BOJONEGORO (RAKYATINDEPENDEN) – Masyarakat sedulur sikep menggelar Samin Festival ke-9 tahun 2025 di Balai Budaya Masyarakat Samin di Dusun Jepang, Desa/Kecamatan Margomulyo, Kabupaten Bojonegoro. Kegiatan ini sebagai bagian dari upaya merawat tradisi dan melestarikan pitutur luhur Samin Surosentiko.
Samin Fetival digelar mulai Jumat (4/7/2025) hingga Sabtu (5/7/2025). Berbagai agenda budaya digelar untuk menyemarakkan event tahunan tersebut. Pada hari pertama digelar Gumbregan Samin, Umbul Dungo, hingga Pagelaran Karawitan.
Untuk hari kedua Samin Festival terasa sangat spesial. Karena digelar Ngangsu Kawruh dengan tema Obor Sewu sekaligus penyerahan disertasi hasil riset tentang Obor Sewu oleh Dr. Sugeng Wardoyo dari ISI Yogyakarta.
Wakil Bupati Bojonegoro Nurul Azizah hadir dalam kegiatan tersebut. Dalam sambutannya, ia menuturkan memiliki banyak cerita dengan masyarakat Samin.
Wakil Bupati yang mengenakan pakaian bermotif obor sewu kemudian bercerita, pada tahun 2016, ia yang sat itu menjadi Sekretaris Daerah diperintah oleh Bupati Suyoto untuk ke Sawahlunto, Sumatera Barat. Karena di sinilah Mbah Samin Surosentiko dimakamkan saat menjalani pengasingannya.
“Ada keinginan sejarah untuk memindahkan tanah pekuburan Mbah Samin Surosentiko. Waktu itu Pak Wali Kota Sawahlunto bilang silahkan naik. Dan kami naik dan berhasil. Di sana masih ada ajaran Mbah Samin: jujur, nrimo dan trokal,” tutur Wakil Bupati Nurul Azizah.
Ia juga menceritakan perjalanannya ke Sawahlunto lagi pada tahun 2023. Hingga akhirnya, ia bersama rombongan dari Pemkab Bojonegoro berhasil mengambil tanah di makam Mbah Samin.
“Kita ambil tiga jun. Satu dibawa ke Pemkab, dan dua dimakamkan di Dusun Jepang sini,” terangnya.
Wabup mengapresiasi kegiatan yang berlangsung pagi hingga sore tersebut. Bahkan ia juga menjelaskan tentang motif Obor Sewu telah menjadi udheng dan pakaian dinas harian (PDH) bagi ASN di Kabupaten Bojonegoro.
Sementara itu, Kepala Desa Margomulyo Muryanto menuturkan Festival ini sudah terlaksana sejak 2017 silam. Pemerintah Desa selalu ikut hadir mendukung melestarikan pitutur luhur Mbah Samin Surosentiko, sesepuh masyarakat Samin.
“Kami ucapkan teriamakasih kepada Bapak Bupati dan Ibu Wakil Bupati yang memberikan perhatian kepada sedulur sikep. Juga kepada pak Sugeng Wardoyo uang membuat karya yang menjadi kebanggaan warga,” terangnya.
Suasana Samin Festival memang sangat terasa makna kesederhanaan yang penuh filosofi. Pengunjung semua memakai udheng Obor Sewu. Dan ketia hari beranjak siang, warga yang hadir disuguhi makan siang yang dibungkus daun jati.
Festival semakin berkelindan makna ketika acara Ngangsu Kawruh dimulai. Para narasumber di antaranya Dr. Sugeng Wardoyo pencipta motif Obor Sewu, Prof. Dr. Guntur, M.Hum. seorang guru besar dari ISI Surakarta, Wawan Kurnianto anggota DPRD Bojonegoro, Bambang Sutrisno penerus ajaran Samin yang juga anak dari Mbah Hardjo Kardi (generasi IV Samin Surosentiko), serta Bambang Eka Prasetya seorang budayawan.
Bambang Sutrisno, penerus Mbah Hardjo Kardi, menuturkan Obor Sewu sebenarnya bermula dari kisah Mbah Samin Surosentiko saat mengumpulkan warga. Ia waktu itu memakai lampu penerangan berupa obor.
“Obor itu lampu. Sewu itu kan bermanka banyak. Jadi, cita-citanya bagaimana agar pitutur Mbah Samin jadi penerang generasi selanjutnya,” terangnya.
Tiap acara festival digelar selalu mengenalkan Obor Sewu. Untuk festival tahun 2025 ini mengambil tema Pangklingo Wonge Ojo Pangkling Swarane.
“Itu artinya, yang dilihat adalah isi apa yang dibicarakan. Jangan melihat siapa yang berbicara,” tuturnya.
Dalam sesi Ngangsu Kawruh ini juga dijelaskan makna filosofis pitutur luhur yang diajarkan Samin Surosentiko. Diantaranya tentang pitutur untuk sabar, jujur, trokal dan nrimo.
“Trokal karena pada masa itu, banyak orang yang mudah putus asa. Dan trokal ini bisa diusulkan ke Badan Bahasa,” ujar Bambang Eka Prasetya yang disambut dengan tepuk tangan.
**(Red)