Nasional

Tumbuhkan Minat Baca Masyarakat, Gresik Gelar Festival Literasi

Gresik, sebuah kabupaten yang tengah gencar membangun fondasi masyarakat berpengetahuan, kembali menunjukkan komitmennya melalui penyelenggaraan Festival Literasi akbar. Inisiatif monumental ini digagas oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan (DPK) Kabupaten Gresik, bekerja sama erat dengan berbagai penerbit nasional terkemuka. Festival yang akan berlangsung selama sebulan penuh, mulai dari tanggal 14 September hingga 14 Oktober 2025, bukan sekadar perayaan buku, melainkan sebuah gerakan kolektif yang bertujuan untuk mendekatkan dunia literasi kepada seluruh lapisan masyarakat, meningkatkan minat baca secara signifikan, serta menumbuhkan dan mengakarbudayakan literasi di setiap sendi kehidupan warga Gresik.

Minat baca masyarakat di berbagai daerah di Indonesia masih menjadi tantangan serius, termasuk di Kabupaten Gresik. Berdasarkan data terkini, tingkat gemar membaca (TGM) di Kabupaten Gresik pada tahun 2024 menunjukkan angka 67,51 persen. Angka ini, meskipun tidak bisa dikatakan rendah, masih tergolong dalam kategori "sedang". Kategori ini mengindikasikan bahwa rata-rata penduduk Kabupaten Gresik memiliki kebiasaan membaca sekitar tiga hingga empat judul buku dalam kurun waktu tiga bulan. Sebuah capaian yang perlu diapresiasi, namun juga menjadi pengingat bahwa potensi untuk peningkatan masih sangat besar. Dalam konteks pembangunan sumber daya manusia yang unggul dan berdaya saing, peningkatan literasi menjadi prasyarat mutlak yang tidak bisa ditawar.

Sekretaris Daerah Gresik, Ahmad Washil, dalam pernyataannya pada Selasa (23/9/2025), menegaskan bahwa upaya peningkatan literasi tidak semata-mata menjadi beban pemerintah daerah. Washil menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi dari berbagai pihak. "Literasi tidak hanya dibebankan pada pemerintah daerah. Diperlukan dukungan berbagai pihak, mulai dari penerbit, sekolah, komunitas literasi, dunia usaha, dan tentu saja seluruh lapisan masyarakat," ujarnya. Pernyataan ini menggarisbawahi filosofi bahwa literasi adalah tanggung jawab bersama, sebuah ekosistem yang harus tumbuh subur melalui kontribusi aktif dari setiap elemen masyarakat. Penerbit memainkan peran krusial dalam menyediakan konten yang beragam dan berkualitas. Sekolah adalah garda terdepan dalam menanamkan kebiasaan membaca sejak dini. Komunitas literasi berfungsi sebagai katalisator, menginspirasi dan memfasilitasi kegiatan membaca. Dunia usaha dapat berkontribusi melalui program tanggung jawab sosial perusahaan (CSR) dan dukungan finansial, sementara masyarakat adalah objek sekaligus subjek utama dari gerakan literasi ini.

Untuk mencapai kategori tinggi dalam TGM, Kabupaten Gresik menargetkan angka antara 75 hingga 90 persen. Angka ini, menurut Washil, akan mencerminkan kebiasaan membaca yang lebih intensif, yaitu sekitar lima hingga enam judul buku dalam tiga bulan, atau setara dengan dua buku per bulan. Target ini bukanlah sekadar angka statistik, melainkan sebuah indikator fundamental bagi kemajuan intelektual dan budaya masyarakat. Dengan kebiasaan membaca yang lebih tinggi, diharapkan masyarakat Gresik akan memiliki akses yang lebih luas terhadap informasi, pengetahuan, dan pemahaman yang mendalam, yang pada gilirannya akan mendorong inovasi, kreativitas, serta partisipasi aktif dalam pembangunan daerah.

Festival Literasi Gresik dirancang dengan sangat komprehensif, tidak hanya berfokus pada bazar buku, tetapi juga meliputi serangkaian kegiatan edukatif dan inspiratif lainnya. Kepala Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gresik, Budi Raharjo, menjelaskan bahwa salah satu komponen utama festival ini adalah bazar buku yang menghadirkan ribuan judul buku dari berbagai penerbit nasional. "Bazar buku ini dimaksudkan untuk mendekatkan ketersediaan buku-buku yang berkualitas, serta memudahkan akses masyarakat pecinta buku yang ingin memiliki buku," tutur Budi. Kualitas buku menjadi perhatian utama, mencakup keberagaman genre mulai dari fiksi, non-fiksi, ilmiah, sejarah, seni, hingga buku anak-anak. Tujuannya adalah memastikan setiap pembaca, dari anak-anak hingga dewasa, dari pelajar hingga profesional, dapat menemukan bacaan yang relevan dan menarik bagi mereka.

Tumbuhkan Minat Baca Masyarakat, Gresik Gelar Festival Literasi

Selain bazar, festival ini juga akan dimeriahkan dengan berbagai lokakarya penulisan kreatif, sesi bedah buku bersama penulis ternama, seminar tentang pentingnya literasi digital, lomba bercerita untuk anak-anak, hingga diskusi panel yang menghadirkan pakar di bidang pendidikan dan kebudayaan. Program-program ini dirancang untuk tidak hanya meningkatkan minat baca, tetapi juga mengembangkan keterampilan literasi lainnya seperti menulis, berbicara, dan berpikir kritis. Dengan demikian, Festival Literasi Gresik tidak hanya menjadi ajang pameran buku, melainkan sebuah platform holistik untuk pengembangan kapasitas literasi masyarakat.

Budi Raharjo menambahkan bahwa pihaknya sangat berharap melalui event ini, jumlah pecinta buku di Gresik akan semakin bertambah, yang pada akhirnya akan bermuara pada peningkatan kegemaran membaca yang signifikan. Ia mengemukakan sebuah target ambisius namun realistis: "Satu buku untuk 4 orang menjadi 4 buku 1 orang setiap tahun." Metrik ini menunjukkan perubahan paradigma yang mendasar. Dari kondisi di mana satu buku harus dibagi oleh empat orang—mengindikasikan kelangkaan akses atau kepemilikan—menjadi empat buku yang dimiliki atau dibaca oleh satu orang setiap tahunnya. Transformasi ini mencerminkan peningkatan kepemilikan buku pribadi, aksesibilitas yang lebih baik, dan tentunya intensitas membaca yang jauh lebih tinggi di kalangan masyarakat.

Peningkatan ini, lanjut Budi, secara langsung akan berdampak positif pada "nilai Indeks Pembangunan Literasi Masyarakat Gresik", yang diharapkan akan berada di posisi sangat baik. Indeks Pembangunan Literasi adalah tolok ukur komprehensif yang tidak hanya mempertimbangkan jumlah buku yang dibaca, tetapi juga kemampuan memahami, menganalisis, dan mengaplikasikan informasi yang diperoleh dari bacaan. Indeks ini juga mencakup aksesibilitas terhadap sumber daya literasi, kualitas fasilitas perpustakaan, serta dukungan lingkungan yang kondusif bagi tumbuh kembangnya budaya baca. Pencapaian posisi sangat baik dalam indeks ini akan menempatkan Gresik sebagai salah satu daerah terdepan dalam pembangunan literasi di Indonesia, yang pada gilirannya akan berkontribusi pada peningkatan Indeks Pembangunan Manusia (IPM) secara keseluruhan.

Penyelenggaraan Festival Literasi ini juga merupakan bagian integral dari visi pembangunan jangka panjang Kabupaten Gresik untuk menciptakan masyarakat yang cerdas, inovatif, dan berdaya saing. Dalam era informasi dan digitalisasi yang serba cepat, kemampuan literasi bukan lagi sekadar keterampilan dasar, melainkan sebuah kompetensi krusial yang menentukan keberhasilan individu dan kemajuan kolektif. Masyarakat yang literat akan lebih mampu menyaring informasi, membedakan fakta dan hoaks, serta membuat keputusan yang rasional dan terinformasi. Mereka juga akan lebih adaptif terhadap perubahan, lebih kreatif dalam memecahkan masalah, dan lebih partisipatif dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara.

Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Gresik menyadari bahwa upaya ini tidak bisa berhenti setelah festival berakhir. Keberlanjutan program literasi menjadi kunci. Oleh karena itu, festival ini juga menjadi momentum untuk menggalang kemitraan strategis dengan berbagai pihak, termasuk pemerintah desa, lembaga pendidikan, organisasi kemasyarakatan, hingga pelaku UMKM. Setelah festival, diharapkan akan muncul inisiatif-inisiatif baru di tingkat akar rumput, seperti pembentukan pojok baca di setiap desa, pengaktifan kembali perpustakaan sekolah, pembentukan klub buku, serta program donasi buku yang berkelanjutan. DPK Gresik juga berencana untuk memperkuat layanan perpustakaan keliling, memperluas koleksi digital, dan mengoptimalkan pemanfaatan teknologi untuk memudahkan akses literasi bagi masyarakat di daerah-daerah terpencil.

Inisiatif Festival Literasi Gresik ini merupakan langkah progresif yang patut dicontoh. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, penerbit, dunia usaha, dan masyarakat, Gresik tidak hanya menargetkan peningkatan angka statistik, tetapi juga berupaya menciptakan perubahan budaya yang mendalam. Sebuah perubahan yang akan menjadikan membaca sebagai kebiasaan sehari-hari, literasi sebagai gaya hidup, dan pengetahuan sebagai fondasi utama bagi kemajuan Kabupaten Gresik di masa depan. Mari bersama-sama mendukung gerakan mulia ini demi terwujudnya masyarakat Gresik yang cerdas, berbudaya, dan berliterasi tinggi.

[dny/kun/rakyatindependen.id]

Tumbuhkan Minat Baca Masyarakat, Gresik Gelar Festival Literasi

Related Articles