitas material, kesalahan dalam perhitungan desain, hingga faktor kelebihan beban akibat proses pengecoran di bagian atas. Namun, semua dugaan ini akan memerlukan investigasi menyeluruh dari tim ahli forensik dan insinyur sipil.
Pasca-insiden yang mengejutkan, lokasi kejadian segera berubah menjadi medan evakuasi yang sibuk dan penuh ketegangan. Petugas gabungan yang terdiri dari berbagai elemen, termasuk aparat kepolisian, tim SAR, TNI, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), serta didukung penuh oleh pihak keamanan internal pondok pesantren dan relawan dari masyarakat sekitar, segera dikerahkan untuk melakukan penyisiran intensif di antara tumpukan puing-puing bangunan. Setiap sudut reruntuhan diperiksa dengan cermat, dengan satu tujuan utama: memastikan bahwa tidak ada satu pun korban yang masih tertinggal atau terjebak di bawah material bangunan yang runtuh. Upaya penyelamatan ini berlangsung di tengah suasana yang gelap gulita, hanya diterangi oleh sorot lampu darurat dan kendaraan penyelamat, menambah dramatisnya suasana.
Kabid Humas Polda Jawa Timur, Kombes Pol Jules Abraham Abast, yang langsung turun ke lokasi kejadian untuk memimpin operasi dan memantau perkembangan, menyampaikan informasi terkini mengenai penanganan peristiwa tragis ini. Dengan suara yang menunjukkan keseriusan dan keprihatinan, beliau mengumumkan data sementara terkait jumlah korban yang berhasil dievakuasi. "Data sementara jumlah total sebanyak 83 korban yang berhasil dievakuasi dari reruntuhan," kata Kombes Pol Jules Abraham Abast saat ditemui oleh awak media di tengah hiruk pikuk lokasi kejadian pada Senin malam. Angka ini secara jelas menggambarkan skala bencana yang melanda pesantren tersebut, menyoroti betapa banyak nyawa yang terdampak secara langsung.
Menurut keterangan lebih lanjut dari Kombes Pol Abast, pihak kepolisian gabungan telah mengerahkan kekuatan penuh untuk mendukung proses evakuasi dan pengamanan area kejadian. Polda Jatim tidak tanggung-tanggung menurunkan satu peleton Sabhara, satu peleton Brimob, yang merupakan unit khusus dengan kemampuan taktis tinggi, serta didukung oleh tiga Satuan Setingkat Kompi (SSK) dari Polresta Sidoarjo. Penempatan pasukan ini bertujuan untuk mengamankan perimeter, mengendalikan kerumunan yang mulai memadati lokasi, serta membantu dalam proses pencarian dan penyelamatan korban yang mungkin masih terjebak. Kehadiran personel keamanan yang masif ini menunjukkan prioritas tinggi yang diberikan oleh pihak kepolisian terhadap penanganan tragedi ini.
"Hingga kini, puluhan korban sudah dievakuasi ke tiga rumah sakit rujukan utama di Sidoarjo, yakni RS Siti Hajar, RSUD Sidoarjo (sebelumnya disebut Notopuro), dan RS Delta Surya Sidoarjo, untuk mendapatkan penanganan medis darurat," ungkap Kombes Pol Jules Abraham Abast, menjelaskan logistik penanganan korban luka. Proses evakuasi medis ini berlangsung dengan sangat cepat dan terkoordinasi, menggunakan ambulans dari berbagai instansi dan organisasi kesehatan. Tim medis di rumah sakit-rumah sakit tersebut telah disiagakan penuh, menyiapkan ruang perawatan dan tenaga ahli untuk menangani berbagai jenis cedera yang mungkin dialami para korban, mulai dari luka ringan, patah tulang, hingga cedera kepala yang lebih serius akibat benturan dan tertimpa material bangunan.
Adapun data rincian korban yang lebih spesifik, per pukul 20.30 WIB, menunjukkan distribusi korban sebagai berikut: di RS Siti Hajar, tercatat ada 45 orang yang dirawat. Dari jumlah tersebut, 44 di antaranya merupakan korban luka-luka, baik luka berat maupun ringan, yang memerlukan penanganan medis intensif. Namun, berita duka yang paling mendalam datang dari RS Siti Hajar, di mana satu korban dinyatakan meninggal dunia. Kehilangan satu nyawa ini menjadi pukulan berat bagi seluruh komunitas pesantren dan keluarga korban, menambah dimensi kesedihan pada tragedi ini. Sementara itu, di RSUD Sidoarjo, terdapat 34 korban luka-luka yang sedang menjalani perawatan. Dan di RS Delta Surya, empat korban luka-luka juga telah mendapatkan penanganan medis yang diperlukan. Data ini menunjukkan upaya maksimal dalam menyelamatkan nyawa dan merawat mereka yang terluka.
Kombes Pol Abast menambahkan, "Jumlah pasti korban masih dalam proses pendataan yang sangat teliti, mengingat proses evakuasi dan penyisiran reruntuhan bangunan masih terus berlangsung hingga malam ini tanpa henti." Pernyataan ini menggarisbawahi bahwa angka yang disampaikan bersifat sementara dan bisa saja berubah seiring dengan berjalannya waktu dan ditemukannya informasi baru. Tim penyelamat terus bekerja keras di bawah penerangan seadanya, berpacu dengan waktu dan kegelapan, dengan harapan menemukan korban lain yang mungkin masih hidup atau sekadar memastikan tidak ada lagi yang tertinggal.
Aparat kepolisian bersama tim SAR gabungan, prajurit TNI, personel BPBD, serta ratusan relawan dari berbagai elemen masyarakat, terus bahu-membahu dalam upaya evakuasi korban. Mereka bekerja dengan penuh dedikasi dan kehati-hatian, mengangkat puing-puing berat secara manual atau menggunakan alat bantu, serta melakukan langkah-langkah pengamanan lanjutan untuk mencegah insiden susulan. Selain fokus pada penyelamatan, tim ahli juga mulai mempersiapkan investigasi forensik yang komprehensif. Penyelidikan ini akan melibatkan ahli struktur bangunan untuk menganalisis penyebab pasti keruntuhan, termasuk memeriksa kualitas bahan bangunan, integritas desain, dan prosedur konstruksi yang diterapkan. Jika ditemukan adanya kelalaian atau pelanggaran standar keselamatan, pihak yang bertanggung jawab akan diminta pertanggungjawaban hukum. Tragedi ini bukan hanya menyisakan duka, tetapi juga menjadi pengingat pahit akan pentingnya pengawasan ketat terhadap setiap proyek pembangunan, terutama di fasilitas umum seperti pesantren yang dihuni oleh banyak orang.
Dampak dari musibah ini tidak hanya terbatas pada korban fisik, tetapi juga menyisakan trauma mendalam bagi para santri yang selamat, pengajar, keluarga korban, dan seluruh komunitas pesantren. Psikolog dan konselor diharapkan segera dikerahkan untuk memberikan dukungan moral dan psikologis kepada mereka yang terdampak. Solidaritas dan dukungan dari masyarakat luas, pemerintah daerah, serta berbagai organisasi kemanusiaan, akan sangat dibutuhkan dalam proses pemulihan jangka panjang. Pesantren Al-Khoziny, yang selama ini dikenal sebagai pusat pendidikan agama, kini menghadapi tantangan berat untuk bangkit dari tragedi ini, tidak hanya dalam hal fisik bangunan yang harus dibangun ulang, tetapi juga dalam memulihkan semangat dan kepercayaan diri komunitasnya. Kepergian satu santri dan luka-luka yang diderita puluhan lainnya akan selalu menjadi pengingat akan hari kelabu di Sidoarjo, sebuah hari yang mengubah keceriaan menjadi kedukaan, dan ketenangan menjadi perjuangan. Semua pihak berharap agar kebenaran dapat segera terungkap dan langkah-langkah pencegahan yang efektif dapat diambil untuk memastikan tragedi serupa tidak terulang di masa depan.
Baca berita lainnya di Google News atau langsung di halaman Indeks Berita rakyatindependen.id