TNI-Polri dan Perguruan Silat di Geger Madiun Bersepakat Membangun Fondasi Kampung Aman-Rukun dan Berbudaya.

Madiun, sebuah nama yang tak hanya dikenal sebagai kota pecel, namun juga sebagai "Kampung Pesilat" yang menjadi rumah bagi puluhan perguruan pencak silat dengan ribuan anggota. Di tengah dinamika tersebut, inisiatif strategis untuk memperkuat keamanan dan kerukunan terus digalakkan. Salah satunya terwujud dalam sebuah forum cangkrukan yang penuh keakraban di Pendopo Kecamatan Geger, Kabupaten Madiun, pada Senin malam, 28 Oktober 2025. Pertemuan ini mempertemukan unsur TNI, Polri, Forum Koordinasi Pimpinan Kecamatan (Forkopimcam), para kepala desa, serta pimpinan dari berbagai perguruan pencak silat yang beroperasi di wilayah tersebut. Tujuan utamanya adalah membahas secara komprehensif isu-isu keamanan wilayah dan mempererat sinergi guna mewujudkan Geger sebagai teladan kampung pesilat yang aman, damai, dan harmonis.
Acara cangkrukan, sebuah tradisi komunikasi santai namun substansial khas Indonesia, dipilih untuk menciptakan suasana yang lebih terbuka dan informal, memungkinkan setiap peserta untuk menyampaikan pandangan dan gagasan tanpa sekat. Ini bukan sekadar diskusi biasa; pertemuan ini menjadi momentum krusial untuk menegaskan kembali komitmen bersama dalam menjaga stabilitas sosial dan menciptakan sebuah "Madiun yang Bersahaja"—sebuah akronim yang mewakili visi kota yang bersatu, harmonis, dan sejahtera. Konsep Madiun Bersahaja ini menjadi payung filosofis bagi setiap upaya kolaboratif untuk membangun masa depan yang lebih baik bagi seluruh warganya.
Kecamatan Geger, dengan karakteristik wilayah yang padat penduduk dan memiliki tingkat dinamika sosial yang tinggi, memang seringkali menjadi barometer utama kondusivitas di Kabupaten Madiun. Lokasinya yang strategis, berada di jalur lintas selatan, juga menambah kompleksitas tantangan keamanan yang dihadapi. Oleh karena itu, sinergi antara aparat keamanan, pemerintah daerah, dan elemen masyarakat, khususnya perguruan silat, menjadi sangat vital. Keberhasilan Geger dalam menjaga kerukunan akan menjadi cerminan keberhasilan seluruh Kabupaten Madiun dalam mengelola keberagaman dan potensi konflik.
Camat Geger, Dony Setiawan, dalam sambutannya, secara tegas menyampaikan pentingnya membangun komunikasi yang solid dan berkelanjutan antara masyarakat dan aparat di berbagai tingkatan. Ia menyoroti bahwa Geger merupakan wilayah yang memiliki jumlah desa yang banyak dan dihuni oleh masyarakat yang cukup kritis, yang memerlukan pendekatan komunikasi yang efektif dan responsif. "Geger ini wilayah yang padat dan warganya dinamis. Untuk itu, kami berinisiatif membentuk kanal komunikasi yang terstruktur dan responsif, mulai dari tingkat Rukun Tetangga (RT) sebagai unit terkecil masyarakat, naik ke Rukun Warga (RW), desa/kelurahan, hingga mencapai tingkat kecamatan," ungkap Dony. Ia menambahkan, "Jaringan komunikasi ini dirancang untuk memastikan setiap informasi, keluhan, atau potensi masalah dapat segera terdeteksi dan tertangani sebelum membesar dan berpotensi menimbulkan gejolak yang tidak diinginkan. Dengan begitu, setiap persoalan bisa cepat terpantau dan tertangani secara proaktif."
Mendukung pernyataan Camat, Kapolsek Geger AKP Hafiz Prasetia Akbar turut memberikan pandangannya terkait situasi keamanan di wilayahnya. Ia menegaskan bahwa hingga saat ini, situasi di Kecamatan Geger secara umum tetap aman dan terkendali. Namun, ia tidak menampik adanya potensi gejolak yang biasanya datang dari luar wilayah. "Posisi Kecamatan Geger yang berada di jalur lintas selatan memang membuat kami harus ekstra waspada. Wilayah ini kerap menjadi titik transit atau persinggahan bagi berbagai kelompok, yang terkadang membawa potensi konflik dari luar masuk ke daerah kita," jelas AKP Hafiz. Untuk mengantisipasi hal tersebut, ia menekankan pentingnya upaya pencegahan dini dan respons cepat. "Kami terus memperkuat deteksi dini bersama Babinsa dan seluruh elemen masyarakat, termasuk para anggota perguruan silat. Selain itu, kami juga memaksimalkan sosialisasi dan layanan darurat 110 agar masyarakat dapat dengan cepat mendapatkan bantuan dari kepolisian dalam situasi darurat," tambahnya. Layanan 110 ini merupakan saluran resmi yang memastikan respons cepat dari aparat keamanan, memberikan rasa aman dan kepercayaan bagi masyarakat.

Kegiatan cangkrukan ini juga secara langsung mendukung program unggulan Kapolres Madiun, yaitu "Pesilat Pemersatu Bangsa." Program ini memiliki misi mulia untuk mengembalikan marwah atau kehormatan pencak silat sebagai warisan budaya bangsa yang luhur. Filosofi dasar pencak silat, yang mengajarkan tentang disiplin, sportivitas, etika, dan persaudaraan, seringkali terdistorsi oleh oknum yang menyalahgunakan identitas perguruan untuk kepentingan negatif. "Pencak silat adalah identitas bangsa yang tak ternilai harganya. Dunia mengenalnya melalui film The Raid sebagai bukti nyata bahwa silat bisa menjadi kebanggaan, alat untuk menunjukkan kekuatan budaya dan seni bela diri yang elegan, bukan justru alat permusuhan atau ajang unjuk kekuatan yang merusak kerukunan," ujar AKP Hafiz dengan penuh semangat, mengingatkan kembali esensi sejati dari pencak silat. Ia mengajak seluruh elemen perguruan untuk merenungkan kembali nilai-nilai luhur yang terkandung dalam setiap gerakan dan ajaran pencak silat.
Pencak silat, sebagai seni bela diri tradisional Indonesia, memiliki sejarah panjang dan kaya akan filosofi. Lebih dari sekadar teknik bertarung, pencak silat adalah sistem pendidikan karakter yang mengajarkan pengendalian diri, penghormatan, dan solidaritas. Dalam konteks Madiun, yang dikenal sebagai pusat pengembangan pencak silat, menjaga nilai-nilai ini menjadi semakin penting. Program "Pesilat Pemersatu Bangsa" berupaya mengintegrasikan nilai-nilai luhur pencak silat dengan semangat kebangsaan, menjadikan setiap pesilat sebagai agen perdamaian dan persatuan di tengah masyarakat. Ini adalah upaya kolektif untuk memastikan bahwa warisan budaya ini tetap relevan dan berkontribusi positif bagi pembangunan karakter bangsa.
Melalui semangat kebersamaan dan komitmen tersebut, aparat keamanan dan para tokoh pimpinan perguruan silat yang hadir dalam forum ini sepakat untuk memperkuat pembinaan di tingkat bawah, yaitu di ranting-ranting atau padepokan perguruan. Pembinaan ini tidak hanya fokus pada aspek teknis bela diri, tetapi juga menanamkan nilai-nilai sportivitas, etika, dan persaudaraan antar perguruan. Tujuannya adalah untuk membentuk mentalitas pesilat yang dewasa, bertanggung jawab, dan menjunjung tinggi perdamaian.
Momentum pertemuan ini juga terasa semakin istimewa karena bertepatan dengan peringatan Hari Sumpah Pemuda. Nilai-nilai luhur yang terkandung dalam Sumpah Pemuda, yaitu "berbeda-beda tapi tetap satu" atau Bhinneka Tunggal Ika, kembali digelorakan dan diresapi oleh seluruh peserta. Semangat persatuan dalam keberagaman ini menjadi landasan kuat bagi upaya-upaya menjaga kerukunan antar perguruan silat yang notabene memiliki identitas dan tradisi yang berbeda-beda. Ini adalah pengingat bahwa meskipun ada perbedaan atribut atau aliran, semua pesilat adalah bagian dari satu bangsa, satu tanah air, dan satu cita-cita untuk membangun Madiun yang lebih baik.
Forum yang berlangsung hingga malam itu menghasilkan sejumlah kesepakatan penting yang menjadi panduan bersama untuk masa depan. Di antaranya adalah pembentukan grup komunikasi khusus yang diberi nama "Kampung Pesilat–Forkopimcam." Grup ini akan berfungsi sebagai wadah percepatan informasi dan mekanisme pencegahan dini terhadap potensi konflik. Dengan adanya saluran komunikasi yang efektif ini, setiap insiden atau isu yang berpotensi memicu ketegangan dapat segera dilaporkan, dikoordinasikan, dan ditangani secara cepat oleh pihak-pihak terkait. Selain itu, seluruh peserta juga bersepakat untuk secara aktif menyosialisasikan layanan darurat 110 kepada masyarakat luas sebagai kanal bantuan resmi yang responsif dan mudah diakses bagi siapa saja yang membutuhkan bantuan keamanan. Sosialisasi ini penting agar masyarakat memahami cara kerja layanan tersebut dan tidak ragu untuk menggunakannya dalam situasi mendesak.
Acara cangkrukan yang sarat makna ini ditutup dengan suasana penuh keakraban, ditandai dengan santap malam pecel khas Madiun yang legendaris. Hidangan sederhana namun lezat ini semakin mempererat tali silaturahmi antar peserta, menciptakan momen relaksasi setelah diskusi serius. Camat Dony Setiawan, dalam kalimat penutupnya yang menghangatkan, kembali menegaskan pesan penting. "Geger ini rumah kita bersama. Mari kita jaga martabat Kampung Pesilat dengan kedewasaan, sikap saling menghargai, dan semangat persaudaraan yang sejati. Mari tunjukkan bahwa Madiun adalah teladan kerukunan dan persatuan," pungkasnya, disambut anggukan dan tepuk tangan dari seluruh hadirin. Kesepakatan ini diharapkan menjadi tonggak sejarah baru bagi Kecamatan Geger dan Kabupaten Madiun dalam mewujudkan lingkungan yang aman, rukun, dan menjunjung tinggi nilai-nilai budaya luhur pencak silat sebagai perekat bangsa.
rakyatindependen.id

.jpeg)

