Terobosan Imunisasi Campak Rubela di Sumenep: 70 Persen Target Terlampaui, Puskesmas Giligenting Pimpin Pencapaian Tertinggi

SUMENEP – Pelaksanaan Outbreak Response Immunization (ORI) atau imunisasi massal Campak Rubela di Kabupaten Sumenep menunjukkan progres yang signifikan, berhasil melampaui 70 persen target populasi dalam waktu kurang dari dua minggu. Data terbaru yang tercatat hingga hari ke-13, Selasa (9/9/2025), menunjukkan bahwa cakupan imunisasi telah mencapai angka 70,3 persen. Angka ini menandai sebuah capaian penting dalam upaya pemerintah daerah untuk melindungi generasi muda Sumenep dari ancaman penyakit Campak dan Rubela yang sangat menular dan berpotensi menyebabkan komplikasi serius.
Kepala Dinas Kesehatan, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DKP2KB) Kabupaten Sumenep, drg. Ellya Fardasah, menyampaikan optimisme atas kemajuan ini. Dalam keterangannya pada Rabu (10/10/2025), Ellya menjelaskan bahwa dari total sasaran 73.969 anak di seluruh Sumenep, sebanyak 51.990 anak telah berhasil diimunisasi. Angka ini tidak hanya mencerminkan kerja keras tim kesehatan di lapangan, tetapi juga kesadaran masyarakat yang semakin meningkat akan pentingnya imunisasi.
Ellya merinci capaian imunisasi berdasarkan kelompok usia, menunjukkan variasi yang menarik dalam tingkat partisipasi. Untuk kelompok sasaran usia 9-12 bulan, dari 3.404 anak yang ditargetkan, sebanyak 2.111 anak atau 62,0 persen telah menerima imunisasi. Meskipun sedikit di bawah rata-rata keseluruhan, kelompok ini tetap menjadi fokus utama mengingat kerentanan bayi terhadap penyakit. Sementara itu, pada kelompok usia 12-47 bulan, sebanyak 19.254 anak dari 31.237 sasaran telah diimunisasi, mencapai 61,6 persen. Cakupan di dua kelompok usia termuda ini menunjukkan perlunya upaya lebih lanjut dalam edukasi orang tua dan aksesibilitas layanan.
Capaian yang lebih tinggi terlihat pada kelompok usia yang lebih tua. Untuk sasaran imunisasi campak usia 4-6 tahun, sebanyak 20.219 anak dari 26.308 sasaran telah diimunisasi, menembus angka 76,9 persen. Angka ini mendekati target ideal untuk menciptakan kekebalan kelompok. Bahkan, kelompok usia 7 tahun menunjukkan performa terbaik dengan 10.415 anak dari 13.020 sasaran yang telah diimunisasi, mencapai 80,0 persen. Tingginya cakupan pada usia sekolah ini kemungkinan besar didukung oleh program imunisasi yang terintegrasi dengan institusi pendidikan, memudahkan akses dan sosialisasi kepada orang tua melalui sekolah.
Pelaksanaan ORI di Sumenep dilaksanakan secara serentak di 26 puskesmas yang tersebar di seluruh wilayah kabupaten, termasuk daerah kepulauan. Dari semua puskesmas tersebut, Puskesmas Giligenting muncul sebagai yang terdepan dengan capaian tertinggi, mencapai 91,4 persen. Dari total 1.565 sasaran di wilayahnya, sebanyak 1.431 anak telah berhasil diimunisasi. Prestasi Puskesmas Giligenting ini menjadi tolok ukur keberhasilan yang patut dicontoh. Keberhasilan ini mungkin didorong oleh berbagai faktor, seperti strategi komunikasi yang efektif, mobilisasi masyarakat yang kuat, serta koordinasi lintas sektor yang solid di tingkat desa dan kecamatan. Petugas kesehatan di Giligenting kemungkinan besar telah menerapkan pendekatan yang proaktif, menjangkau setiap rumah tangga dan memberikan edukasi langsung kepada orang tua, mengatasi keraguan, dan memastikan aksesibilitas layanan imunisasi bahkan di daerah terpencil.
Di sisi lain, Puskesmas Dungkek tercatat memiliki capaian terendah, hanya 36,5 persen atau 863 anak dari total sasaran 2.362 anak. Perbedaan signifikan antara Giligenting dan Dungkek menyoroti tantangan unik yang mungkin dihadapi oleh setiap puskesmas. Faktor-faktor seperti geografis yang sulit, tingkat kesadaran masyarakat yang bervariasi, atau bahkan adanya misinformasi mengenai imunisasi, bisa menjadi penghambat di wilayah Dungkek. DKP2KB Sumenep perlu melakukan evaluasi mendalam untuk mengidentifikasi akar masalah di Dungkek dan merancang strategi intervensi yang lebih tepat sasaran, mungkin dengan melibatkan tokoh masyarakat dan agama secara lebih intensif, serta meningkatkan frekuensi pos pelayanan imunisasi keliling.
Untuk menyukseskan program vital ini dan mencapai target kekebalan kelompok yang lebih tinggi, drg. Ellya Fardasah menegaskan bahwa pihaknya terus memperkuat koordinasi dengan lintas sektor. Ini termasuk kolaborasi erat dengan pemerintah kecamatan, kepala desa, tokoh masyarakat, tokoh agama, serta lembaga pendidikan. Ellya menekankan pentingnya peran aktif dari semua pihak untuk meningkatkan sosialisasi dan edukasi tentang urgensi imunisasi Campak Rubela. Kampanye sosialisasi ini tidak hanya bertujuan untuk menginformasikan jadwal dan lokasi imunisasi, tetapi juga untuk menghilangkan mitos dan disinformasi yang mungkin beredar di masyarakat, serta membangun kepercayaan terhadap program imunisasi.
Dinas Kesehatan P2KB Sumenep juga memastikan ketersediaan vaksin dan logistik kesehatan secara memadai. Hal ini mencakup rantai dingin (cold chain) yang terjaga untuk memastikan kualitas vaksin, distribusi yang lancar ke seluruh puskesmas hingga pelosok desa, serta ketersediaan tenaga kesehatan yang terlatih dan kompeten. Penguatan koordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait lainnya juga dilakukan untuk memastikan dukungan penuh, baik dari segi kebijakan, anggaran, maupun sumber daya manusia.
"Sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang pentingnya vaksinasi untuk mencegah penularan campak sangat penting," jelas Ellya. Ia menambahkan, "Selain itu yang harus diperhatikan adalah penataan fasilitas kesehatan untuk menjamin adanya ruang isolasi bagi pasien campak." Pernyataan ini menunjukkan bahwa DKP2KB tidak hanya berfokus pada pencegahan melalui imunisasi, tetapi juga pada kesiapsiagaan dalam penanganan kasus. Ruang isolasi yang memadai sangat krusial untuk mencegah penyebaran lebih lanjut jika terjadi kasus Campak atau Rubela, sekaligus memastikan pasien mendapatkan perawatan terbaik. Hal ini juga menunjukkan komitmen dalam menjaga keamanan dan kesehatan seluruh masyarakat, baik yang sudah diimunisasi maupun yang belum.
Penyakit Campak dan Rubela sendiri merupakan ancaman serius bagi kesehatan anak. Campak dapat menyebabkan komplikasi berat seperti pneumonia, diare berat, ensefalitis (radang otak), hingga kebutaan dan kematian. Rubela, meskipun gejalanya seringkali ringan pada anak, sangat berbahaya bagi ibu hamil karena dapat menyebabkan Sindrom Rubela Kongenital (SRK) pada bayi yang dikandung, yang dapat berujung pada cacat lahir serius seperti kelainan jantung, katarak, tuli, dan keterbelakangan mental. Oleh karena itu, imunisasi menjadi langkah preventif paling efektif untuk melindungi anak-anak dan masyarakat secara keseluruhan.
Dinas Kesehatan P2KB Sumenep menegaskan komitmennya untuk terus melakukan pemantauan dan evaluasi secara berkelanjutan terhadap program ORI ini. Ini termasuk survei epidemiologi untuk melacak pola penyebaran penyakit, analisis data kasus untuk mengidentifikasi area yang rentan, serta evaluasi terhadap efektivitas strategi yang telah diterapkan. Data-data ini akan menjadi dasar untuk pengambilan keputusan dan penyesuaian strategi di masa mendatang, demi mencapai target eliminasi Campak dan Rubela di Sumenep. Keberhasilan program ini akan sangat bergantung pada partisipasi aktif seluruh elemen masyarakat dan dukungan penuh dari pemerintah daerah, demi terwujudnya Sumenep yang lebih sehat dan bebas dari ancaman penyakit yang dapat dicegah dengan vaksin.
(rakyatindependen.id)