Olahraga

Tere Liye Geram: Sebut IOC Munafik dan Pengkhianat Bela Sanksi Indonesia karena Tolak Israel

Penulis novel ternama Indonesia, Tere Liye, melontarkan kritik pedas terhadap Komite Olimpiade Internasional (IOC) atas sanksi yang dijatuhkan kepada Indonesia. Sanksi tersebut merupakan buntut dari penolakan Indonesia terhadap partisipasi atlet Israel dalam Gymnastics World Championships yang seharusnya digelar di Tanah Air. Tere Liye, melalui unggahan di akun Facebook pribadinya, mengecam keras tindakan IOC yang dinilainya tidak adil dan bermuka dua. Ia bahkan menyebut pihak-pihak di Indonesia yang mendukung sanksi IOC sebagai pengkhianat bangsa.

Kritik Tere Liye ini muncul di tengah polemik yang berkembang di masyarakat terkait sanksi IOC. Sebagian pihak menyayangkan sanksi tersebut karena dianggap merugikan Indonesia sebagai tuan rumah berbagai ajang olahraga internasional. Namun, sebagian lainnya mendukung sikap pemerintah Indonesia yang menolak kehadiran atlet Israel sebagai bentuk solidaritas terhadap Palestina.

Dalam unggahannya, Tere Liye secara eksplisit menyebut IOC sebagai lembaga munafik. Ia membandingkan respons cepat IOC dalam menjatuhkan sanksi kepada Rusia atas invasi ke Ukraina dengan sikap lambat lembaga tersebut terhadap tindakan Israel terhadap Palestina. Tere Liye mempertanyakan mengapa IOC tidak mengambil tindakan serupa terhadap Israel, padahal negara tersebut telah lama melakukan pelanggaran hak asasi manusia terhadap warga Palestina.

"IOC (Komite Olimpiade International) adalah lembaga munafik! Super duper menarik. Sama seperti FIFA, UEFA. Lembaga ini dengan cepat bisa mem-ban Rusia, karena perang Ukraina. Tapi IOC, sampai detik ini, tidak mampu mem-ban Israel," tulis Tere Liye dengan nada geram.

Tere Liye juga menyoroti inkonsistensi sikap IOC terhadap negara-negara yang menolak kehadiran kontingen Israel. Ia menyebut IOC justru memberikan sanksi kepada negara-negara yang menolak tersebut, alih-alih bersikap netral atau bahkan memberikan teguran kepada Israel atas tindakan-tindakannya yang kontroversial.

"Saat negara-negara lain menolak kontingen Israel, aduh, IOC tantrum dong! Mereka malah mem-ban negara yang menolak tersebut," lanjutnya.

Lebih lanjut, Tere Liye mengecam keras pihak-pihak di Indonesia yang justru merasa senang dengan sanksi IOC. Ia menyebut mereka sebagai pengkhianat bangsa dan benalu di negeri ini. Menurutnya, dukungan terhadap sanksi IOC sama saja dengan mendukung penjajahan dan mengkhianati semangat kemerdekaan yang diperjuangkan oleh para pendiri bangsa.

"Jika kami fans Israel biadab, dan kamu WNI, lantas tertawa senang menyaksikan IOC mem-ban Indonesia jadi tuan rumah kejuaraan dunia apapun gara-gara menolak atlet senang Israel, kamu adalah pengkhianat besar di negeri ini. Kamu benalu di negeri ini," tegas Tere Liye.

Tere Liye Geram: Sebut IOC Munafik dan Pengkhianat Bela Sanksi Indonesia karena Tolak Israel

Tere Liye menyerukan kepada seluruh masyarakat Indonesia untuk bersatu dan berdiri teguh dalam prinsip-prinsip kemerdekaan dan keadilan. Ia mencontohkan keberanian Presiden Soekarno yang pada masanya berani melawan IOC dan bahkan membuat kompetisi olahraga tandingan demi menegakkan konstitusi dan menentang segala bentuk penjajahan.

"Karena bapak proklamator Soekarno dulu, dia bukan hanya berani melawan IOC, dia bahkan membuat kompetisi olahraga tandingan sendiri, demi menegakkan konstitusi bahwa penjajahan di atas dunia harus dihapuskan, Soekarno tahu persis siapa penjelajahnya. Kamu? Dicekoki oleh tokoh agamamu, mabol agama banget, malah dukung penjajah," pungkasnya.

Kritik keras Tere Liye ini sontak menuai beragam reaksi dari warganet. Sebagian besar mendukung pernyataan Tere Liye dan menganggapnya sebagai representasi dari suara hati masyarakat Indonesia yang peduli terhadap isu Palestina. Mereka mengapresiasi keberanian Tere Liye dalam menyampaikan pendapatnya secara terbuka dan tanpa tedeng aling-aling.

Namun, ada juga sebagian kecil warganet yang tidak sependapat dengan Tere Liye. Mereka berpendapat bahwa sanksi IOC harus diterima sebagai konsekuensi dari pelanggaran aturan dan bahwa Indonesia seharusnya tidak mencampuradukkan politik dengan olahraga. Mereka juga mengingatkan bahwa dukungan terhadap Palestina tidak seharusnya dilakukan dengan cara melanggar aturan dan merugikan kepentingan nasional.

Terlepas dari pro dan kontra yang muncul, kritik Tere Liye ini telah memicu diskusi yang lebih luas mengenai posisi Indonesia dalam isu internasional, khususnya terkait dengan konflik Israel-Palestina. Hal ini juga menyoroti peran lembaga-lembaga internasional seperti IOC dalam menjaga netralitas dan keadilan dalam dunia olahraga.

Sanksi yang dijatuhkan IOC kepada Indonesia ini memang menjadi dilema bagi pemerintah dan masyarakat. Di satu sisi, Indonesia ingin menunjukkan solidaritas terhadap Palestina dan menentang segala bentuk penjajahan. Di sisi lain, Indonesia juga tidak ingin kehilangan kesempatan untuk menjadi tuan rumah berbagai ajang olahraga internasional yang dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian dan citra negara.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menyampaikan kekecewaannya atas sanksi IOC. Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Dito Ariotedjo menyatakan bahwa pemerintah akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap kasus ini dan mencari solusi terbaik untuk mengatasi masalah tersebut. Ia juga menegaskan bahwa Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung perjuangan Palestina dan menentang segala bentuk penjajahan.

"Pemerintah Indonesia sangat kecewa dengan keputusan IOC. Kami akan melakukan evaluasi menyeluruh dan mencari solusi terbaik. Namun, yang pasti, Indonesia tetap berkomitmen untuk mendukung perjuangan Palestina," ujar Menpora Dito.

Polemik mengenai sanksi IOC ini menunjukkan bahwa isu Israel-Palestina masih menjadi isu yang sangat sensitif dan kompleks di Indonesia. Masyarakat Indonesia memiliki pandangan yang beragam mengenai isu ini, dan pemerintah harus mampu mengakomodasi semua pandangan tersebut dalam mengambil kebijakan.

Ke depan, Indonesia perlu lebih berhati-hati dalam mengambil sikap terkait isu-isu internasional yang kontroversial. Pemerintah perlu mempertimbangkan segala aspek, termasuk implikasi politik, ekonomi, dan sosial, sebelum mengambil keputusan. Selain itu, Indonesia juga perlu meningkatkan diplomasi dengan negara-negara lain dan lembaga-lembaga internasional untuk memperjuangkan kepentingan nasional dan menyampaikan pandangan Indonesia mengenai isu-isu global.

Dalam kasus sanksi IOC ini, Indonesia perlu terus berupaya untuk mencari solusi yang adil dan menguntungkan semua pihak. Indonesia perlu berdialog dengan IOC untuk menjelaskan posisinya dan mencari jalan keluar yang dapat diterima oleh kedua belah pihak. Selain itu, Indonesia juga perlu menjalin komunikasi dengan negara-negara lain yang memiliki pandangan serupa untuk memperkuat posisi Indonesia dalam forum internasional.

Dengan upaya yang sungguh-sungguh dan diplomasi yang efektif, Indonesia diharapkan dapat mengatasi masalah sanksi IOC ini dan terus berperan aktif dalam memajukan dunia olahraga dan memperjuangkan keadilan di tingkat global. Kasus ini juga menjadi pelajaran berharga bagi Indonesia untuk lebih berhati-hati dan bijaksana dalam mengambil sikap terkait isu-isu internasional yang kompleks dan kontroversial.

Related Articles