Tragedi Runtuhnya Pesantren Al Khoziny Sidoarjo: Korban Meninggal Capai Tujuh, Proses Evakuasi Intensif Berlanjut
Musibah tragis yang menimpa bangunan tiga lantai milik Lembaga Pesantren Al Khoziny di Buduran, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, terus menyelimuti suasana duka yang mendalam. Pada hari kelima pasca-kejadian, kabar pilu kembali datang dengan bertambahnya jumlah korban meninggal dunia. Tim SAR gabungan masih berjibaku tanpa henti dalam upaya evakuasi, berusaha keras mengangkat puing-puing yang menjadi saksi bisu kehancuran. Setiap detik yang berlalu adalah perlombaan melawan waktu, di tengah harapan yang semakin menipis namun semangat pantang menyerah para petugas penyelamat tetap membara.
Pemandangan di lokasi kejadian masih diselimuti kepulan debu dan aktivitas alat berat yang tak berhenti. Tiga unit ambulans terlihat silih berganti keluar dari gerbang pesantren, membawa serta berita yang tak diharapkan. Masing-masing membawa jenazah yang baru saja berhasil dievakuasi dari bawah timbunan material bangunan. Kali ini, dua santri ditemukan dalam kondisi tak bernyawa di area wudhu musala pesantren, menambah panjang daftar korban jiwa. Penemuan ini semakin menegaskan betapa dahsyatnya dampak keruntuhan, yang mungkin terjadi begitu cepat sehingga tak memberikan kesempatan bagi penghuni untuk menyelamatkan diri.
Direktur Operasi Basarnas Pusat, Bramantyo, dengan raut wajah lelah namun penuh tekad, menyatakan di Posko SAR Gabungan pada Jumat (3/10/2025), "Kami berusaha semaksimal mungkin untuk segera mengangkat puing-puing yang menutup akses. Harapan kami, evakuasi korban bisa lebih cepat dilakukan." Pernyataan ini mencerminkan tantangan besar yang dihadapi tim penyelamat. Struktur bangunan yang runtuh secara tidak teratur, dengan beton bertulang dan besi yang saling melilit, menciptakan labirin berbahaya yang memerlukan kehati-hatian ekstra dan strategi khusus dalam setiap langkah evakuasi. Risiko runtuhan susulan masih menjadi ancaman nyata bagi para petugas di lapangan.
Bramantyo melanjutkan penjelasannya bahwa dua jenazah santri yang baru ditemukan tersebut telah segera dilarikan ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim di Surabaya. Proses identifikasi lebih lanjut menjadi langkah krusial berikutnya untuk memastikan identitas korban dan memberikan kepastian kepada keluarga yang menunggu dalam ketidakpastian. Di rumah sakit, tim forensik dan medis bekerja sama untuk melakukan identifikasi melalui data antemortem dan postmortem, sebuah proses yang seringkali membutuhkan waktu dan ketelitian yang tinggi, terutama dalam kondisi korban yang mungkin sulit dikenali akibat trauma berat.
Hingga laporan ini disusun, data yang dihimpun oleh Basarnas menunjukkan bahwa musibah ini telah menelan korban jiwa dengan total tujuh orang meninggal dunia. Angka ini adalah pengingat pahit akan dampak destruktif dari insiden tersebut. Sementara itu, di tengah puing-puing dan kesedihan, ada secercah harapan: 103 orang berhasil selamat dari maut dan saat ini sedang mendapatkan perawatan intensif di berbagai rumah sakit terdekat. Mereka yang selamat membawa luka fisik dan trauma psikologis yang mendalam, membutuhkan dukungan dan penanganan yang komprehensif untuk memulihkan diri. Total korban yang terlibat dalam kejadian nahas ini mencapai 110 orang, mencakup santri, pengurus, maupun staf yang berada di dalam bangunan saat kejadian.
Operasi evakuasi berskala besar ini melibatkan lebih dari 500 personel yang berasal dari beragam tim SAR, TNI, Polri, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD), Palang Merah Indonesia (PMI), serta ratusan relawan dari berbagai organisasi kemanusiaan. Mereka bekerja bahu-membahu, siang dan malam, menunjukkan solidaritas dan semangat gotong royong yang luar biasa. Koordinasi antarinstansi menjadi kunci efektivitas operasi di lapangan, memastikan setiap sumber daya dimanfaatkan secara optimal.
Tidak hanya personel, dukungan logistik juga sangat masif. Tim menggunakan 300 kantong jenazah, sebuah jumlah yang mengindikasikan antisipasi terburuk. Sebanyak 30 unit dump truck dikerahkan untuk mengangkut material puing yang telah berhasil disingkirkan, membersihkan area agar tim penyelamat dapat menjangkau lebih dalam. Sementara itu, 30 unit ambulans siaga di lokasi, siap sedia untuk membawa korban luka ke rumah sakit atau jenazah untuk proses identifikasi. Lima unit alat berat, seperti ekskavator dan crane, menjadi tulang punggung dalam mengangkat balok beton raksasa dan struktur bangunan yang runtuh, membuka jalan bagi tim manual untuk masuk ke celah-celah sempit. Seluruh peralatan ini dioperasikan secara bertahap, dengan pertimbangan utama keselamatan tim dan stabilitas struktur yang tersisa, mencegah potensi keruntuhan lebih lanjut yang bisa membahayakan jiwa.
Seiring berjalannya waktu, upaya penyelamatan dan evakuasi terus dilakukan dengan intensitas tinggi. Meskipun harapan untuk menemukan korban selamat semakin menipis di hari kelima, tim SAR gabungan tidak pernah menyerah. Mereka terus bekerja keras, menyisir setiap sudut reruntuhan, menggunakan teknologi canggih seperti detektor suara dan kamera serat optik untuk menembus celah-celah sempit. Anjing pelacak K9 juga dikerahkan untuk mendeteksi keberadaan korban yang mungkin masih terjebak di bawah tumpukan puing. Setiap titik yang berpotensi menyimpan korban tertimbun menjadi fokus pencarian, dengan harapan dapat menemukan lebih banyak korban, setidaknya untuk mengembalikan mereka kepada keluarga agar dapat dimakamkan secara layak.
Tragedi ini telah mengguncang hati banyak pihak, tidak hanya di Sidoarjo tetapi juga seluruh Indonesia. Masyarakat turut memberikan dukungan moral dan material yang tak terhingga. Posko-posko bantuan didirikan di sekitar lokasi, menerima sumbangan berupa makanan, minuman, pakaian, obat-obatan, hingga dana tunai untuk para korban selamat dan keluarga yang ditinggalkan. Doa-doa dipanjatkan di berbagai tempat, memohon kekuatan bagi para korban dan keluarga, serta keselamatan bagi tim penyelamat. Suasana penuh kesedihan ini juga diwarnai dengan kepedulian yang mendalam, menunjukkan bahwa dalam musibah, solidaritas bangsa semakin menguat.
Penyelidikan mendalam mengenai penyebab runtuhnya bangunan ini pasti akan dilakukan. Pertanyaan mengenai standar konstruksi, kualitas material, dan kelayakan struktur bangunan tiga lantai tersebut menjadi sorotan utama. Tragedi ini menjadi pengingat penting bagi semua pihak, terutama pengelola fasilitas publik dan institusi pendidikan, untuk selalu memprioritaskan keamanan dan keselamatan penghuni. Audit struktural dan pengawasan ketat terhadap setiap pembangunan adalah keharusan mutlak untuk mencegah kejadian serupa terulang di masa depan.
Bagi Pesantren Al Khoziny, musibah ini adalah pukulan telak yang akan meninggalkan luka mendalam. Namun, semangat kebersamaan dan dukungan dari berbagai pihak diharapkan dapat membantu mereka bangkit kembali. Fokus utama saat ini adalah penanganan korban, baik yang meninggal maupun yang terluka, serta memberikan dukungan psikososial bagi mereka yang mengalami trauma. Semua pihak berharap agar proses evakuasi berjalan lancar, tidak ada lagi korban jiwa yang jatuh, dan keluarga yang berduka dapat menemukan ketenangan di tengah cobaan berat ini. Upaya rekonstruksi fisik dan spiritual akan menjadi perjalanan panjang yang membutuhkan kekuatan dan ketabahan.
rakyatindependen.id