Rabu malam yang seharusnya tenang berubah mencekam bagi warga Jemur Wonosari, Wonocolo, Surabaya, saat kobaran api dahsyat menerjang permukiman padat penduduk, menghanguskan setidaknya tujuh unit rumah kontrakan dan menyebabkan puluhan warga kehilangan tempat tinggal. Insiden tragis yang terjadi pada 17 September 2025 ini diduga kuat bermula dari kelalaian sepele: kompor masak yang lupa dimatikan oleh salah satu penghuni, memicu bencana yang menghancurkan impian dan harta benda dalam sekejap.
Pukul 21.01 WIB, ketenangan malam di gang sempit Jemur Wonosari tiba-tiba pecah oleh teriakan panik dan bau asap menyengat. Api yang semula kecil di area dapur sebuah rumah kontrakan, dengan cepat membesar dan menjilat material bangunan yang dominan terbuat dari bahan non-permanen seperti triplek dan kayu. Dalam hitungan menit, lidah api yang ganas melesat tinggi, menerangi langit malam Surabaya dengan warna merah jingga yang mengerikan. Beberapa warga melaporkan mendengar suara ledakan kecil sebelum api semakin tak terkendali, kemungkinan berasal dari tabung gas atau korsleting listrik yang memicu penyebaran api lebih cepat.
"Informasi awal yang kami gali di lapangan, kebakaran diduga bermula dari kompor masak yang mungkin ditinggal penghuni dan lupa dimatikan," ungkap Kepala Bidang Pemadam Kebakaran DPKP Kota Surabaya, Wasis Sutikno, dengan nada prihatin. "Api di dapur itu kemudian merembet dengan sangat cepat ke dinding triplek dan kayu, karena sebagian besar rumah kontrakan di sini dibangun dengan material non-permanen. Itu yang membuat api membesar dalam waktu singkat." Kesaksian ini diamini oleh banyak warga sekitar yang melihat titik awal api. Mereka menuturkan, kepulan asap tebal pertama kali terlihat dari salah satu rumah di bagian tengah kompleks kontrakan, sebelum akhirnya api memerah dan merambat ke bangunan di sekitarnya.
Kepanikan pun tak terhindarkan. Warga berhamburan keluar rumah, berteriak meminta pertolongan, sementara beberapa mencoba melakukan upaya pemadaman mandiri dengan alat seadanya seperti ember berisi air atau Alat Pemadam Api Ringan (APAR) yang dimiliki oleh beberapa warga. Namun, skala api yang sudah terlalu besar dan kecepatan rambatannya membuat upaya tersebut sia-sia. Keterlambatan laporan juga disebut-sebut menjadi salah satu faktor yang mempercepat penyebaran api, memberikan waktu berharga bagi si jago merah untuk melahap lebih banyak rumah.
Menerima laporan darurat pada pukul 21.01 WIB yang menyebutkan adanya kebakaran hebat di permukiman padat dengan suara ledakan, DPKP Kota Surabaya segera merespons. "Kami langsung luncurkan mobil pemadam dari Rayon 3 yang terdekat," jelas Wasis. "Karena ini adalah kampung padat penduduk dengan potensi rambatan api yang sangat tinggi, kami tidak mau ambil risiko. Untuk antisipasi dan memastikan api tidak menyebar lebih luas, kami segera datangkan banyak unit tambahan." Total 16 unit mobil pemadam kebakaran dikerahkan ke lokasi, terdiri dari 11 unit air untuk memadamkan api dan 5 unit pendukung yang membawa peralatan lain serta personel. Puluhan petugas pemadam kebakaran, didukung oleh relawan dan warga, bahu-membahu berjibaku melawan amukan api.
Proses pemadaman bukan tanpa tantangan. Lokasi kebakaran yang berada di tengah gang sempit menjadi hambatan utama. Jalan yang hanya cukup dilalui sepeda motor membuat mobil-mobil pemadam berukuran besar kesulitan mendekat ke titik api. Petugas terpaksa menggelar selang air dari jarak yang cukup jauh, bahkan hingga dari area makam yang berbatasan dengan permukiman. "Teman-teman harus bekerja ekstra keras, gelar selang dari makam untuk bisa memotong rambatan api, biar tidak merembet lagi ke belakang dan ke rumah-rumah lain yang lebih padat," terang Wasis, menggambarkan perjuangan heroik para petugas. Mereka harus sigap bergerak di tengah kepulan asap tebal dan reruntuhan bangunan yang sewaktu-waktu bisa ambruk.
Alhamdulillah, di tengah kerugian material yang sangat besar, tidak ada korban jiwa dalam insiden ini. "Alhamdulillah korban nihil. Jadi sempat terselamatkan," tegas Wasis, menghembuskan napas lega. Keberhasilan mengevakuasi seluruh penghuni sebelum api melahap habis rumah-rumah mereka adalah sebuah anugerah di tengah musibah. Namun, luka fisik mungkin nihil, luka batin dan kerugian material sangatlah besar. Api baru berhasil dikendalikan sepenuhnya sekitar pukul 22.25 WIB, setelah lebih dari satu setengah jam petugas berjibaku tanpa henti. Setelah api padam, yang tersisa hanyalah puing-puing hangus, tumpukan arang, dan kenangan pahit akan rumah yang kini hanya tinggal sejarah.
Ketua RW 03 Jemur Wonosari, Widodo, menyatakan bahwa musibah ini berdampak langsung pada 25 warga dari tujuh kepala keluarga yang kini membutuhkan tempat tinggal sementara. "Mereka kehilangan segalanya, mulai dari pakaian, dokumen penting, hingga perabot rumah tangga," ujarnya dengan raut wajah sedih. "Saat ini, prioritas utama kami adalah menyediakan tempat penampungan sementara bagi mereka. Beberapa di antaranya mengungsi ke rumah kerabat, namun sebagian besar membutuhkan bantuan segera dari pemerintah dan masyarakat." Pihak kelurahan dan kecamatan, bersama Dinas Sosial (Dinsos) Kota Surabaya, telah bergerak cepat untuk mendata korban dan menyiapkan bantuan darurat berupa makanan, pakaian, dan kebutuhan pokok lainnya. Posko bantuan sementara juga didirikan untuk menampung donasi dari masyarakat.
Musibah ini menjadi pengingat pahit akan pentingnya kewaspadaan dan kesadaran akan bahaya kebakaran, terutama di permukiman padat penduduk yang rentan. Kompor yang lupa dimatikan, korsleting listrik, atau kelalaian kecil lainnya dapat memicu bencana besar yang dampaknya merusak. DPKP Kota Surabaya tak henti-hentinya mengimbau masyarakat untuk selalu memeriksa kondisi kompor dan peralatan listrik sebelum meninggalkan rumah atau tidur. Pastikan tabung gas dalam kondisi baik, instalasi listrik tidak overload, dan selalu sedia alat pemadam api ringan di rumah. Selain itu, pentingnya akses yang memadai bagi kendaraan darurat juga harus menjadi perhatian serius bagi pemerintah daerah dan masyarakat dalam perencanaan tata kota.
Pasca-kejadian, proses penyelidikan lebih lanjut akan dilakukan oleh pihak kepolisian untuk memastikan penyebab pasti kebakaran. Meskipun dugaan awal mengarah pada kelalaian kompor, investigasi menyeluruh tetap diperlukan untuk mengumpulkan bukti dan mencegah kejadian serupa terulang di masa depan. Sementara itu, warga Jemur Wonosari kini dihadapkan pada tugas berat untuk bangkit dari keterpurukan. Solidaritas antarwarga dan dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat membantu mereka membangun kembali kehidupan dan harapan yang sempat hangus dilalap api. Tragedi ini menjadi pelajaran berharga bagi semua tentang pentingnya keselamatan dan kesiapsiagaan menghadapi ancaman kebakaran.
[rakyatindependen.id]